13. Pulang

946 140 32
                                    

Sampai jam dua siang Naruto gak pulang ke apartemen, Hinata cemas bahkan cewek itu udah nelponin Naruto puluhan kali dan gak ada satupun yang di angkat. Ratusan spam pesan singkatnya pun gak ada yang di gubris sama Naruto. Hinata takut, dia sama sekali gak bisa kalau Naruto gak ada di sini, takut cemas dan panik mendadak ngebuat Hinata jadi gelisah. Dia baru ngerti kalau gak ada Naruto sebentar aja rasanya lebih nyakitin daripada di pukulin Mamanya.

Sesak setengah mati bahkan Hinata udah nangis dari tadi. Dia pengen keluar nyari Naruto tapi takut kalau dia pergi nanti Naruto pulang dan gak nemuin dia di apartemen cowok itu bakalan lebih marah besar.

Hinata gak nyangka Naruto bakal semarah ini, dia kira Naruto masih kaya biasa yang marah Cuma beberapa saat dan nanti balik lagi buat merhatiin Hinata.

Cewek itu teralu terbiasa sama Naruto yang selalu maafin dia sampai dia ahirnya seenaknya.

“Nar kamu dimana…”  udah gak kehitung berapa banyak tisu yang di habisin Hinata buat nangis, dia frustrasi. Bahkan di resto pun Naruto gak ada. Gak biasanya cowok itu kaya gini, Naruto bukan type cowok yang suka lari dari tanggung jawab. Naruto selalu kerja sesuai jadwal dan juga selalu ngebagi waktunya dengan baik.

Kalau sampai dia pergi kaya gini pasti ada yang gak baik.

***

Jam satu malem ahirnya Naruto pulang ke apartemen dan Hinata masih melek buat nunggu dia, seharian Hinata gak makan karena sibuk mikirin Naruto.

“Nar, ahirnya kamu pulang.. aku khawati-“

“Lepas, gue mau tidur.”

Seketika raut wajah Hinata berubah, dia diem sementara Naruto jalan ke kamar sambil ngelepas kausnya. Cowok itu sama sekali gak peduli gimana keadaan Hinata.

Apa Hinata udah makan?

Tidurnya gimana?

Obatnya gimana?

Gak sama sekali, Naruto bahkan keliatan males banget natap Hinata. Ternyata sakit ya di abaikan, sakit kalau kita udah usaha cari perhatian tapi masih gak di peduliin.

Hinata gak bakal nyerah! Dia ngusap wajahnya yang sembab terus lari nyusul Naruto ke kamar.

“Yang, kamu udah makan? Tadi aku masak buat kamu..” Hinata masih usaha buat deketin Naruto, pakai cara kaya biasa cowok itu bujuk dia pas marah.

“Gak usah sok peduli Nat, gue capek makan sama lo aja.” Naruto merebahkan diri di kasur, sama sekali gak noleh ke Hinata.

“Tapi aku masaknya banyak, gak bisa ngabisin sendiri..”

“Ya itu urusan lo.”

“Kalau kamu sakit gimana? Emangnya tadi di luar makan apa?” sebenarnya pertanyaan sepele kaya gini Naruto lah yang lebih banyak peduli, Hinata itu tim yang selalu di nomor satukan.

“Gue udah gede kalau laper pasti makan,” dan ya Hinata lumayan sering jawab kaya gitu.

“Gak boleh gitu yang, nanti kalau kamu sakit gimana??”

“Yang sakit gue,” oke Hinata menyerah, Naruto benar-benar marah besar.

Please..”

“Nat,”

“Yang…”

Naruto mengusap wajahnya kasar, cowok itu bangun dengan tubuh setengah telanjangnya yang terekspose sempurna.

“Mau lo apa sih hah?!” Naruto membentak Hinata kasar, cewek itu kaget dan hampir aja nangis kalau aja dia gak bisa nahan mati-matian.

“Ayo makan, temenin aku makan..”
Gagapnya sambil menunduk takut.

“Kenapa harus temenin? Lo dah gede kan? Lo bilang bisa jaga diri.”

Entah Naruto sedang menyindir atau apa yang jelas Hinata ngerasa tertampar sama omongan Naruto.

