Pagi itu perbedaan besar terjadi di kediaman Jang Sajung. Tak lagi terdengar pertengkaran antara si sulung dan si bungsu, ketika si sulung lebih sering memperhatikan si bungsu dalam diam tanpa berniat untuk menegur.
Siwoo yang menyadari sikap aneh sang kakak tentu saja tak henti-hentinya memberikan tatapan sinis. Merasa sangat janggal ketika sang kakak hanya membalas ucapannya dengan kata-kata singkat atau hanya sebatas gumaman. Sejak pagi hingga menjelang siang, Kyung Woo tak henti-hentinya mengikuti Siwoo.
Siang itu Siwoo tengah bermain di halaman seorang diri, sedangkan Kyung Woo duduk di teras dan memperhatikan apapun yang dilakukan oleh si bungsu. Bukan tanpa alasan, Kyung Woo menjadi pendiam hari itu setelah menemukan fakta yang mengejutkan semalam tentang adik kesayangannya itu.
Semua terlalu tidak masuk akal bagi Kyung Woo. Bagaimana bisa adik laki-lakinya harus hidup sebagai seorang Putri? Semua berada di luar nalar dan Kyung Woo masih belum bisa menerima kenyataan bahwa mereka adalah bagian dari keluarga kerajaan.
Salah satu sudut bibir Kyung Woo terangkat ketika melihat Siwoo bersenandung sembari menggerakkan tubuh mungilnya mengikuti irama yang tercipta dari mulutnya. Sangat menghibur, namun Kyung Woo justru merasa kasihan terhadap adiknya.
Jika tahu fakta mengerikan itu lebih awal, mungkin Kyung Woo akan bersikap lebih baik lagi kepada si bungsu. Namun Kyung Woo tidak yakin jika dia akan mengerti keadaan ini jika orang tua mereka memberitahunya saat ia belum bisa membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari.
"Gerhana matahari datang ... si Rubah melihat dunia. Pangeran kecil penjaga tuannya ..."
Kyung Woo terkejut ketika samar-samar mendengar senandung yang tengah dilakukan oleh Siwoo sembari melompat. Kyung Woo segera bangkit dan menghampiri Siwoo.
"Siapakah dia ... dia Raja yang sesungguhnya ... Rubah kecil berjalan di tepi danau. Memandang punggung sang tuan dalam kegelapan ... seseorang berkata, pergilah, pergilah. Kau sangat berbahaya ..."
"Siapa yang mengajarimu lagu seperti itu?" Kyung Woo menegur.
Siwoo menghentikan langkahnya dan langsung berbalik tanpa menjawab pertanyaan Kyung Woo.
"Kenapa diam saja? Kakakmu sedang bertanya, maka kau harus menjawabnya."
"Kak Byeong Gyu yang mengajariku," jawab Siwoo. Bocah itu merasa tak nyaman dengan sikap Kyung Woo yang tiba-tiba menjadi sangat serius.
"Mulai sekarang jangan menyanyikan lagu itu lagi."
"Kenapa ... lagunya bagus."
"Jika aku bilang tidak boleh, ya tidak boleh. Jangan membangkang."
Siwoo menatap kesal, namun tak seperti biasanya karena menyadari sikap berbeda yang ditunjukkan oleh kakaknya. Siwoo mengalihkan pandangannya dan netra bocah itu segera membulat ketika melihat paman Shin yang melewati jalanan di depan rumah mereka.
"Oh! Paman Shin?"
Kyung Woo mengikuti arah pandang Siwoo sebelum kembali memandang bocah itu. Si bungsu menatap dengan penuh harap, membuat tatapan si sulung memicing penuh selidik.
"Apa?" tegur Kyung Woo bernada ketus.
"Jika aku pergi ... apa Kakak akan mengadu pada ibu?" ucap Siwoo dengan hati-hati.
"Pergi saja," acuh Kyung Woo.
Siwoo menatap penuh selidik. "Kakak akan mengadu pada ibu?"
"Cepat pergi sebelum aku berubah pikiran."
"Tumben sekali ..." gumam Siwoo.
"Tidak ingin pergi?"
Siwoo segera berlari meninggalkan halaman rumah untuk mengejar paman Shin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BROKEN PETALS OF GORYEO
Fiksi SejarahDia yang lahir ketika gerhana matahari, akan terbunuh. Sebuah ramalan yang mengubah jalan takdir seorang bocah laki-laki. Ketika gerhana matahari tiba, saat itu Jang Siwoo melihat dunia. Menghirup udara yang sama dengan Wang Hee Seung. Namun bukan s...