Suara bel pintu mengusik tidur siang Hueningkai, ingin menyuruh Beomgyu yang bukakan pintu tapi segera urungkan diri begitu melihat kakaknya tertidur begitu pulas. Pasti sangat kelelahan seharian bekerja.
"Ya! Sebentar!"
Begitu pintu terbuka, Hueningkai melangkah mundur tergagap. Bernafsu sekali hujamkan pisau tepat di dada orang tersebut.
"Waah, anak bungsuku sudah besar dan makin tampan. Sayangnya, Ibu muak melihat ketampananmu yang menyerupai Ayahmu, nak."
"Mau apa anda kesini?" Ujarnya dingin, Hueningkai tidak ingin buat kegaduhan yang akan membangunkan Beomgyu.
Wanita yang menjadi ibu biologisnya itu menatap remeh, tangannya menyentuh dinding juga pintu dengan gestur jiji seperti sentuh makanan basi.
"Kalian tidak bosan, hidup nelangsa? Ayolah, ikut Ibu masuk ke dalam keluarga Kang. Itu sangat menyenangkan, kalau kalian mau tau."
Tanpa Hueningkai sadari, Beomgyu datang dari arah belakang. Begitu terusik oleh suara dari arah ruang tamu.
"Biarpun hidup nelangsa, setidaknya kami tidak seperti anjing yang jilati tuannya. Jadi, Ibu, mohon maaf. Tawaranmu ditolak. Silahkan ambil saja semua harta suami barumu itu. Aku dan Hueningkai lebih sudi tinggal dikolong jembatan sekalipun." Beomgyu mengatakannya dalam sekali tarikan nafas, menggebu-gebu penuh tekanan di setiap kata.
"Dengar, Nyonya Kang? Lebih baik, anda pergi."
Tatapan sinis dilayangkan kepada Hueningkai dan Beomgyu, lantas menghentak keras langkahnya menuju mobil yang terparkir di halaman depan.
"Lain kali, kalau Ibu datang, bangunkan aku. Bahaya melawannya sendirian."
"Aku sudah besar, Kak. Bisa hadapi wanita jalang itu sendirian! Dan juga, jangan sebut dia Ibu lagi, titik."
Beomgyu mengangguk patuh, kemudian tersenyum menenangkan si adik. "Oke, oke. Maafkan Kakak. Sekarang, berhubung tanggung melanjutkan tidur, bagaimana kalau melakukan sesuatu yang lebih penting di hari libur? Eksperimen memasak, misalnya."
"Aaaa, aku malaaaaaas sekali. Seperti ada besi yang memberatkan kakiku, huhu... gendong aku," rengek Hueningkai dibuat-dibuat.
Beomgyu memutar bola mata jengah, "Betulan lumpuh, mampus."
"Jahat sekali!!"
###
Taehyun gelisah, sedari tadi memikirkan kalimat rancu Junho. Sudah seperti putaran musik dari kaset yang rusak, berputar sekaligus memekakkan telinga.
"Fuck, peduli Junho. Anak pelacur itu harus menderita, baik fisik maupun hati."
Bayangan Mamanya yang sekarat, sadarkan Taehyun akan alasannya begitu ambisius hancurkan Beomgyu.
Mataharinya direnggut paksa, dan Taehyun akan buat Beomgyu membayarnya setimpal.
###
"Tapi sayang, kedua buah hatiku menolak tegas warisan darimu."
"Bujuklah, aku tidak akan serahkan semua harta ini kepadamu tanpa penerus, bahkan anakku-Taehyun sekalipun."
Tuan Kang duduk tegas diatas kursi kebanggaan. Istri barunya memang gila harta, dirinya paham akan hal tersebut. Butuh kesabaran ekstra mempertahankan rumah tangga kedua. Berbeda dengan istri pertamanya yang begitu mandiri, bahkan enggan terima sepeserpun duit dari sang suami.
Mungkin itu yang menurun kepada Taehyun.
"Aku janji, kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau, istri baruku."
To be continued..
Kalo Kang Taehyun ketemu Berondong Tyun, pasti adu argumen mulu kali ya. Wkwkwkw, Ya Tuhan, kangen Berondong×Kak Bamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionBeomgyu tau, rasa miliknya itu sebuah kesalahan. Sebuah perasaan yang tidak normal, jauh dari kewarasan. Namun, bagaimana jika Beomgyu menikmati ketidak normalan tersebut?