6. Naruto ya tetap Naruto

1.5K 164 32
                                    

Hinata ya tetap Hinata, mau planet pluto balik lagi ke orbit tata Surya atau malah semakin jauh keluar dari Bima sakti. Hinata masihlah si manja yang kerjaannya ngerengek dan Naruto itu kerjaannya marah-marah.

Tapi kayaknya pagi ini agak beda. Agak ya, inget. Bedanya itu dikit, dikit banget kaya Mamang somay ngasih cabe.

Naruto mengerjapkan matanya beberapa kali, bukan karena sinar matahari menganggu tidurnya melainkan hawa panas yang menyengat tepat di permukaan kulitnya. 

Naruto bangun, terus melotot kaget nyaris aja ngumpat kalau aja gak sadar liat tunangannya lagi mengigil kedinginan. Refleks cowok itu nyimbak selimut tapi pas kebuka Naruto malah jadi ngumpat beneran. "Shit!"

"By, kamu kenapa?" Naruto langsung panik pas liar badan Hinata panas banget tapi cewek itu malah mengigil kedinginan. "By, astaga badan kamu panas banget.." Naruto langsung turun dari kasur setelah make boxer dia. Cowok itu lari ke dapur buat ngambil kompresan.

"By," Naruto bangunin Hinata lagi. Cewek itu melek dengan susah payah terus natap Naruto sayu.

"Apa yang?" Tanyanya serak. Matan Hinata merah, badannya panas tapi dia mengigil kaya orang kedinginan.

"Kenapa gak pake baju sih? Liat jadi demam kan?!"

Padahal Hinata lagi sakit sempet-sempetnya Naruto marah. Heran!

"Pake baju dulu sini," cowok itu bantuin Hinata duduk dan dengan telaten dia makein baju ke Hinata.

"Kan kamu yang buka sih semalem," balas Hinata dengan suara lemah. Lagi sakit, tapi kalau adu bacot sama Naruto, Hinata tetep gak akan mau di salahin.

"Ngejawab terus,"

"Kan emang kenyataan,"

"Ya kenapa kamu mau aku buka? Padahal tau sendiri aku lagi demam, jadinya ketularan kan?!"

Naruto marah-marah sambil masangin kompresan di dahi Hinata, mulutnya ngedumel tapi tangannya terus kerja. Dia Baringin badan Hinata lagi pelan-pelan.

"Nanti kalau nggak di kasih kamu marah," gerutu Hinata, dia terbatuk pelan dan itu membuat Naruto mendelik.

"Kan, malah parah kamu  ini demamnya! Tidur aku masakin bubur dulu!" Naruto mau pergi tapi Hinata malah nahan tangan dia. Dia natap Naruto dengan mata berkaca-kaca, perisis kaya kucing yang minta di pungut.

"Nggak mau di tinggal.." rengeknya.

"Nat, cuma mau masak bubur bentar, gak kemana-mana kok.." bujuk Naruto sambil berusaha melepaskan tangan Hinata. Lagi sakit juga ngeselinnya gak ngurang, untung sayang.

"Gak mau, gak mau di tinggal.." Hinata masih aja kekeh, dia malah udah nyaris nangis pas Naruto maksa dia ngelepas tangannya.

"Nat,"

"Nggak mau! Pokoknya gak mau di tinggal, aku gak makan gapapa yang penting kamu di sini." Cewek itu mulai nangis, dia narik tangan Naruto makin kuat. Cowok itu cuma bisa menghela nafas, cewek kalau lagi demam ada aja tingkahnya.

"Kamu harus makan by, gak boleh gak makan."

"Tapi aku nggak mau di tinggal,"

"Terus aku masaknya gimana sweety?" cowok itu nanya sambil ngusap pipi Hinata yang udah basah.

"Gak usah masak, gak mau di tinggal pokoknya!"

"Kenapa, hm?" Naruto memutuskan duduk dan menggenggam kedua tangan gadisnya.

Hinata cuma gelengin kepala, tapi air matanya terus jatuh. "Tadi malem mimpi buruk ya pas tidur?" tanya Naruto pelan. Hinata cuma ngangguk sambil nangis.

"Kenapa gak bangunin aku?"

"Nggak bisa bangun, jadinya aku takut sendirian nanti kalau aku tidur aku mimpi buruk lagi nggak mau..."

Naruto senyum sambil meluk Hinata, dia ngelus punggung cewek itu lembut. Kalau lagi kaya gini, rasa sayang Naruto bisa ningkat sampai ke titik paling tinggi, sosok Hinata yang rapuh seperti ini selalu berhasil menarik seluruh diri Naruto agar jatuh sejatuh jatuhnya ke pesona gadis itu.

"Aku gak akan ninggalin kamu by, jangan takut.." hiburnya sambil mengecup pucuk kepala Hinata berulang kali.

"Nanti kalau kamu pergi, siapa lagi yang sayang sama aku?"

***

Naruto meletakan mangkuk bubur di atas meja dia duduk di sebelah Hinata yang lagi tidur sambil naruh kepalanya di atas tangan. Cewek itu beneran keras kepala dia gak mau di tinggal jadi Naruto gak ada pilihan selain biarin Hinata ikut sampai dapur. Cewek itu tidur pas Naruto lagi masak.

Di tatapnya sosok ringkih yang selalu memancing emosinya. Naruto masih tidak mengerti kenapa ketika dia berada di sekitar Hinata, emosinya selalu campur aduk tapi ketika dia berjauhan dengan gadis itu Naruto selalu uring-uringan tak jelas.

"Nat, bangun dulu sweety ayo makan.." Hinata bergumam pelan terus bangun, matanya masih merah parah sesekali dia terbatuk. "Ke kamar dulu ya? Aku gendong.." Naruto membungkuk kemudian menyelipkan tangannya di antara paha dan ketiak Hinata. Cowok itu gendong badan mungil Hinata ala bridal style.

"Gak mau di kamar yang, mau tidur di depan tv aja.."

Naruto menunduk lalu menatap Hinata dalam-dalam, "Kamu lagi demam, di luar dingin sweety.."

"Mau di sofa aja Nar," Hinata meluk leher Naruto erat, dia sama sekali gak mau ke kamar rasanya di kamar itu pengap meskipun jendela udah di buka lebar-lebar.

"Tapi tetep pake selimut ya?"

"Nggak ma-"

"Kalau gak mau pake selimut gue bawa lo ke kamar!"

Hinata menggembung pipinya kesal, "Iyaudah iya pake selimut." Hinata ahirnya pasrah, mau gimana pun situasinya Naruto itu tetep aja galak. Mau Hinata demam atau bahkan sekarat kayaknya dia gak akan pernah ngalah sama Hinata. Udah wataknya batu gitu soalnya.

Naruto nyelimutin Hinata terus dia ngambil buburnya yang udah dia masak tadi, "Makan habis itu minum obat ya?"

Hinata cuma nurut, dia makan bubur yang di buatin Naruto tapi nggak mau makan sendiri, harus di suapin. Untung Naruto lagi mode sabar jadi gak di maki-maki.

"Besok lagi kalau aku minta jatah pas lagi demam tolak aja ya by? Takutnya malah kamu ketularan kaya gini.." ujar Naruto sambil menyuapi Hinata dengan telaten.

"Aku udah nolak sih semalem, tapi.."

"Tapi kenapa by?" Naruto meniup sendok buburnya lalu menyuapkan ke mulut Hinata. Gadis itu menjawab singkat kemudian memakan bubur itu.

"Tapi aku juga pengen, jadi yaudah gas aja lah."

Nyekek orang yang lagi sakit itu dosa gak? Kalau enggak Naruto udah ancang-ancang mau matahin leher Hinata nih. Ngeselin sumpah, pengen di sumbangin aja rasanya. Untung sayang, berulang kali Hinata terselamatkan dari ide-ide keji Naruto karena embel-embel sayang itu.

"Kenapa muka kamu kaya gitu yang?"  tanya Hinata heran. Soalnya muka Naruto itu kaya orang lagi nahan buang air, tegang bener.

"Ga, gapapa lanjut makannya ya!"

"Udah kenyang,"

"Masih banyak, habisin gak ngehargai banget udah di masakin susah payah."

"Yang nyuruh kamu masak siapa? Kan aku bilang nggak usah.."

"Terus lo maunya apa sekarang? Capek gue, lagi sakit tuh bisa gak sih jadi agak normal dikit Nat?" Naruto terlihat frustrasi hingga rasanya ingin pindah pelanet saja agar terhindar dari makhluk semacam Hinata.

"Mau di makan kamu aja yang, soalnya muka kamu kaya lagi pengen makan orang." jawab Hinata tanpa dosa.

Naruto cuma bisa senyum ngadepin tunangannya yang terlalu out of the box ini.

Sabar, Naruto kuat karena Naruto anak biskuat!

Next__

Purple | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang