Sudah di ujung bulan april, ketika itu aku menyadari waktu ku sudah tidak lama lagi disini. Ya, di sebuah tempat yang sudah nyaman aku tinggali. 18 Tahun aku hidup di tempat yang mana aku menemukan teman, cinta, dan juga duka. Ketika itu hari terasa menjadi lambat, yang aku rasakan hanya kekosongan, aku harus pergi ketika itu. Barang-barang sudah dikemas dan aku tak ingin melangkahkan kaki tapi ayahku berkata.
"Dika, ayo buruan berangkat keburu sore".
Ketika itu aku langsung bergegas mengendarai sepeda motor kesayanganku yang aku beri nama "bagrug". Diperjalanan pandanganku hanya menghadap kedepan dengan pikiran yang kosong, hingga aku tiba di tempat yang dimana nantinya itu akan menjadi tempat tinggal ku. Sesudahnya sampai barang-barang mulai di turunkan satu per-satu hingga rapi, masih belum berpikir apa-apa ketika itu aku hanya bisa diam sambil duduk di depan rumah baruku, menunggu semuanya selesai di bereskan.
Hari sudah semakin larut ketika itu aku memutuskan langsung tidur di kamar baruku, belum ada reaksi apa-apa, mungkin ketika itu aku sudah lelah dan perlu beristirahat. Namun besok paginya ketika aku terbangun, aku bangun dengan sangat kebingungan,aku belum bisa menerima keadaan yang baru, ketika itu aku malah panik dan berpikir "aku dimana" setelah diingat-ingat aku sudah tidak lagi ada di tempat ternyamanku, aku sudah jauh.
Siangnya aku kembali lagi rumahku yang lama, disana yang tersisa hanya barang-barang sisaan yang belum dibawa kemarin, aku kesana hanya untuk mengambil barang-barang tersebut, namun ketika aku sampai disana perasaanku benar-benar berbeda. Langkah demi langkah seiring dengan kenangan yang aku ingat, dimana aku sering bermain, sering melakukan hal-hal aneh dan juga konyol. aku merasa sedih dan tidak sadar mengeluarkan air mata, ketika itu benar benar haru pecah, aku benar-benar menangis sejadi-jadinya, memang kelihatannya terlalu berlebihan, tapi itu memang nyatanya.
Bagaimana mungkin, tempat yang aku tinggali selama 18 tahun harus aku tinggalkan begitu saja karena keadaan, berjam-jam aku pandangi seluruh ruangan, langit-langit dan juga sekitar dan pada akhirnya membuat aku makin hancur. Akhirnya aku kembali pulang ke rumahku yang baru dan mencoba move-on, meski dijalan aku benar-benar hancur dan menangis. Sesampainya disana aku pun mencoba tenang dan harus menerima kenyataan, aku harus mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru, mencoba melupakan semuanya dan mulai semuanya dari awal.
3 Bulan berlalu aku benar-benar rindu ke daerah dimana rumah lama ku berada, ketika itu aku menghubungi temanku yang bernama Aris, Aku dan Aris berkeliling di daerah sana hanya untuk melepas rindu yang awalnya masih sama, aku berkeliling dari tempat ku bersekolah dulu hingga tempat dimana aku jadikan tempat makan favoritku. Hingga aku masuk ke kawasan dimana aku tinggal dulu dan benar saja semua yang aku ingat dan lihat dulu berubah dengan drastis, ketika itu aku menjadi asing dan berpikir tidak seharusnya berubah seperti ini, dan akhirnya aku sadar bahwa hidup memang seperti itu mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu pasti ada. Aku pun bercerita-cerita kepada Aris tentang apa yang sudah aku lewati dan semuanya malah menjadi sebuah lelucon yang sangat unik, kadang dari tangisan sendiri tanpa sadari bisa dijadikan bahan tertawaan.
Kadang aku berpikir aku salah arah dan aku pikir aku tidak tau arah jalan pulang, tapi itu memang kenyataan adanya. Bertahun ke tahun aku berjalan dan tidak ada satu pun yang aku lupa malah semuanya berubah. Bukannya aku tidak menerima kenyataan, kadang aku bepikir demikian karna keadaan, ketika aku mencoba melupakan tapi tidak akan bisa, karna aku tau di setiap titik memiliki kenangannya sendiri. Ya, antara aku dan tempat ini akan tertulis dibagian cerita hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harian si Dika
Short StoryKisah seorang anak muda bernama dika dalam menjalani kehidupannya, dan mencoba survive dari realita kehidupan selama 7 tahun belakangan sampai sekarang. Akan kah dika bisa melawati segalanya dengan sikap nya yang tidak pernah serius dan bercanda?