7

393 77 8
                                    

Nafasnya tersengal, pening makin terasa akibat kemarin paksakan diri dicumbu tirta langit.

Air didalam baskom menjadi pendukung kedua-setelah pileknya-akan sakitnya paru paru yang kehabisan oksigen.

Beomgyu senang bukan main, setidaknya ia bisa cepat mati.

Hingga bayangan adiknya yang merengek, kembali sadarkan dirinya. Beomgyu tidak boleh menyerah dahulu.

Beruntung, kepalanya ditarik kembali ke permukaan udara oleh Taehyun.

"Bagaimana, Beomgyu? Masih mencoba untuk kabur? Setelah curi segala uang Ayahku."

"Berapa kali harus kubilang, aku tidak.. Aku tidak sudi terima uang dari Ayahmu sepeser pun, Taehyun. Aku mengakui, aku ingin kabur darimu. Tapi sungguh, itu gunakan uang hasil kerjaku sendiri dengan Hueningkai!"

Beomgyu muak, sudah lelah membisu turuti keinginan Taehyun.

Kembali, wajahnya di masukkan kedalam baskom berisi air. Kursi penumpang di belakang yang basah dibiarkan Taehyun. Amarah begitu menguasai sebab nada kalimat Beomgyu yang meninggi barusan.

"Bangun, Choi. Aku tidak menyuruhmu tidur." Ucapannya bak setenang air laut, tapi simpan berjuta amarah.

"Choi! Bangun! Hukuman- Astaga Beomgyu!"

Dan sialnya, Taehyun terlambat menyadari pingsannya Beomgyu sedari tadi. Memindahkan Beomgyu ke kursi depan, lalu Taehyun meletakkan sembarang baskom berisi air tadi di area parkir.

Berlanjut mobilnya dipacu cepat menuju rumah sakit terdekat, lupa akan fakta jika biasanya Taehyun akan meninggalkan Beomgyu yang tergeletak lunglai setelah sesi hukuman. Kali ini, entah mengapa, kalut kuasai otak sampai Taehyun berbuat diluar kebiasaan.

###

"Katakan, aku harus apa agar kamu maafkan aku Taehyun?"

Setelah sadar dari pingsan, Beomgyu mencegat pergelangan tangan Taehyun sebelum pria itu melenggang pergi.

"Aku janji akan hapus perasaan khusus ini untukmu, aku janji! Aku-"

"Pergilah. Pergi sejauh mungkin, bersujud dan memohon maaf kepada Ibuku langsung. Setelahnya, jangan muncul dihadapanku kembali. Dengan begitu, permintaan maafmu aku setujui."

"He-heh? P-pergi, ya?"

Merasa genggaman Beomgyu melonggar, Taehyun menepis dan menepuk jijik pergelangannya bekas cengkraman Beomgyu.

Taehyun sudah menyerah, tak lagi mau ungkit tragedi masa lalu.

Yang sayangnya, itu semua lagi-lagi di misinterpretasikan Beomgyu.

###

Jengkal di tiap larinya melebar, berteman tangis yang tak kunjung berhenti.

Baru saja, baru saja pendar kegembiraan di rengkuh. Musnah sekejap ketika mendapat panggilan dari rumah sakit.

"Apa betul ini dengan Hueningkai? Kami dari pihak rumah sakit, ingin mengabarkan bahwa Kakak anda, Choi Beomgyu mengalami overdosis."

Dan, semuanya terlambat. Beomgyu telah wafat.

"Bercandamu tidak lucu, Kak! Ayo bangun, ini ulang tahunmu, harusnya aku yang mengerjaimu!! Hiks.."

"Kak, lihat ini. Piala ku sudah genap, aku bisa dapat Beasiswa di Art University. Kita bisa pindah dan hidup bahagia di sana, Kak!! Astaga, aku harus memohon berapa kali? Kak!! Aku janji, aku-"

"Hueningkai!!"

Junho datang, entah siapa dan darimana yang memberi tahu lokasi dirinya berada kini pada lelaki itu.

"Hiks, Junho. Kak Beomgyu marah padaku, tidak mau bangun karena tadi pagi aku tidak mencuci piring bekas sarapan, hiks.. Ini, piala-hiks.."

Putus asa, yang Junho dapati dari Hueningkai hanya itu. Junho ikut tercubit kecil tatkala saksikan kesayangannya bersimpuh dihadapan jasad kakaknya, timbulkan sakit tak berkesudahan dalam atma.

"Sst, tenang ya, sayang. Aku ada disini," parau Junho disela pelukan keduanya yang terjalin entah ke berapa kali.

Diam-diam, merutuki Taehyun dan dirinya sendiri yang tidak mampu beri Hueningkai ketenangan.

###

"Sekarang, kamu bukan lagi atasanku. Jadi, biarkan aku rajut hari baru bersama Hyuka. Ayahku akan sesegera mungkin putuskan kontrak perusahaan dengan Ayahmu, meskipun itu berakibat bangkrut sekalipun,"

"Tenang saja, namamu masih tercantum pada daftar temanku, kok. Kamu bisa mendatangiku kapan saja, asal tidak bahas sesuatu yang krusial."
Lanjut Junho panjang lebar.

Sudah dua minggu sejak kematian Beomgyu, Taehyun bersikap patuh seperti robot yang hanya diam dan melakukan segala perintah ayahnya.

Junho tau, temannya itu kelewat frustasi pun bimbang akan seluruh beban hidupnya. Itu mengapa, dia tidak pernah mau mengecap Taehyun lelaki brengsek. Meskipun kenyataannya begitu.

Taehyun, memiliki dunia gelapnya sendiri. Penuh komplikasi.

"Sore nanti, antar aku ke makam Beomgyu."

Itu kalimat terakhir Taehyun, sebelum Junho mengiyakan dan keluar dari kamar temannya itu.

To be continued..

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang