homeward bound.

368 89 31
                                    

Langkah kedua kaki Ariana terasa berat ketika ia menginjakkan kaki di pintu kedatangan internasional Bandara Soekarno-Hatta. Tangan kanannya mencengkram pegangan koper ungu besarnya dengan erat. Lengan kanannya mengapit sebuah kruk. Susah payah ia menelan ludahnya saat pemandangan familiar kembali menyapanya setelah sekian lamanya.

"Mama, pesawat Papa sampai jam berapa?"

"Permisi, Bu, Pak."

"Pak saya mau tanya, kalau pintu keberangkatan itu masuknya lewat mana, ya?"

"Halo, Beb? Kamu nunggu di mana?"

"Dek, coba liatin Kakak udah keluar belum sih?"

Indra pendengarannya kembali disapa oleh bahasa yang sudah lama tidak ia dengar. Walaupun ada Kalila, keduanya lebih sering berkomunikasi dengan bahasa Inggris karena ada Evelina. Baru terhitung satu jam sejak Ariana sampai di Indonesia, banyak sekali hal-hal yang ditinggalkannya berebut untuk menyambut kepulangannya yang membuatnya tiba-tiba pusing.

Ariana menghela napas panjang.

Kedua mata Ariana menyusuri luasnya terminal 3 tersebut. Mencari tempat untuknya beristirahat sebentar karena seluruh badannya terasa pegal setelah duduk di pesawat selama kurang lebih sembilan jam. Dengan sedikit kesulitan, Ariana melangkah menuju salah satu cafe yang paling dekat dengan tempatnya berdiri.

"Selamat datang di Krispy Kreme, mau pesan apa Kak?" sapa pelayan cafe tersebut pada Ariana. Dahinya sedikit mengerut melihat penampilan Ariana yang begitu tertutup.

Bucket hat hitam, masker, dan jaket tebal yang juga berwarna hitam. Penampilannya sangat menyerupai airport fashion idol Korea.

Melihat sang pelayan yang memperhatikan, Ariana refleks menaikan maskernya lalu berdeham pelan. "Saya pesan hot tea, satu."

"Hot tea satu. Donatnya sekalian Kak?"

Ariana melirik etalase donat yang berada dihadapannya. Di dalamnya tersusun berbagai macam rasa donat dengan krim berwarna-warni dan topping super manis. Makanan yang sangat dihindarinya selama ini karena ia harus menjaga berat badannya.

Namun, donat-donat tersebut seakan-akan memanggil dirinya. Sudah lama sekali sejak ia memakan donat. Apakah tidak apa-apa jika sekarang ia memakan satu? Ia sedang dalam masa istirahat bukan?

"Kak?"

Lamunan Ariana buyar sebelum akhirnya menunjuk salah satu donat dengan ragu. "Saya mau satu yang glazed."

"Oke, hot tea satu, donat original glazed satu, ada lagi tambahannya Kak?"

"Nggak ada, Mbak."

"Atas nama siapa?"

"Hah?" Ariana sedikit tersentak. "Oh, uhm...Ri-rilanda," ucapnya terbata.

Setelah menyelesaikan pembayaran, Ariana duduk di salah satu bangku yang menghadap ke arah luar. Kesibukan bandara menjadi temannya siang itu. Keadaan bandara yang normal tersebut menandakan bahwa tidak ada yang mengetahui tentang kepulangannya ke Indonesia. Maria pun sepertinya belum mengumumkan bahwa salah satu murid kesayangannya itu mengambil waktu istirahat mengingat sampai sekarang belum ada satu pun media yang memberitakan.

TING

Sebuah notifikasi muncul di ponsel Ariana yang langsung dibukanya. 

Maria Orlova
- Hey, Ari. Have you landed yet? 
14.07

Ariana Adhistia
- Yes, I have
14.07


Maria Orlova
- Take your time to rest okay? Don't think about anything, just focus on your healing process. Get well soon! Keep me updated about your condition

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Warmest IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang