~Bab 8 Ada apa dengan Lime?~

29 5 0
                                    

~~Sebesar apapun usahamu menjauhinya, jika Allah menghendaki kalian bertemu, maka tidak ada yang bisa mencegahnya~~

Pagi itu, tidak seperti biasanya, petugas pesantren meneleponnya agar segera tiba pukul 05.30. Tanpa basa-basi lagi, Wildan langsung bersiap menuju pesantren tempatnya bertugas.

Awalnya dia ingin menceramahi Lime perihal malam tadi. Tapi dia sedang terburu-buru, jadi tidak bisa ceramah sekarang.

Wildan menaiki motor matik dengan merek Vario itu melesat menjauhi pekarangan rumahnya.

Butuh waktu dua puluh lima menit untuk sampai di pesantren.

"Assalamualaikum," sapa Wildan sesampainya di kantor Ustad. Disana hanya ada seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah pengurus pesantren.

"Waalaikum salam," jawab lelaki itu berdiri saat Wildan masuk. Kemudian dia mempersilakan Wildan duduk untuk membicarakan sesuatu.

Keadaan pesantren waktu itu bukanlah sepi, karena di masjid sedang dilakukan tadarus rutinan tiap selepas sholat subuh.

Usai berbincang-bincang, Wildan permisi dan kembali ke tugasnya, mengajar anak-anak kelas
2 MA-- seperti biasa.

🖤🖤🖤

"Megan! Buruan!" teriak Lime menunggu Megan diteras depan.

Megan tergopoh keluar dari dalam rumah dengan memakai seragam SMA. Sementara Lime berpakaian seperti biasa-- ala berandal.

Hari ini, cewek itu akan mengantar sepupunya ke sekolah baru yang Tak lain adalah sekolah SMA Wijaya, sekolah SMA tiga sahabatnya. Wildan telah mendaftarkan Megan disana karena Lime yang memintanya agar Megan memiliki teman disekolah walau tidak akan sekelas. Karena Felycia, Mikayla, dan Nadya sudah kelas 3 SMA sedangkan Megan masih kelas 1, sama sepertinya.

Tak basa-basi lagi, mereka langsung menaiki motor matik Lime.

"Kang Dedi kemana?" tanya Lime saat di perjalanan.

"Lagi tidur dia," jawab Megan.

Kemudian seperti biasa, jika mereka bersama, pastilah tak mungkin Megan tidak mengoceh, membuat telinga Lime ingin meledak seketika.

Lima belas menit berikutnya, mereka telah berada di lobi SMA Wijaya, menunggu Felycia, Nadya dan Mikayla.

"Woy, Mon!" sapa Nadya datang dari teras sekolah. Dia menghampiri sahabatnya itu bersama Felycia dan Mikayla.

"Akhirnya kalian dateng juga. Lama banget sih," ucap Lime saat tiga sahabatnya itu berada dihadapannya.

"Ya, sorry. Tadi kejebak macet," jawab Mikayla.

"Ya udah terserah. Gue mau cabut dulu. Si Marsha ngajak gue nonton balapan liar," tutur Lime. Tanpa berlama-lama lagi, dia melenggang meninggalkan cewek-cewek yang sedang menatap kepergiannya.

Sepeninggal Lime, mereka bertiga mengantar Megan ke kelasnya. Menjelaskan ini itu atau apalah.

🖤🖤🖤

Lime tiba di jalan kosong yang biasanya digunakan untuk balapan liar. Disana telah berkumpul gengnya dengan orang yang tidak dia kenal yang pasti ikut balapan ini.

"Baru dateng lu!" sapa Marsha. Lime melakukan tos dengannya dan semua anggota gengnya.

"Lo mau ikut balapan?" Winda bertanya.

"Nggak ah. Gue cuman mau nonton," jawab Lime.

"Emang ngapa? Lu takut mati?" gurau salah satu anggota geng.

Cantik-Cantik Berandal (Trailer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang