"Ikou, Sarada" ajak Boruto.
"Kau harus istirahat. Kau sudah berusaha keras seharian penuh" imbuh Hinata, ibu Boruto, membujuk Sarada pulang ke kediaman Uzumaki.
"Hai"
Sarada hanya bisa pasrah menunggu perkembangan laporan orangtuanya. Dia berjalan mengekor di belakang Boruto yang tengah asyik bercakap bersama Hinata. Dada Sarada terasa sesak. Rasa iri memenuhi hatinya. Sesal kemudian menguasai pikirannya.
Andai aku berani menunjukkan perasaan sebenarnya pada papa dan mama.
Tiba-tiba kilatan cahaya putih dari atas kantor Hokage terlihat dan menghilang cepat. Langkah Sarada terhenti. Ia menarik Boruto, mengajak kembali ke kantor Hokage. Sayangnya Boruto menolak.
"Aku tak melihat cahaya apapun dari tadi. Ne, Kaa-chan?" Boruto balik melempar pertanyaan ke ibunya.
"Hai. Mungkin kau benar-benar kelelahan. Lagipula kalau cahaya itu nyata, kita tidak tau apakah berbahaya atau tidak" respon Hinata bijak.
"Demo.." sangkal Sarada. Kalau bicara pada papanya, sudah pasti pernyataannya diterima. Karena papanya tak pernah sedikitpun meragukan dirinya.
Sarada mengambil tindakan egois. Dia membalik badan, berlari berlawanan dari arah yang hendak dituju. Boruto dan Hinata berteriak memanggil Sarada agar kembali, tapi Sarada tak menoleh.
"Aku akan mengejarnya! Kita tak tau ucapan Sarada sekedar halusinasi atau bukan" tegas Boruto pada ibunya.
"Jangan bertindak ceroboh" seloroh Hinata memperingatkan Boruto. Dua bocah yang berteman dekat itu kerap melakukan hal nekat sehingga membuatnya khawatir.
"Uhm!"
Sarada berlari mengikuti intuisi. Entah cahaya apa yang baru dilihatnya, ia percaya akan menemukan petunjuk tentang papa dan mamanya yang menghilang. Walau musuh sekalipun, ia tak akan gentar.
Beberapa penjaga kantor Hokage mengejar Sarada yang amat terampil melompat hingga ke atap. Mereka tak bisa menghentikan Sarada untuk sekedar meminta keterangan. Gadis itu hanya mengatakan ada cahaya yang muncul sekejap di atas kantor Hokage.
Dalam hitungan detik, Sarada tiba di atap kantor Hokage. Deru napasnya tak beraturan. Tungkainya terasa lemas akibat terlalu banyak berkeliling desa. Matanya menjadi perih dan mengeluarkan air mata.
"Papa! Mama!" seru Sarada berlari menghampiri dua orang yang berusaha berdiri.
"Sarada!" sambut Sakura memeluk haru putrinya.
Ternyata mereka masih bersua! Mulanya Sakura menyangkal jika pandangannya adalah genjutsu Sasuke. Namun begitu merasakan dekapan hangat Sarada, ia percaya berada di dunia yang nyata.
"Aku mencemaskan Papa dan Mama" ungkap Sarada berani. Ia bertekad tak akan menyembunyikan keinginan dari lubuk hati.
Sasuke hanya tersenyum melihat kedua orang berharganya menunjukkan raut bahagia. Sepertinya apa yang dilakukan sudah benar. Keberadaan masa lalu tidak perlu dirubah. Hal terpenting adalah menjalani waktu yang ada sambil terus melangkah bersama.
"Sarada!" panggil Boruto sukses menyusul. Langkahnya terhenti tak ingin mengganggu reuni keluarga Sarada.
"Ada keributan apa ini?" interupsi Naruto ikut memeriksa kegaduhan di atap. Dengan sigap Boruto menarik ayahnya agar tak merusak suasana.
Yokatta. Semua yang menyaksikan pertemuan mengharukan Sarada dan orangtuanya bersyukur.
Dua shinobi hebat Konoha telah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarada Ingin Adik! ✔️
Short Story| COMPLETED 13/03/2021 || One-shot || SASUSAKUSARA FANON | Sarada selalu merasa kesepian. Orangtuanya terus bekerja mengabdikan diri pada desa. Teman-temannya pun banyak yang sibuk berlatih dengan rekan satu tim masing-masing. Lalu dengan siapa lagi...