Kegelapan kembali menaungi tanah Goryeo. Sajung memasuki kamarnya dan melihat Siwoo berada di sana. Sajung tersenyum melihat si bungsu yang tengah memegang salah satu pedang miliknya dan tampak kesusahan.
Sajung lantas menegur, "kau ingin mencuri pedang ayah?"
Siwoo segera menoleh, membuat ujung pedang di tangannya menyentuh lantai. Sajung kemudian menghampiri si bungsu dan memberikan usapan singkat pada puncak kepala bocah itu.
"Apa yang ingin kau lakukan dengan itu?"
"Aku hanya ingin melihatnya saja."
"Kenapa kau ingin melihatnya?"
"Paman Shin mengatakan bahwa seorang pengawal pribadi Raja selalu membawa dua pedang di balik punggungnya."
Rahang Sajung sedikit mengeras. "Kau mengatakan pada paman Shin jika ayah bekerja untuk Baginda Raja?"
Siwoo tertegun, menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dengan cepat bocah itu menepis kecurigaan sang ayah.
"Aku tidak bilang seperti itu. Aku hanya bertanya apa sebenarnya pekerjaan seorang pengawal pribadi Raja."
"Tapi kau tidak mengatakan pada paman Shin jika ayah seorang pengawal pribadi Baginda Raja, bukan?"
Siwoo menggeleng, terpaksa berbohong karena takut akan terkena marah.
Siwoo kemudian duduk bersila di hadapan Siwoo dan mengambil pedang di tangan bocah itu. Memegang sarung pedang itu dan membiarkan ujung pedang menempel pada lantai.
"Kenapa kau penasaran dengan pedang ini?"
Siwoo duduk di samping Sajung dan berubah menjadi anak yang manis. Membuat sang ayah mengerti bahwa putranya itu menginginkan sesuatu.
"Apa-apaan ini? Kau kembali menjadi Rubah yang manis?"
"Aku bukan Rubah, aku manusia ..." ucap Siwoo dengan suara yang sengaja dibuat lembut, tak lupa dengan kedua telapak tangan yang saling bertautan.
"Lalu?"
Siwoo kemudian berbicara dengan tempo yang lebih lambat, "aku ... jika aku sudah besar nanti. Bolehkah aku memiliki pedang ini?"
Sebelah alis Sajung terangkat. "Kau ingin memiliki pedang ini?"
Siwoo mengangguk. Menatap penuh harap.
"Kenapa kau ingin memiliki pedang ini?"
"Aku ingin menjadi seperti Ayah."
Sajung terdiam, namun beberapa detik kemudian seulas senyum lebar terlihat di wajah pria itu.
"Jika kau menjadi seperti ayah, maka kau harus menjaga seorang Raja."
Siwoo menyahut dengan suara yang lebih pelan, terkesan berbisik, "aku akan melakukannya. Ayah menjaga Raja dan aku akan menjaga Putra Mahkota ... ketika Putra Mahkota menjadi Raja, aku juga akan menjadi seperti Ayah."
"Kenapa kau berbisik?"
"Aku tidak berbisik."
Sajung mengusak gemas surai hitam si bungsu. "Bagaimana kau bisa menjadi seorang pengawal pribadi Raja jika kau saja tidak bisa menggunakan pedang dengan baik?"
"Aku akan belajar," sahut Siwoo semangat namun dengan suara yang pelan seperti sebelumnya. "Mulai sekarang aku akan giat belajar."
Saat itu Kyung Woo berdiri di luar pintu yang memang tidak ditutup. Menyimak celotehan dari adik kecilnya dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan.
Siwoo kemudian menyahuti putra bungsunya, "tanganmu bahkan tidak lebih besar dari pedang ini. Bagaimana kau bisa menggunakan pedang ini?"
"Aku akan tumbuh. Aku akan menjadi besar nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BROKEN PETALS OF GORYEO
Historical FictionDia yang lahir ketika gerhana matahari, akan terbunuh. Sebuah ramalan yang mengubah jalan takdir seorang bocah laki-laki. Ketika gerhana matahari tiba, saat itu Jang Siwoo melihat dunia. Menghirup udara yang sama dengan Wang Hee Seung. Namun bukan s...