'Destruction behind thousands of pain -
"Saya punya tujuan kebahagiaan. Dan, kembali bersama bukan tujuan kebahagiaan saya."
- na jaemin ... [05 Desember 2022]
'If you feel pain then the path is not to my arms. —
02. —Sorry Meeting ...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— ɮɛɛʀ(ǟӄȶǟ) —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— ɮɛɛʀ(ǟӄȶǟ) —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— ɮɛɛʀ(ǟӄȶǟ) —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— ɮɛɛʀ(ǟӄȶǟ) —
Seakan membawa benda pelacak arah, tanpa langkah banyak lelaki itu berhasil menemukan keberadaan Joeylene. Perempuan itu bersama kedua temannya yang tentunya Gylliam ketahui siapa mereka.
Lelaki itu bersama sepaket maniknya memberikan sinyal menyeramkan. Menatap tanpa alih seperti tidak mampu untuk melirik arah lain. Kehadiran Gylliam membawa banyak pasang mata menatap ke arahnya. Termasuk Hayez, Jeromeo dan Reagan.
Ayunan kakinya terhenti tepat dimana Joeylene duduk bersama temannya. Perempuan itu acuh. Tidak mau memberikan tatapannya kepada lelaki yang masih setia berdiri di depannya.
“We need to talk.”
Joeylene masih diam tidak memberi respon pada ucapan Gylliam. Sedikit direndahkan tubuhnya, lelaki itu mengambil alih fokus Joeylene dengan menarik pelan dagu perempuan itu. Kini tatapan keduanya bertemu.
“I need to talk, Joeylene ...”
“Can't read my message?”
“I need to sort things out between us. Kita nggak akan baikan kalau masalah ini nggak dibicarain baik-baik, Joe.”
Bukan tatapan manis justru mematikan yang Joeylene layangkan kepada kekasihnya. “Di mobil.” Ucapan penutup yang perempuan itu berikan sebelum beranjak dari duduknya. Lalu, berjalan mendahului sosok Gylliam.
— ɮɛɛʀ(ǟӄȶǟ) —
“About last night I was really noisy with someone. Sorry ...”
“Gue masih diselimuti emosi waktu balas chat lo. Gue tau nggak seharusnya gue lakuin itu, Joe. Ketikan gue kasar dan itu nyakitin perasaan lo.”
“Tindakan gue salah and I regret it.”
Joeylene berdecih kesal. “Lo tau kalau lo salah but why do you seem to have no way to apologize quickly??”
“Bahkan saat kita ketemu di parkiran tadi pagi, lo nggak ada usaha buat nyamperin gue dan minta maaf.”
“You know? I hate youuuu.”
Lelaki itu terdiam bersama tatapan sejuk namun sendu. Namun justru kalimat Gylliam yang kini berhasil membuat Joeylene tertelan akan kebisuan.
“Gue malu buat deketin lo yang bahkan masih bisa tersenyum sama Marlow tadi pagi.”
Lebih malu lagi untuk menunjukkan kehancurannya kepada Joeylene. Bahkan ketika ada beberapa luka di wajahnya, perempuan itu seperti tidak mau tahu apa penyebabnya.
“Lo lebih merasa aman sama gue atau Marlow?”
“Joe, if your security is in the hug of another man, then go ...”