5

341 79 5
                                    

Taehyun muntab, dan Beomgyu jadi penyebab. Pemuda manis itu pergoki rivalnya sedang cumbui seorang gadis tepat di dalam bangunan yang biasa Taehyun ubah jadi ruang hukuman untuk Beomgyu.

"Kamu iri, Beomgyu? Sampai lancang intip kegiatanku dengan kekasihku. Katakan, bentuk hukuman apa yang mau kamu terima pada hari ini?"

Beomgyu begitu panik, baru kemarin dirinya dihadiahi memar pada betis ketika Taehyun mengetahui Ibu tirinya sudah dapatkan separuh harta juga hati tuan Kang.

"Tae, tanpa kamu sadari, tindakanmu sudah kelewat jauh. Tolong, berhenti. I begging you.. I miss little Kang.."

Selama sesi hukuman, perdana kali ini si Choi menangis lemah-meraung.

"Sakiti aku saja, aku mohon.  Jangan libatkan perasaan, lebih baik hujani aku pecutan, sakitnya kontemporer. Sebab, asal kamu tau saja Kang Taehyun," Jeda sejenak, Taehyun masih bungkam dengar segala penuturan Beomgyu yang kelewat gamblang.

"Aku, sialnya menyukaimu. Idiot sekali."

Sukses, dunia Taehyun berguncang keras bak dilanda badai topan.

Bagus, rencana hancurkan mental anak itu berjalan lancar.

Taehyun bersorak ria, diiringi jeritan putus asa. Mengapa ada sebercak noda perih diantara euforia ini?

###

Pintu rumah reyot itu dibuka pelan, surga dunia sederhananya bersama sang adik. Tiada tandingan guna lepas penat.

"Kakak nanti langsung makan ya, Hyuka sudah pro lho, olah bahan di kulkas jadi penghuni perut! Udah Hyuka cicip, ga kalah enak sama masakan Kakak!"
Adiknya menyapa dari balik dapur, sambut kepulangannya ceria.

Hampir lupa bertanya mengapa Hyuka bisa tau dirinya telah pulang tanpa ucap Kakak Pulang!, dan jawabannya bukan lain karena suara derit pintu kelewat keras untuk ukuran rumah peninggalan Ayah mereka yang sangat sunyi.

"Wah, terlihat layak dimakan. Kakak mandi nanti saja, tidak sabar santap makanan dari adik tersayang."

Wajah Hueningkai memanas, malu dipanggil sedemikian manja oleh Beomgyu.

"Ish, omonganmu sebelas dua belas dengan lelaki buaya, Kak."

"Biar, kan memang kamu adik kesayangan Kakak."

Beomgyu mendekati adiknya, kemudian gapai tubuh yang lebih tinggi tersebut dalam pelukkan hangat.

"Ya ya ya, kakak mungil. Omong-omong besok ulang tahunmu, Kak. Mau hadiah apa dariku?"

Masih peluk area leher Hueningkai, si mungil masih tunjukkan tampang berfikir.

"Piala kontes band nanti, bisa?"

"Siap!!"

To be continued..

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang