2

37 10 0
                                    

Setelah menyepakati untuk membantu Alariq membongkar penyebab kematiannya, kini Agatha masih asyik menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya tanpa ada niatan untuk beranjak dari rooftop tersebut.

Sekarang hanya kesunyian yang menyelimuti Agatha dan Alariq. Kini Agatha pun membuka suaranya

"Eumm, Alariq," panggil Agatha sambil memerhatikan Alariq, yang dipanggil hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Gini ya Alariq, jadi gue besok ke sini lagi buat nemuin lo, dan kita akan bahas bagaimana caranya membongkar penyebab kematian lo," ucap Agatha mantap.

"Oke," sahut Alariq.

"Kalo gitu gue balik ke kelas dulu ya," pamit Agatha, sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Alariq.

"Hmm," gumam Alariq, memperhatikan punggung Agatha yang mulai menghilang dari pandangannya.

Sekarang Agatha sudah berada di dalam kelasnya sambil menghampiri Althair yang sedang duduk di kursinya.

Melihat kedatangan Agatha, Althair pun mendongak. "Ngapain lo di rooftop?"

"Ya kan, kata gue tadi mau bolos. Lo sih nggak asik di ajakin juga nggak mau," kesal Agatha.

"Gue males," ucap Althair, sengaja menekankan kata 'malas'.

"Oh iya, motor lo katanya udah selesai di perbaiki, jadi nanti gue anter lo ke bengkelnya," ucap Althair

"Emm–oke," jawab Agatha.

Jam sudah menunjukkan waktu pulang, terbukti dengan suara nyaring bel yang menggema di penjuru sekolah SMA NUSANTARA. Seperti biasa, seluruh siswa dan siswi SMA NUSANTARA berbondong-bondong keluar dari pagar sekolah, pulang menuju rumahnya. Begitu juga dengan Agatha dan Althair.

Motor sport milik Althair melaju dengan kencang dan meninggalkan area sekolah. Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di bengkel dan mengambil motor milik Agatha.

"Sekali lagi makasih ya, lo udah bantu gue," ucap Agatha dengan tulus, bonus senyum kecil yang menghiasi wajahnya.

"Sama-sama," balas Althair, memberikan senyum andalan yang biasanya membuat para wanita berteriak heboh.

"Gue pulang dulu ya," pamit Agatha yang di beri anggukan oleh Althair.

Setelah berpamitan, kini Agatha pulang seraya mengendarai motor miliknya.
Sesampai di rumah Agatha langsung pergi menuju kamarnya, mengistirahatkan tubuhnya di tempat tidurnya yang empuk.

***

Keesokan harinya, Agatha pergi sekolah dengan mengendarai motor sport miliknya, ditemani gerungan dari motor lainnya dan juga semilir angin yang menerpa wajahnya.

Kini Agatha sudah sampai di sekolahnya. Setelah memarkirkan motornya, Agatha mulai melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Dipertengahan jalan, tak sengaja mata Agatha bersibobrok dengan mata sesosok gadis yang memakai pakaian sama sepertinya. Agatha tau dan hal ini sering terjadi padanya. Bodohnya, Agatha malah terpaku dan memperhatikan mata yang mengeluarkan darah kental itu, juga wajah yang separuhnya rusak.

"Tha?"

Agatha tersentak saat namanya di panggil bersamaan dengan pundaknya yang di tepuk pelan. Refleks, Agatha menoleh ke si empunya tangan, Althair.

"Eh, ternyata lo Al, gue pikir siapa."

Althair hanya tersenyum kecil melihat wajah Agatha yang terlihat lucu dimatanya itu. "Ngapain lo masih di sini?"

Agatha menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak, nggak ngapa-ngapain. Mending kita ke kelas, udah mau bel ini."

Bersamaan dengan itu, bunyi bel masuk sekolah berbunyi membuat kedua pasang remaja itu langsung cepat-cepat pergi menuju ke kelas mereka. Beruntung mereka sampai lebih cepat dengan guru yang akan mengajar di kelas, hal itu membuat Agatha dan Althair menghela nafas lega.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Dita, setelah melewati ambang pintu.

Tak ingin mengulur waktu, Bu Dita langsung melangsungkan kegiatan belajar-mengajar. Saat dipertengahan penjelasan dari Bu Dita, Agatha jadi teringat satu hal.

Gue kan sekarang harus nemuin Alariq. umpat Agatha dalam hati.

"Bu," panggil Agatha sambil mengangkat sebelah tangannya, ia menyela penjelasan Bu Dita. "Saya boleh izin ke toilet?"

Bu Dita memandang Agatha, begitu juga seluruh penghuni kelas. "Iya silahkan, tapi ingat jangan lama-lama."

Agatha mengangguk, ia langsung pergi menuju rooftop untuk menemui Alariq. Pasti Alariq telah menunggunya sedari tadi.

Disana sedang berdiri seorang laki-laki berbaju putih dengan keadaan tubuh yang pucat pasi, ya dia adalah Alariq.

"Jadi apa rencananya?" tanya Agatha to the poin, jujur Agatha berdiri dekat dengan Alariq ini hawanya sedikit berbeda.

"Oke jadi gini, lo bisa berteman dengan orang yang dekat dengan gue," ucap Alariq mulai membuka suara.

"Oh si Althair maksud lo?" tanya Agatha.

Alariq mengangguk mengiyakan. "Iya, jadi lo selidiki aja dia, terus bisa juga lo sekali-kali main ke rumah gue, atau tempat yang sering gue datangi. Ya, siapa tahu aja di sana terdapat banyak bukti."

"Hmm, oke. Gue juga udah kenal sama Althair, jadi gampang lah," ujar Agatha sambil terkekeh untuk mencairkan sedikit suasana yang menurutnya sangat mencekam.

Di lain tempat Althair sedang sibuk mencari Agatha karena dari jam pelajaran tadi sampai istirahat batang hidungnya tidak terlihat.

"Mana ya Agatha kok nggak balik-balik," gumam Althair. Ia berhenti sejenak, memikirkan kemungkinan keberadaan Agatha.

"Oh, mungkin Agatha lagi di rooftop. gue kesana aja dulu, untuk memastikan."

Tak mau berlama-lama, Althair langsung beranjak pergi ke rooftop. Althair mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Agatha seperti berbicara dengan seseorang, tapi di sana tidak ada seorang pun kecuali si Agatha.

Aneh, pikirnya.

"Agatha," panggil Althair kemudian.

Refleks, Agatha langsung menoleh ke belakang, tepat dimana Althair berdiri sekarang.

"A-althair ngapain l-lo di sini?" tanya Agatha, dia terkejut melihat kedatangan Althair yang tiba-tiba.

"Gue nyariin lo, ke kantin yok," ajak Althair, tak mau memusingkan pikirannya, walaupun sebenarnya dia sangat penasaran.

"A-ayo," sahut Agatha, masih terbata.

Agatha pun beranjak dari rooftop bersama Althair disampingnya. Meninggalkan Alariq di sana, walaupun hanya Agatha yang bisa melihatnya.

Saat sampai di kantin mereka memesan makanan dan langsung mencari kursi yang kosong untuk makan.

Saat makan Althair dari tadi hanya memperhatikan Agatha. Sedari tadi Agatha terlihat lebih gugup dari sebelumnya dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

"Agatha," panggil Althair mengagetkan Agatha.

"Iya Alariq," jawab Agatha spontan.

"Hah Alariq?" Althair heran mengapa Agatha memanggilnya dengan nama saudara kembarnya. Ia yakin bahwa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Agatha.

"E–eh nggak, maksud gue Althair, Alariq itu nama tetangga gue kok," kilah Agatha meyakinkan Althair, hampir saja dia keceplosan.

"Emm, gue pergi toilet bentar," pamit Agatha yang langsung berlari ke toilet tanpa mendengar persetujuan dari Althair.

Althair hanya menatap punggung Agatha, yang mulai menghilang, "kayanya ada yang dia sembunyikan dari gue," gumamnya yang merasa curiga.

Karena merasa penasaran, Althair beranjak dari tempat duduknya dan membuntuti Agatha ke toilet.

Di dalam toilet Agatha menatap dirinya di depan cermin, "aduh hampir aja gue keceplosan, kalau gini Althair bisa curiga sama gue. Pokoknya gue harus hati-hati dan juga harus cepat nemuin bukti-bukti kematian Alariq," ucap Agatha berbicara dengan dirinya sendiri.

Sedangkan di luar toilet Althair tersenyum miring mendengar ucapan Agatha. "Oh jadi itu, baiklah mari kita mulai permainannya."

• • •

Agatha's Journey In Search Of RiddlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang