👨🏻👩🏻

6.3K 428 44
                                    

"Arigatou, Sasuke! Laporanmu sangat membantu" puji Naruto, Nanadaime Hokage, setelah menerima gulungan ninja berisi informasi lanjutan terkait klan Otsutsuki.

Sasuke menyeringai, "hn"

"Apa kau akan segera melanjutkan perjalananmu?" tahan Naruto melihat Sasuke tergesa-gesa.

"Iie, sudah kubilang akan lebih sering tinggal di desa"

"Jadi begitu. Kurasa Sarada akan senang" tandas Naruto, "semalam Boruto bercerita padaku. Sarada sepertinya kecewa karena Boruto tak dapat menemaninya berlatih. Jadi kuharap kau bersedia meluangkan waktumu untuknya"

"Hn" angguk Sasuke. Dia jelas mengetahui kejadian kemarin, saat Sarada mencari kawan untuk berlatih ninjutsu.

Matahari baru saja terbit, tapi Sarada sudah bersiap menjalani hari. Meski tak mempunyai tanggungan misi, Sarada disiplin bangun pagi membantu mamanya memasak. Terutama saat ini papanya sedang berada di rumah.

"Apakah Papa belum bangun?" tanya Sarada menghampiri Sakura yang lebih dulu sibuk di dapur.

"Papamu bahkan bangun lebih awal dari kita"

"Melanjutkan misi rahasia lagi?" keluh Sarada, "meski papa pulang atau tidak pulang, kurasa hanya kita yang selalu ada di rumah"

Sakura menghentikan aktivitasnya. Ia mencuci tangan setelah merajang bahan-bahan untuk bumbu masak. Perlahan, Sakura membelai pipi Sarada.

"Sebenarnya, kau sangat merindukannya kan?"

Belum sampai Sarada mengecap kata, Sasuke terlebih dahulu datang. Menyadari pintu tak dikunci, ia main masuk tanpa mengetuk atau memencet bel. Ia hanya cemas sedikit keributan akan mengganggu tidur nyenyak anak dan istrinya.

"Tadaima"

"Okaeri" sambut Sakura, "jadi bagaimana urusanmu di kantor Hokage?"

"Ah, masih banyak yang harus diurus" jawab Sasuke sembari melepas jubah misinya.

"Kalau begitu istirahatlah sebentar, aku dan Sarada akan menyiapkan sarapan"

Sasuke menyunggingkan senyuman di bibir dan berlalu masuk. Sakura memang pengertian. Mengembara dalam waktu lama menguras habis tenaga dan chakra, sehingga ia membutuhkan rehat sejenak untuk pemulihan.

"Jadi papa pulang hanya untuk istirahat saja? Kukira dia merindukan kita" keluh Sarada sembari mencuci sayur yang akan dimasak.

"Kau tidak boleh egois. Apa yang papamu lakukan juga demi desa. Kau tau kan, kalau papamu dijuluki Sasaukage?"

"Hai, aku tau. Dia luar biasa karena melakukan semua demi desa. Tapi tidak hebat untuk keluarganya" dalih Sarada. Ia kecewa, sosok papa yang dielu-elukan semua orang justru tak pernah menunjukkan kehebatannya di rumah.

"Sudahlah, cepat bawa sayurannya kemari. Bumbunya sudah siap" alih Sakura.

Wanita serba bisa itu segera mengolah bahan menjadi masakan super lezat. Pagi ini ia membuat sup miso tomat, sesuai dengan makanan favorit suaminya. Untunglah, Sarada selalu mengalah jika mamanya memasak makanan yang tak begitu disukai. Semua demi memanjakan papanya yang jarang pulang.

"Yosh, makanan sudah siap! Panggil papamu untuk bergabung"

Sarada mematuhi perintah mamanya. Ia mengetuk perlahan dan masuk ke kamar papanya. Wajah teduh dari pria nomer satunya memang nampak lelah. Bahkan sekilas saja terlihat kalau tidurnya tak nyenyak.

"Pa—"

"Sarada?" Sasuke membuka mata sebelum Sarada berhasil membangunkannya.

"Makanan sudah siap" jawab Sarada mengalihkan pandangan. Tak biasanya ayah dan anak itu bertatapan dengan intens.

Sarada Ingin Adik! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang