BAB X

2 2 2
                                    

"Aku akan mematuhi amanat Ibuk. Menjagamu dan bayi itu. Akan tetapi, kau harus mematuhi satu syarat. Jika, kamu menolak maka kamu boleh angkat kaki dari sini!" datar, tegas dan dingin. Intonasi Yaqub saat mengatakan semua itu. Membuat ciut nyali Sita.

"Pikirkanlah aku beri waktu sampai tiga hari ke depan. Jika kau menolak maka silahkan angkat kaki dari sekarang!"

Yaqub beranjak meninggalkan Sita seorang diri. Sementara Sita membisu dalam dilema. Apa yang harus ia putuskan. Menerima syarat Yaqub jelas tidak mungkin. Akan tetapi, untuk menolak jelas tidak mungkin.

Akh! Sita mengacak rambutnya frustrasi. Anak ini bisa menjadi sebab hancur karir yang telah susah payah ia bangun. Akan tetapi menolak dalam keadaan seperti ini jelas tidak mungkin. Ia telah bersumpah dengan Ibuk untuk mempertahankan kandungannya.

Sita tidak punya pilihan selain mematuhi Yaqub. Hidupnya kini ada di tangannya. Ia tidak punya pembela lagi, Ibuk sudah pergi tidak akan pernah kembali.

Mangalah selangkah untuk menang seribu langkah. Itulah prinsip Sita saat ini. Ia harus patuh setidaknya sampai bayi itu lahir.

***"''''***
"Bang, ini kopi aku bikin sendiri. Semoga Abang suka."

Sita meletekkan secangkir kopi hangat  ke meja Yaqub. Tidak lupa sepiring kue  ia suguhkan. Sudah telalu lama hubungannya dengan Yaqub merengang Sita ingin menautkan kembali kebersamaan itu. Biar bagaimana pun Yaqub adalah kakaknya saudara satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.

Yaqub yang tengah memeriksa catatan penjualan mengangkat kepalanya sejenak. Ia ingin meyakinkan jika yang menyuguhkan minuman ini benar Sita adiknya. Seulas senyum ia terbitkan lalu meminta adiknya itu duduk di sebelahnya.

"Kamu sudah mengambil keputusan?" tanya Yaqub tegas.

Sita mengela napas sejenak. Ia sudah mengambil keputusan dan berharap Yaqub akan setuju. Dan kembali menerima nya.

"Saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain, Abang." Sita menjeda kalimatnya. Mengatur detak yang tak biasa di jantungnya. Sungguh ia masih trauma dengan peristiwa tempo hari, ia takut Yaqub akan kembali memukulnya.

"Jadi?"

"Sita akan patuhi semua perintah Abang. Sita akan kubur mimpi Sita dak tidak akan kembali ke sana. Sita akan di sini bersama Abang dan menjaga bayi ini," tegasnya kemudian.

Yaqub menatapnya tajam seolah mencari kejujuran dari ucapan Sita. Ia sangat hapal tabiat adiknya. Untuk itu ia akan sangat hati-hati dan tidak mudah percaya.

"Apa kamu yakin? Keputusan ini benar dari hatimu atau hanya karena takut dengan Abang?"

"Sita sungguh-sungguh, Bang. Sita jujur dan tidak akan menipu Abang."

"Demi Allah!"

Sita gemetar ia sangat tahu jika sumpah paling besar adalah sumpah atas nama Tuhan. Sekarang dia akan mengucapkan itu untuk berdusta?

Yaqub menatapnya tajam. Ia hanya akan percaya jika Sita tidak mau bersumpah. Sumpah atas nama Tuhan.

"Iya, Sumpah demi Allah." kalimat itu akhirnya terlontar dari bibir tipis Sita. Sumpah yang mengguncang hati. Namun, ia tidak punya pilihan.

"Kau tahu sanksi apa yang akan kau dapatkan jika dusta? Allah akan melaknatmu."

"Iya, Bang, Sita tahu dan Sita siap menerima akibat jika melanggar sumpah."

Yaqub meraih adiknya dalam pelukan.  Lega karena akhirnya Sita mau berubah pikiran. Ia berjanji akan bekerja lebih keras demi adik dan calon ponakan nya.

Yaqub juga berjanji akan membela mereka berdua. Dan siap menanggung apa pun demi mereka. Mulai detik ini tidak akan oa biarkan siapa pun menyakiti mereka.

"Terima kasih Sita. Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk menjadi  Kakak yang baik. Akan ku tebus kesalahan masa lampau dengan menjagamu dan anakmu."

Dua beradik itu bertangisan. Hanya saja isi dari tangisan itu berbeda. Yaqub menangis bahagia sementara Sita menangis karena merasa berdosa telah menipu Abangnya.

**"""'***
Waktu terus berlari meninggalkan banyak misteri. Usia kandungan Sita sudah memasuki waktu untuk melahirkan.  Sementara Yaqub tengah mempersiapkan pernikahannya.

Proses persalinan berjalan lancar. Sita melahirkan bayi perempuan cantik. Ia menamainya Laura Adelia. Ia cantik mirip sekali dengan Sita.

Dua bulan setelah Sita melahirkan Yaqub kelangsungkan pernikahan dengan kekasihnya. Saat itulah kesempatan Sita untuk pergi terbuka lebar. Saat  semua orang sibuk wanita itu pergi meninggalkan bayinya dengan sepucuk surat dan sejumlah uang.

Ia tidak peduli akan sumpahnya. Juga tidak peduli dengan anaknya. Ia pergi mengejar dunia yang membesarkan namanya.

Saat sedang menyalami tamu seorang tetangga mendekati Yaqub dan mengabarkan perihal Sita. Tubuhnya mendadak dingin. Tidak percaya jika sang adik tega menipunya.

Segera lelaki itu meninggalkan pelaminan dan mencari keberadaan Sita. Ia yakin Sita belum pergi jauh. Namun, Ema--istrinya menahan.

"Biarkan saja, Bang. Kasihan Laura kalau Abang pergi. Aku bersedia jadi Ibu untuk dia. Abang tidak perlu khawatir."

"Kamu sungguh-sungguh?"

Ema mengangguk dan membimbing kembali suaminya ke pelaminan. Ia tidak mau momen sakral mereka rusak karena masalah ini. Lagi pula ia bisa mendapatkan Yaqub tidak lepas dari campur tangan Sita.

Berkat dia Yaqub mau menikahinya.

Bersambung

#HWCMENULIS
#HWCBACTH4

honest_writers



ACHERON 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang