👨🏻👧🏻

7.8K 516 10
                                    

TING TONG. Suara bel berbunyi dari apartemen keluarga Uchiha. Sarada, gadis berusia 12 tahun yang ada di dalam segera membuka pintu. Mungkin saja mamanya tiba.

"Tadaima" ujar sesosok pria bertubuh jangkung di balik pintu.

"Oh ternyata hanya Papa" sambut Sarada lesu, "okaeri"

"Hn?" pria bernama Sasuke Uchiha itu menaikkan alis, nampak heran dengan putrinya yang tak antusias dengan kepulangannya.

"Masuklah" ajak Sarada mempersilahkan dengan ekspresi datar.

Sasuke masih mengamati tingkah aneh putrinya. Biasanya Sarada akan menyambut kedatangan Sasuke dengan suka cita dan bertanya berapa lama akan menetap di desa. Tapi kali ini berbeda.

"Ada apa denganmu?" tanya Sasuke memberanikan diri. Ia berusaha menampakkan perhatian atas keanehan anaknya.

"Daijoubu desu" jawab Sarada sekenanya.

"Apa kau tak suka aku pulang?" tanya Sasuke lagi.

"Iie"

"Lalu kenapa?" ulang Sasuke memastikan.

Sarada menggerutu dan memejamkan matanya, "Papa, bisakah kau berhenti berlagak overprotektif? Aku hanya sedang memikirkan sesuatu"

Sasuke memasang muka suram. Terkadang Sarada memang ketus, tapi tidak pernah sekesal itu saat Sasuke baru saja pulang. Kelabilan Sarada kali ini benar-benar membuat Sasuke memutar otak tentang bagaimana cara mengatasi jarak di antara mereka.

"Apa kau ingin berlatih melempar shuriken?" cetus Sasuke menawarkan diri.

"Moo ii" cuap Sarada memundurkan kursinya, "sudah kubilang aku sedang memikirkan sesuatu"

Sarada berlalu tanpa mempedulikan papanya sendirian di ruang tengah. Ia terpaku pada suatu pemikiran. Ia gagal naik ke level chuunin. Kemampuannya memang masih terbatas meski mendapat peringkat terbaik selama di akademi.

Selain itu, teman satu tim Sarada sudah banyak mencapai kemajuan. Boruto sudah menguasai kuchiyose no jutsu dengan membuat kontrak bersama Garaga, walau hanya sementara. Mitsuki pun juga berhasil membongkar penelitian ilegal Sandaime Tsuchikage yang berpotensi membahayakan Konoha. Sedangkan dirinya masih mempelajari jutsu itu-itu saja. Sarada ingin berkembang, tapi bingung harus memulai dari mana.

"Mungkinkah dengan menguasai ninjutsu medis?" terka Sarada pada diri sendiri. Sesaat ia mendengus, memikirkan hal rumit yang sekiranya akan dihadapi.

Menjadi seorang medical-nin biasanya tak boleh ikut campur langsung dalam pertarungan, sementara dirinya memiliki potensi untuk mengalahkan setiap musuh. Lagipula jika hanya diam, Sarada tak bisa menunjukkan kemampuannya. Hal itu jelas berdampak pada pengakuan dari orang lain. Dengan begitu, langkahnya menjadi Hokage akan terhambat.

TOK TOK. Terdengar ketukan pada pintu kamar Sarada. Rupanya Sasuke tak mampu membiarkan putrinya larut dalam kebimbangan. Meski dikenal apatis, dia sangat peduli dengan darah dagingnya.

"Nani?" acuh Sarada sesaat setelah membuka pintu.

"Kau ingin mempelajari jutsu baru?"

"Sudahlah, Papa. Kubilang biarkan aku sendiri" keluh Sarada seraya keluar dari kamar, "mengapa kau selalu menyebalkan"

Sasuke terbelalak. Lagi-lagi dia gagal menjalin komunikasi dengan Sarada. Rupanya Kakashi benar, terlalu lama mengembara membuat ia harus memoles kemampuan sosialnya.

Sarada berjalan tak tentu arah semenjak meninggalkan apartemen. Sebenarnya Sarada hanya malu meminta terang-terangan pada Sasuke. Ia ingin papanya lebih peka dan mengajak berlatih secara langsung. Bohong rasanya jika ia tak menyukai kedatangan papanya dari misi berkepanjangan.

Sarada Ingin Adik! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang