Panggilan seorang wanita bikin Beomgyu fokus kembali, siap siaga di depan kasir.
Enggan menerima uang dari Tuan Kang, maupun Ibu-ah, dia bahkan kelu barang sedikitpun memanggil wanita itu Ibunya. Memutuskan bekerja paruh waktu disebuah toko swalayan menjadi penjaga kasir.
"Totalnya 2500 won,"
Wanita didepannya mengangguk, lalu menjulurkan kertas senilai yang Beomgyu katakan.
"Terimakasih."
Rehat sejenak, Beomgyu meminta izin untuk ke kamar mandi karyawan.
Menyentuh punggung telanjangnya yang masih terdapat luka segar, Beomgyu menangis keras di kamar mandi.
"Ayah, Beomgyu-mu sudah mekar. Kalau boleh, permatamu ini ingin Ayah istirahat dengan tenang. Tanpa khawatir atas nasibku dengan Hyuka. Mau, ya Ayah?"
Figura ayah yang tercetak berbarengan dengan dirinya, pun Hyuka ketika masih bayi, di genggam erat. Kelusuhan pada lembar foto tersebut sebagai bukti seberapa lama dan seringnya Beomgyu bawa.
"Tapi, Ayah. Bagaimana ini? Beomgyu begitu buta hingga menyukai, tidak, lebih tepatnya mencintai orang yang sepatutnya Beomgyu hindari."
###
"Lagi? Lain kali aku saja yang gantikan kamu, Kak." Hueningkai kesal, mengetahui kakaknya begitu bebal berhadapan dengan Taehyun.
Mebersihkan luka perlahan, sesekali ringisan Beomgyu keluar waktu kapas beralkohol mencium luka di punggung.
"Tak boleh, adik manisku harus senantiasa bersih dari luka. Bagaimana dengan latihanmu? Lancar, kan?" Tanya Beomgyu, berusaha alihkan topik pembicaraan.
"Kelewat lancar malah, Junho berserah diri mengisi posisi drummer. Nanti Kakak hadir kan saat perlombaan? Sayang lho, jika melewatkan suara adikmu yang terlampau merdu ini."
Mendecih keras, Beomgyu memukul pelan kepala Hueningkai.
"Narsismu perlu dikurangi, mau kubantu berkaca?"
"Hoho, ngga perlu. Ini sifat alamiah, tahu. Biasa, darah muda."
Setelahnya tawa menemani, sebelum yang lebih tua undur diri menuju kamar.
Beomgyu senang, alasannya untuk bertahan hidup- yaitu adiknya-tumbuh begitu ceria. Dia besar tanpa sejengkalpun debar kebencian-dan Beomgyu sangat bersyukur akan itu.
"Dia harus tumbuh menjadi pemuda jelita. Pegang janjiku, Ayah."
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionBeomgyu tau, rasa miliknya itu sebuah kesalahan. Sebuah perasaan yang tidak normal, jauh dari kewarasan. Namun, bagaimana jika Beomgyu menikmati ketidak normalan tersebut?