“Yang, maaf..”

“Maaf mulu, muak gue Nat.”

“Ya terus aku harus apa? Plis maafin aku yang..”gak kuat lagi, Hinata udah nangis sementara Naruto keliatannya gak terpengaruh sama sekali.

“Gak harus apa-apa, gue lagi nurutin mau lo selama ini jadi santai aja.” Naruto ngambil kausnya lagi, niatnya dia mau pergi lagi tapi Hinata nahan dia lagi.

“Gak mau yang…” Hinata nahan tangan Naruto sambil nangis, gak jangan sampai cowok itu pergi lagi atau kali ini Naruto bakalan pergi lebih lama dan pertengkaran mereka bakalan makin panjang.

“Lepas.”

“Gak mau, gak mau di tinggal.” Sambil nangis, Hinata terus terusan narik tangan Naruto yang berusaha melepaskan diri.

“Gue gak peduli Nat,” Naruto berusaha menarik tangannya tapi Hinata kian memberontak.

“Gak boleh, Naru gak boleh nyuekin Nata. Gak boleh.. nggak boleh Nar.. nggak mau… Nata gak mau di tinggalin..” pecah sudah, tangisan Hinata kian menjadi dan Naruto masih betah dengan emosinya.

“Gue nurutin lo ya, gak usah drama.”

“Maafin Nata, maafin Nata, maafin-“

“Diem!”

“Gak mau diem kalau gak di maafin, maafin aku..” Hinata menangis hebat, bahkan cewek itu udah jongkok sambil meluk lututnya sendiri.

“Nat!”

“Nggak mau, tangan aku sakit, kepala aku sakit, badan aku ngilu. Kamu kenapa gak nanyain? Gak mau.. gak mau di cuekin..”

Naruto ngusap wajahnya kasar, gini banget rasanya ngurus betina.

“Bediri!”

“Kaki aku sakit, ada memar di betisnya kenapa kamu gak tanyain? Kamu gak peduli sama aku?” Hinata menangis hebat.

“Gue setengah mampus mikir lo dan lo bilang gue gak peduli, Hebat. Hebat banget Nat.” Naruto melirih pelan namun tersirat kekecewaan di dalam kalimatnya.

“Nar, engga gitu maksud aku..” Hinata makin tersak, tangisannya belum reda dan dia semakin berantakan.

“Lo gak ngerti Nat, lo itu- argh capek gue sumpah.” Naruto pergi dan kali ini Hinata gak Cuma diem, dia lari dan  langsung meluk Naruto dari belakang. Dia nangis kian kuat di punggung lebar dan juga hangat itu.

“Plis, jangan pergi yang jangan tinggalin aku sendiri. Aku nggak punya siapa-siapa selain kamu.”

Naruto nunduk, dia natap tangan mungil Hinata yang ngeligkar di perutnya. Tangan pucat yang keliatannya rapuh banget, bahkan tangan mungil itu gak punya cukup tenaga buat tetep ngerengkuh Naruto erat.

Sakit, demi Tuhan rasanya liat wanita yang paling berharga di hidupnya terluka dan rapuh seperti ini.

“Nat,”

“Aku gak bisa apa-apa kalau gak ada kamu..”

Runtuh sudah pertahanan Naruto, air mata Naruto menggenang di pelupuk mata gak sampai jatuh karena cowok itu langsung ngusap kasar.

Naruto menghela nafas pelan terus ahirnya dia ngelepas pelukan Hinata, “Yang jang-“

“Ayo makan gue temenin.”

Seketika itu juga wajah Hinata sumringah, dia gak bisa nyembunyiin wajah bahagianya. “Yang, aku-“

“Iya gue juga sayang sama lo, buruan gue ngantuk!”

Hinata mengangguk semangat dan detik selanjutnya dia melompat ke gendongan Naruto buat pergi ke dapur. Naruto sendiri gak pernah keberatan, dia gendong Hinata ke dapur. Sorot matanya dingin dan juga penuh misteri, setelah ini entah apa yang akan Naruto  lakukan.

Next___


Halo ha?

Kalian sehat?

Purple | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang