~~Kadang yang kamu cintai belum tentu mencintaimu~~
"Woy, Mon!" Teriakan Nadya membuat Lime terjaga dari tidurnya.
"Emm, apaan?" Lime melenguh sambil mengucek-ngucek matanya dan merubah posisinya menjadi duduk.
"Udah Zuhur. Buruan sholat!" suruh Nadya.
"Kemana si Fely ama si Kayla?" tanya Lime.
"Mereka ada di luar udah siap mau ke masjid," jawab Nadya memakai topi putihnya.
Lime menatap layar hapenya yang masih menunjukkan pukul 11.00. "Lho? Masih jam segini kok," ucapnya.
"Ya makanya buruan siap-siap, ntar kita telat ke masjid nya!" Nadya menarik pergelangan tangan Lime membawa cewek itu ke kamar mandi.
"Iya, iya! Nggak usah narik-narik juga kali!" Lime berjalan masuk ke kamar mandi.
🚿🚿🚿
"Buru capcus yuk!" ajak Lime yang sudah menyelesaikan urusannya di kamar mandi.
Felycia, Mikayla, dan Nadya yang tadinya duduk dikursi teras, segera beranjak dan menaiki motor matik mereka masing-masing.
Motor matik mereka melesat membelah jalan raya yang padat lalu lintas.
Lima belas menit kemudian, mereka menepikan motornya di pekarangan Masjid besar nan megah.
Mereka buru-buru mengambil air wudhu dan masuk kedalam masjid. Masih dengan penampilan mereka yang ala-ala berandal, membuat orang yang melihat cukup aneh bahkan menatap sinis mereka.
Namun mereka sama sekali tidak menghiraukannya.
Azan di kumandangkan membuat orang-orang mulai berbondong-bondong memenuhi shaf-shaf masjid. Begitu juga keempat cewek yang kini sudah mengenakan mukena.
~~
"Allahu akbar." Imam memulai takbiratul ihram diikuti para jamaah.
🕐🕐🕐
Setelah menunaikan kewajiban, mereka kembali menaiki motor matiknya.
"Ke kafe dulu yuk! Gue laper nih!" ajak Felycia.
"Ya udah buruan," sahut Nadya.
Mereka pun melaju menuju kafe terdekat.
Tak butuh waktu lama, mereka segera tiba di kafe Anggrek. Kafe sederhana namun terbilang elite.
Mereka melangkah masuk sambil sesekali bercanda. Namun, canda tawa itu tak bertahan lama ketika retina mata mereka tiba-tiba menangkap sosok seorang cowok yang amat mereka kenal.
Cowok itu sedang duduk dengan seorang cewek dan saling bercanda bermesraan.
Lime and Friends yang melihat itu, matanya menjadi memanas. Darahnya seketika mendidih. Dan tangan mereka mengepal karena menahan amarah. Siapa yang mereka lihat?
"Dennis..." lirih Mikayla. Ia yang paling merasa marah disini.
Mikayla hendak maju menghampiri cowok itu namun tangan Lime mencegatnya.
"Biar gue aja," ucap Lime sembari tersenyum miring. Ia mulai melangkah meninggalkan teman-temannya yang masih berdiri di ambang pintu kafe menatap kepergiannya dengan tenang seraya melipat kedua tangan di depan dada.
Lime menyeret kursi dari meja lain ke meja cowok bernama Dennis karena kursi dimeja itu hanya berisi dua buah.
Dennis tersentak melihat cewek yang bergabung di mejanya begitu juga cewek disamping Dennis.
Lime? Dia disini? batin Dennis.
"Heh, lo siapa?" ketus cewek di samping Dennis.
Sementara Lime menyandangkan sikutnya ke sandaran kursi sembari menaikkan kaki kanannya di atas paha kirinya. Ia melayangkan senyum miring.
Lime menyalakan benda kecil dan mengisapnya.
"Vuuuhhh..." Asap mengepul keluar dari mulut Lime menerjang wajah kedua orang di hadapannya.
"Lo apaan sih? Dasar cewek gila!" Si cewek melambai-lambai mengusir asap-asap itu dari wajahnya begitu juga Dennis.
Lime memegang puntung rokoknya seraya berucap, "Sejak kapan kenal ama pacar gue?"
Mata kedua orang itu membulat karena kaget.
"Apa lo bilang?! Pacar lo?!" Dennis dan cewek itu berseru serempak.
Lime yang melihatnya tersenyum sinis. Ia kembali mengisap benda kecil ditangannya dan mengeluarkan asapnya lagi.
"Dennis, sayang... kamu kok pura-pura nggak kenal aku sih?" Lime menekankan kata 'sayang'.
"Heh, cewek berandal! Lo jangan ngaku-ngaku deh!" bentak si cewek.
Pengunjung kafe sedikit tersentak dengan keributan itu. Mereka menoleh dan memperhatikan tiga orang itu.
Sementara teman-teman Lime beralih duduk dimeja dekat pintu kafe nonton apa yang Lime lakukan.
Back to Lime👉
"Apa yang lo lakuin disini, Me?" tanya Dennis mulai gugup.
"Ini siapa, Sayang? Kamu kenal dia?" Cewek disamping Dennis bertanya penasaran.
"Dia... Dia..." Dennis gelagapan.
"Gue temen pacarnya dia." Lime menjawab dengan santai.
"Maksud lo apa?! Dennis ini cowok gue! Lo jangan sok kenal deh!" Si cewek langsung menatap Lime.
"Ga usah banyak bacot lu! Rasain nih!" Tanpa aba-aba, Lime mengguyurkan segelas minuman ke wajah si cewek.
Semua orang yang melihatnya terkejut bukan main terkecuali teman-teman Lime sendiri.
"Lo juga!" Segelas minuman juga mengguyur wajah Dennis.
Kemudian tanpa rasa bersalah, Lime melenggang pergi meninggalkan dua orang yang kini tengah menahan malu. Ia kembali mengisap benda kecil ditangannya.
"Cabut yuk!" ajak Lime setelah dirinya sampai dihadapan teman-temannya.
Orang-orang menatap kepergian mereka dengan pikiran berbeda-beda. Dan setelah itu, kembali fokus pada makanan masing-masing.
"Aku pergi," ucap Dennis berlari keluar kafe berniat mengejar pacarnya yang tadi dia lihat.
"Sayang!" panggil si cewek mengikuti langkah Dennis.
(Untung mereka udah bayar. Kalo kagak, siapa yang mau bayarin? Masa Author? 🤣🤣).
Dennis menghampiri empat cewek yang kini tengah bersiap untuk melesat dengan motornya masing-masing.
"Tunggu!" Dennis meraih pergelangan tangan seorang cewek yang merupakan pacarnya.
"Ada apa lagi?" Cewek yang dipegang tangannya bertanya dingin.
Lime, Felycia dan Nadya menatap Dennis dengan tatapan nyalang. Namun yang ditatap tidak peduli.
"Kayla, dengerin aku dulu," mohon Dennis pada pacarnya.
Mikayla tak sedikitpun menatap wajah Dennis. Hatinya merasa muak pada cowok itu.
"Kita putus," ucap Mikayla pelan namun terdengar mengerikan.
"Putus? Nggak! Aku nggak mau putus dari kamu, Kay!" tolak Dennis.
Mikayla melepaskan cengkeraman tangan Dennis. Dia melesat dengan motornya dan tak menghiraukan Dennis.
"Mikayla!" teriak Dennis.
"Dasar Bocah idiot! Awas kalo lo sampe nyakitin temen gue lagi, gue bakal nyiram lo pake air panas sekalian!" ancam Lime kemudian menyusul Mikayla bersama Felycia dan Nadya.
Namun sepeninggal Lime and Friends, Dennis tersenyum miring penuh maksud.
🍋🍋🍋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik-Cantik Berandal (Trailer)
Fiksi RemajaWarna-warni kehidupan seorang Lime bersama tiga sahabat konyolnya yang sering dianggap cewek berandal karena berpenampilan layaknya preman. Namun tidak masalah. Lime and Friends tidak peduli asalkan mereka bisa membahagiakan keluarga masing-masing...