Bagian Empat

2.2K 97 6
                                    

Laura menatap dua buah lemari pakaian yang ada di kamarnya. Dengan wajah malas, Laura membuka satu lemari yang mana isi lemari itu merupakan baju dan tas yang biasa ia pakai ke kampus. T-shirt, jeans, dan jaket semuanya tersusun rapi dalam lemari. Laura memasukkan ransel yang tadi ia pakai ke dalam lemari dan sepatu keds diletakkan di bawah lemari.

Laura membuka satu lemari lagi yang ukurannya lebih besar dari lemari yang pertama ia buka. Matanya kini tertuju pada baju-bajunya yang terbuka, glamor, stylish, dan tas-tas mahal keluaran terbaru. Di bawah lemari terdapat berbagai macam jenis sepatu mahal. Dan itu adalah semua yang Laura pakai saat bekerja di malam hari.

Laura meraih mini dress berwarna biru dari dalam lemari, lalu ia meletakkannya di tempat tidur. Lalu ia melepas jam tangannya yang murahan dan meletakkannya di atas meja rias. Ia menatap meja riasnya yang terbagi dua. Sebelah kiri terdapat bedak, lotion, dan lipgloss yang ia pakai untuk kuliah. Sebelah lagi peralatan make-up yang sangat lengakap dan juga terdapat beberapa deratan parfum mahal.

Sambil menghela napas, Laura melangkah ke kamar mandi sambil membawa mini dressnya. Tidak beberapa lama, ia keluar dari kamar mandi dan penampilannya sangat berbeda. Yang tadinya ke kampus memakai kaos oblong dan jeans, kini memakai mini dress yang memperlihatkan setengah pahanya yang putih mulus.

"Ini sangat menjijikkan!" geram Laura merutuki dirinya.

Laura mengeluarkan sepatunya dan meletakkannya di dekat pintu. Lalu ia kembali ke meja rias dan mulai merias dirinya.

Sementara itu, di sebuah parkiran mall mobil Dennis dan Melina masuk ke parkiran. Dennis dan Melina turun dari mobil mereka masing-masing.

Melina mendekati Dennis yang sedang merapikan rambutnya. Ponselnya yang berdering membuat Dennis buru-buru mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, Melina juga melihat ponselnya.

"Den, Laura nggak jadi dating nih. Mendadak harus ke rumah mamanya."

"Damn!! Dasar PHP!" Dennis menggerutu dan wajahnya terlihat kecewa. Padahal ia sudah lama menunggu moment ini, tapi malah gagal lagi.

Melina sendiri diam-diam senyum senang memandang Dennis yang masih sibuk dengan ponselnya. Ia memasukkan ponsenya ke dalam tasnya dan langsung menggandeng tangan Dennis.

"Kita masuk aja, yuk! Kan ada gue!" Melina tersenyum lebar dan ia ingin mengubah suasana. Tentu saja Melina ingin memanfaatkan moment berdua dengan Dennis. Setidaknya ia sudah menunggu moment ini sejak lama.

Dennis masih terus mengomel kesal "Gue paling bete kalo di bokisin gini!"

"Jangan gitu dong! Udah deh, kita have fun aja malem ini, ya! Dennis... Laura kalau tiba-tiba cancel pasti ada yang lebih urgent!" Melina masih mencoba membujuk Dennis. Ya kali, mereka sudah sampai di mall, pulang lagi.

Dennis menghela napas pelan sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Melina langsung menggeret Dennis masuk ke dalam mall dengan wajah senang. Dennis masih saja kesal dan ingin pulang saja ke rumah. Tidak ada Laura, tidak akan seru!

***

Hotel Mewah

Laura melangkahkan kaki jenjangnya memasuki sebuah hotel mewah. Ia terlihat cantik dan glamour. Rambut panjangnya di gerai dan blow out sempurna.

Laura memakai mini dressnya berwarna biru yang tertutup tapi menonjolkan lekuk tubuhnya. Ia melangkah dengan sensual tapi kalem dan dingin.

Urgent! Setiap orang punya urgensi masing-masing! Tapi tingkat urgensi yang aku hadapi, cuma dihadapi 1 banding 1000 orang! ucap Laura dalam hati yang penuh penekanan.

Kupu-Kupu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang