/Slight JunKai Area/
.
.
.
Cha Junho masih pertahankan mulut yang terbuka menganga, dikala Hueningkai butuhkan runtutan penjelasan dari teman dekatnya itu."Kerja bagus, Junho. Terimakasih atas segala informasinya." Taehyun bersuara congak, lantas berjalan melewati Hueningkai dengan senyuman miring diiringi tabrakkan kencang pada bahu ketika melihat adik Beomgyu tersebut terjongkok lemah.
Sepeninggal pria Kang, Junho menatap nanar ke arah lantai.
"Kamu, dengar keseluruhannya?"
"Ya."
"Lalu, kamu dengar rencana Taehyun selanjutnya?" Tanya Junho sekali lagi.
"Ya."
Junho bungkam, setelahnya berteriak kencang hingga orang yang berlalu lalang di belakang panggung melirik kearah mereka.
"Hue-"
"Junho, kukira kamu teman."
"Tidak, dengar du-"
"Kamu menjerat Kakakku dalam bahaya."
"Bukan-"
"Pergilah, aku tidak memerlukanmu lagi dalam band."
Mata Junho melebar cepat, "Kamu lupa? Kamu berjanji, tak akan pernah-"
"Persetan dengan dendam, Junho. Aku kecewa. Sangat.."
Menarik nafas rakus, Junho memantapkan hati untuk berterus terang.
"Baik, aku mengaku. Aku kaki tangan Taehyun, beri segala posisi dimana kamu dan kakakmu berada. Aku yang cetuskan segala hukuman untuk kakakmu, Beomgyu. Puas?"
Tangis Hyuka makin kencang, beruntung kontestan selanjutnya sedang tampil hingga suara musik redamkan suara tangis pilu Hueningkai.
Junho mendekat, ikut berlutut sampai sejajar dengan pemuda yang ia cintai itu.
Ingin beri peluk kekuatan, namun enggan.
"Tapi, Hyuka. Aku minta maaf bukan untuk itu semua," ucap Junho, sukses buat Hueningkai hentikan tangis.
"Aku, minta maaf. Untuk kelancanganku yang memilihmu sebagai orang yang aku cintai. Maafkan aku, Hyuka."
Tidak kuasa lagi, Junho peluk tubuh Hueningkai yang masih terduduk lemas dengan bahu bergetar di lantai.
Sedikit tidak menyangka, jika pelukannya barusan terbalas oleh Hueningkai. Buat Junho bernafas lega, membenarkan seluruh persepsinya akan Hueningkai yang tidak akan pernah bisa membencinya.
Pukulan bertubi dilayangkan pada dada Junho, hingga Junho mau tidak mau makin rapatkan tubuh keduanya.
Kepala Hueningkai diusap lembut, sampai isakannya mereda.
"Menangislah, pukul aku juga. Sampai kecewamu mereda. Apapun itu, asal kamu jauh dari kata kebencian untukku."###
"Dimana tugasku, Beomgyu?"
Beomgyu tersentak dari duduknya, ini gawat.
Meskipun dari rumah tadi dia sudah pasrah terima segala konsekuensi dari Taehyun, nyalinya mendadak mengkerut kala berhadapan langsung dengan Tuan-nya tersebut.
"Maaf, aku lupa membawanya. Kalau kau mau, aku akan izin pulang-"
"Lupa membawa atau tidak mengerjakan? Wah, Beomgyu. Pasti enak sekali ya, belikan adikmu hadiah dengan uang Tuan Kang, ayah tirimu."
Baru Beomgyu ingin menyangkal pun menjawab segala perkataan Taehyun, beberapa mahasiswi telah berdatangan memasuki kelas.
"Nanti, seperti biasa ya, sayang. Pulang bersamaku." Vokal Taehyun berganti mengalun lembut.
"Sepulangnya nanti, jangan kabur Choi. Aku menunggu di dalam mobil." Ancam Taehyun melalui bisikkan.
Beomgyu mengangguk sekilas, lalu tersenyum indah. Meskipun ia menangkap pemandangan tak enakkan hati. Perempuan yang kemarin hari bercumbu dengan kekasihnya, berkedip pelan ke arah Taehyun dari luar jendela. Diikuti Taehyun yang juga keluar dengan alibi ingin pulang sebab kelasnya telah usai.
"Bam, aku iri padamu. Bisa mendapati tempat pertama di hati Taehyun, apa rahasianya?"
"Tidak ada," meski keadaan kalbu sangat jauh dari definisi baik, Beomgyu menjawab bahagia. Itu benar, kan? Beomgyu tidak perlu rahasia untuk rajai hati Taehyun, sebab itu bukan sebuah kenyataan.
"Kudengar, kalian memang berteman sedari kecil. Pantas saja, mungkin kamu berkontribusi banyak dalam hari-hari Taehyun hingga dia cinta setengah mati sama kamu."
Beomgyu mengernyitkan dahi, "Maksudmu?"
"Biasanya sih, begitu. Singkatnya-terbiasa. Dia sudah terbiasa denganmu, Bam."
Oh, begitu ya.
Segalanya, hanya karena terbiasa.
Atau bahkan, perasaan Beomgyu ini bukan cinta? Dipertimbangkan kembali, Beomgyu memang terlalu cepat menyimpulkan sesuatu.
"Kemudian, getaran apa yang aku alami ini tiap temui Taehyun? Apa Taehyun rasakan itu juga?" Tanya Beomgyu dalam batin, entah kepada siapa pertanyaan itu bertuan.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionBeomgyu tau, rasa miliknya itu sebuah kesalahan. Sebuah perasaan yang tidak normal, jauh dari kewarasan. Namun, bagaimana jika Beomgyu menikmati ketidak normalan tersebut?