Bagian Tiga

1.8K 102 2
                                    

Di perjalanan menuju pulang, Laura melihat ada keramaian di jalanan sehingga jalanan macet. Ia mau tidak mau harus berhenti. Ia menurunkan kaca mobilnya untuk melihat apa yang terjadi di luar.

Laura melihat ada seorang wanita melabrak seorang gadis cantik. Laura bisa mendengar suara pertengkaran mereka, dan ia memperhatikannya.

"Cewek gatel! Murahan! Berani-beraninya lo tidur sama suami gue!" teriak wanita muda itu.

"Moon map, Bu! Suami Anda yang mau tidur dengan saya! Jangan pake labrak-labrak aja, dong! Yang gatel sama saya itu suami Anda! Ya iyalah, bininya begini, pantes suaminya jajan!" Gadis itu menatap wanita di depannya dengan tatapan merendahkan.

"Heeehh brengsek! Dasar perempuan jalang! Perekkk! Chaboo murahan!!!" Wanita itu marah dan hendak menjabak gadis itu, tapi orang-orang yang sejak tadi hanya menonton drama itu langsung melerai mereka.

"Udah, jangan ribut! Berhenti! Sabar, Bu! Malu dilihatin orang!" ucap orang-orang untuk menenangkan wanita itu.

Laura yang sejak tadi menonton dari dalam mobil terkesip dan merasa tersindir. Ia langsung menutup kaca mobilnya dan menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Ia tersadar saat terdengar suara klakson mobil di belakangnya. Laura kembali melajukan mobilnya. Pertengkaran wanita muda dan gadis cantik tadi terngiang-ngiang dalam kepalanya. Ia menyetir sambil melamun. Ia merutuki dirinya sendiri saat mengingat dirinya dan pria yang membayarnya di hotel. Kilasan-kilasan kejadian itu tidak bisa ia lupakan dan terus mengganggu pikirannya. Sudah pasti pria itu punya istri dan Laura bisa membayangkan bernasib sama dengan gadis tadi.

Bruukkk!

Gara-gara melamun, Laura menabrak sebuah mobil mewah di depannya. Laura terlonjak kaget.

"Damnn!!!" Laura merutuki kebodohannya. Ia langsung keluar dan panik.

Sementara pemilik mobil yang duduk di kursi belakang sangat terkejut karena ada yang menabrak mobil mereka dari belakang.

"Astaga!" pekik pemilik mobil bernama Rudi dan Shanti bersamaan. Begitu juga dengan Maman, sopir pribadi mereka.

"Astagfirullah! Siapa lagi ini, nabrak dari belakang?!" Maman marah dan saat hendak turun dari mobil, Rudi menenangkan Maman sambil memeluk istrinya yang masih terkejut.

"Tenang, Mang Maman... jangan kebawa emosi. Urus samapai beres! Jangan pake cara preman pasar!"

"Siap, Pak Rudi..." Lalu Maman keluar dan langsung memarahi orang yang menabrak mobil majikannya.

"Gimana sih, Dek? Ini mobil bos saya, main tabrak aja!" Maman menatap Laura marah dan juga menatap bekas tabrakan Laura.

"Maaf, Pak... Saya benar-benar minta maaf..."

"Pasti sambil main hape, ya nyetirnya? Kebiasaan nih, anak muda, gak tau bahaya apa?!"

"Saya benar-benar minta maaf, Pak... Saya akan ganti semua biaya kerusakannya." Laura menatap Maman memohon.

"Ganti pake apa?! Emang situ sanggup bayar? Kamu anak kuliahan, kan?!" Maman semakin marah. Laura mengangguk pelan.

"Iya, Pak... tapi saya janji kok. Saya telepon sebentar." Laura mengambil ponselnya di mobil hendak menelepon, tapi ternyata ponselnya mati karena baterai habis.

"Arghhh!" Laura mulai panik.

Gimana bisa hubungi Mbak Rachma buat minjem uang? Tanya Laura dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi.

Di dalam mobil, ternyata Rudi terus menatap Laura dari kaca spion samping sopir, sementara Shanti masih memeluknya sambil menunjukkan ponselnya pada Rudi.

Kupu-Kupu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang