BAB 4 Merayakan Kehilangan

3 0 0
                                    


Dies perlu membersihkan kamarnya, menyingkirkan tumpukkan buku ke sisi kanan kasur, melipat selimut dan membuka tirai jendela. Akhirnya untuk beberapa saat Dies bisa menghilangkan bau parfum vanilla dari ruang kamarnya, lalu buru-buru mengambil laptop dari dalam tas.

"Oke, mari kita lihat dulu" Tugas dari pak Darwis kali ini agak aneh. Aneh karena tugasnya lebih mirip dengan karangan dibanding mencari fakta tempat membahagiakan di kota ini. Setelah sibuk mencari beberapa tempat, Dies tidak menemukan apapun selain museum tua dan pabrik gula peninggalan Belanda. Laptopnya ditutup dengan kasar, mulai menyerah, kemudian satu-satunya cara adalah menghubungi mereka berdua -Dayat dan Rama. Beberapa menit kemudian, grup kecil untuk saling mengirim pesan sudah terbentuk.

Dies mengetik Hai, sesuai pembagian kelompok tadi, kita dapat urutan ketiga ya. Aku pikir kita perlu ngomongin tugas ini secepatnya, kalian tau juga kan waktunya cuma seminggu. Beberapa menit setelah pesan itu terkirim, belum ada tanda-tanda dua orang anggota grup membaca pesannya. Dies tidak kesal karena ia tahu mengerjakan tugas ini seperti membuat cerita yang tidak pernah ada. Tempat paling membahagiakan? Di kota ini? Bercanda. Memikirkan tempat yang bahagia membuatnya jadi bertanya-tanya, apakah tempat itu selalu berupa bangunan atau apapun yang bisa disentuh? Dies hampir tenggelam ke pertanyaan yang ia buat sendiri, ketika ponselnya bergetar beberapa kali. Dari grup itu.

Rama : aku belum menemukan apapun sejauh ini, tapi kita akan menemukannya jika mau mencari. Lebih baik besok sepulang sekolah kita ketemuan dulu.

Dies : Ya, aku setuju.

Rama : Baik

Dies : @Dayat jangan lupa besok kita ketemuan, Oke?

Dies menaruh ponselnya dan terdiam untuk beberapa saat. Ia mengeluarkan kardus berisi buku-buku lama yang disimpan di bawah kasur tempat tidur. Kedua tangannya menyeret dua kardus bertulisan 'majalah dan buku anak-anak'. Dipilahnya tumpukan itu menjadi beberapa bagian, kemudian mulai mencari-cari terbitan edisi lama sekitar lima atau enam tahun lalu. Tatapannya berhenti ketika sebuah lembaran cerita yang sengaja ia robek dari salah satu halaman di majalah anak-anak. Dies mengeluarkannya. Di bawah lampu pukul sembilan malam, Dies membaca judul cerpen itu sekaligus nama penulisnya. Rama Anggara. Dies menyingkapkan rambut dari mukanya dan mulai membaca isi cerita yang sudah ia hafal alurnya, karena dulu cerita itu jadi salah satu favoritnya sebagai penghantar menuju tidur.

Tiba-tiba saja, Dies ingin mengetahui lebih banyak tentang cowok itu. Saat pertama kali kakinya memasuki kelas dua belas C, ia langsung mengenal cara tersenyum Rama. Dies terlalu cepat mengenalinya sampai-sampai ia berpikir apakah dirinya adalah penggemar sejati yang dengan sengaja mengumpulkan seluruh cerita si penulis, dan menyimpannya baik-baik di bawah tempat tidur. Meski begitu, ia tak tahu banyak tentang Rama kecuali tempat dan tanggal lahirnya yang jelas tertera pada kolom biodata penulis. Sebuah kota yang jauh dari sini. Sebuah kota yang harusnya lebih menarik dan Dies sepertinya tidak menemukan alasan kenapa seseorang memilih untuk meninggalkan kota lama dan menetap di - oh, Dies membenci menyebut namanya.

"Aku tidak yakin semuanya kebetulan," Ucapnya sambil mendorong kembali kardus-kardus itu ke dalam, menyisakan beberapa majalah yang ia ingin baca-baca kembali. Dinyalakannya sebuah lilin beraroma vanila. Sejujurnya ia membenci aroma manis itu, terlalu manis untuk suasana kamarnya yang kosong dan gelap. Dies meletakkan lilin di atas meja belajarnya, kemudian mulai membuka halaman-halaman majalah anak-anak. Rama selama hampir sebelas edisi menulis cerita di sana. Tentang hutan dan anak-anak penggembala, rumah yang dihuni kawanan perampok, juga petualangan menemukan sahabat sejati. Api dari lilin tampak bergoyang lembut menimbulkan bayangan indah di atas kertas majalah berwarna kecoklatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Own the PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang