1. Bravo Zul

6.4K 1.3K 389
                                    

2.200 kata
Selamat membaca dan berbahagia 😍

❤❤❤

"Satu, dua, tiga, empat..."

Gadis kecil yang duduk di atas punggung ayahnya itu terus menghitung. Umurnya tiga tahun, sebentar lagi menuju empat. Dia sudah bisa menghitung, tapi kalau sudah masuk angka puluhan...

"Dua lima, dua tujuh, dua empat, dua lima, dua enam, dua empat..."

Masih dalam posisi push up, Zul menolehkan kepalanya melihat sang putri.

"Adek, ngitungnya salah," peringatnya.

"Oh iya iya. Dua empat, dua lima, dua enam, dua tujuh..."

Zul pun lanjut push up. Kerjaannya sebagai pengangguran alis gak kerja, membuat Zul harus rutin olahraga supaya tidak menimbun lemak dan tetap bugar. Pokoknya dia harus punya perbandingan yang kurang lebih seimbang antara olahraga, makan-makan dan rebahan. Anaknya baru dua, otw tiga, dia harus tetap bugar dan kuat biar punya enam. SEMANGAT!!!

"Dua sembilan, dua delapan, dua sembilan..."

"Haaahhh," Zul tengkurap, kedua tangannya menyilang sebagai tumpuan dagunya. Kalo begini caranya, dia bisa push up seribu kali tapi itungannya cuma muter-muter doang.

"Kenapa berenti ayah?"

Belum sempat menjawab pertanyaan putrinya, seorang wanita dari arah pintu masuk ruangan penuh alat-alat gym itu mencuri perhatian Zulfan. Ditatapnya wanita itu sambil ternyum tipis.

"Mas, aku pengen makan petisan."

"Petisan apa?" tanya Zul sambil terduduk. Putrinya sudah turun sejak dia berhenti melakukan push up tadi.

"Buah-buahan yang ada di tukang petisan," jelas Zulfa -yang gak ada salahnya juga sih. Zul berdiri, kemudian menangkap putrinya yang hendak memainkan alat gym lalu menggendongnya dengan satu lengan di sisi kiri.

"Mas mau mandi dulu. Awasin Noela bentar," ujarny sambil menurunkan Noela tepat di depan Zulfa.

"Noela mau ikut ayah."

"Iya, nanti ikut sekalian jemput abang di sekolah."

Anak kecil itu berseru senang lalu mengoceh pada bundanya sementara ayahnya pergi mandi.

Menjadi pengangguran membuat Zul mempunyai banyak waktu untuk keluarganya. Jadi apapun yang diinginkan oleh keluarga kecilnya itu, sebisa mungkin Zul yang akan melakukannya sekalipun dia bisa menyuruh orang lain.

***

Deretan mobil mewah itu berbaris, menunggu datangnya anak-anak yang akan masuk ke dalam mobil mereka. Untungnya kali ini Zul membawa Noela, jadi dia tidak perlu mendengarkan siaran radio atau memutar musik untuk mengusir bosan. Karena kecerewetan Noela sudah cukup menghibur dirinya.

Gadis kecil yang duduk pada kursi khusus di belakang itu sejak tadi memang tak berhenti bicara padanya.

"Ayah, kenapa Noela gak sekolah?"

"Noela masih kecil."

"Kapan Noela besar?"

Hm, pertanyaan yang sulit.

Zul tersenyum geli, diputar tubuhnya agar miring dan leluasa menghadap sang putri. Mobil Tesla yang dikendarainya sudah diatur dalam mode auto pilot. Jadi saat mobil di depan melaju, kendaraan pintarnya ini akan maju sendiri.

"Nikmatin aja selagi masih kecil. Nanti kalo udah besar, bisa jadi Noela pengen jadi kecil lagi."

Si Zul emang suka bener kalo ngomong.

Zul And FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang