5

27 6 0
                                    

Setelah melewati ambang pintu kamarnya, Agatha langsung beranjak ke meja belajarnya. Ia membongkar semua barang bukti yang didapat.

Perhatian Agatha tersita pada plastik berisi kulit obat yang ia temukan tadi. Ada beberapa dan juga sebagian tulisan sudah mulai memudar.

Tanpa ragu, Agatha mengambil salah satu kulit obat tersebut. Memilih yang tulisannya masih bisa ia baca.

"Estazolam?" gumam Agatha membaca tulisan yang tertera.

Cepat-cepat Agatha mengambil handphonenya di saku rok sekolahnya. Dengan lincahnya, jari jari Agatha menari diatas layar benda pipih canggih itu. Menulis dan mencari tau tentang 'Estazolam'

Tak butuh waktu lama, Agatha mendapatkan informasi tentang obat tersebut. Ternyata obat itu adalah salah satu golongan Benzodiazepine, obat penenang.

Estazolam sendiri adalah obat yang digunakan secara jangka pendek untuk menangani insomnia. Tertera juga dosis dan juga larangan yang menyatakan kalau Estazolam tidak diperbolehkan digunakan lebih dari dua minggu, dan juga dosis yang lebih besar atau lebih kecil daripada yang sudah dianjurkan. Penyalahgunaan Estazolam secara tidak tepat akan menyebabkan ketergantungan, overdosis, dan kematian.

"Kematian?" gumam Agatha membaca bait terakhir tulisan tersebut.

"Apa mungkin, ini obat yang menyebabkan Alariq meninggal?"

Mata Agatha kini bertumpu pada flashdisk yang tergeletak di hadapannya. Tanpa pikir panjang, Agatha langsung menancapkan flashdisk ke lubang yang tersedia di sisi Laptop.

Hanya butuh beberapa menit, muncul file file pada layar laptop Agatha. Yang langsung membuat Agatha gatal untuk menjelajahinya.

Agatha menghela nafas kesal, melihat banyaknya file file yang harus Agatha jelajahi satu satu. "Sialan, kalau gini jadinya sampek besok juga belom ketemu."

Tiba tiba Agatha terjengkit kaget saat sebuah hawa, dilanjut dengan sebuah tepukkan pelan mendarat di pundaknya. Sontak Agatha langsung menoleh kesamping, dan tersenyum senang setelahnya.

"Alariq?"

"Iya, ini gue. Lo udah dapetin bukti-bukti?"

Agatha mengangguk senang. "Iya, gue udah dapetin plastik obat yang mungkin penyebab kematian lo. Dan, oh iya... gue tadi siang ada motret beberapa foto yang dipajang di dinding kamar."

Dengan senang hati, Agatha menunjukan beberapa hasil foto yang ia dapat tadi. Dan juga bingkai foto yang tadi dibawanya.

"Mungkin ini lo," tunjuk Agatha ke arah seorang anak laki-laki yang berada di gendongan Ayahnya.

"Dan ini, sepertinya Althair," lanjutnya seraya menunjuk ke arah anak laki-laki yang berada di gendongan Ibunya.

Alariq menatap foto tersebut dengan pandangan sendu. Diperkirakan, foto itu diambil saat ia dan Althair berumur 2 tahun.

Tiba-tiba, Agatha teringat sesuatu. Cctv, mungkin dari cctv bisa saja cewek dengan kaos putih tersebut menemukan bukti yang kuat untuk memecah teka-teki kematian Alariq.

Jari-jemari Agatha mulai menelusuri setiap file di laptop yang memunculkan video-video dari cctv rumah ini.

Hingga beberapa menit berlalu namun Agatha tak kunjung menemukan video yang ia cari. Tiba-tiba saja dari belakang Alariq datang dengan tangannya yang bertengger di bahu Agatha.

Agatha menoleh ke belakang.

Menarik kursi yang berada tak jauh darinya lalu Alariq duduk di samping Agatha. Agatha kembali mencari bukti cctv sedangkan Alariq sibuk memandangi kegiatan Agatha.

Agatha's Journey In Search Of RiddlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang