2.Solid

23 21 11
                                    

Warning !!!

Typo bertebaran guys!

Happy reading❤



Cuaca di sabtu siang ini, cukup terik. Membuat siapapun enggan keluar,
meski hanya sebentar saja.

Sama hal nya, dengan para keenam pemuda ini. Biasanya jika weekend datang, mereka selalu pergi untuk liburan singkat. 

Entah itu pergi ke pantai, kebun teh, hicking, ataupun touring. Tetapi hari ini, mereka lebih memilih bersantai ria.

Semalam, mereka memutuskan untuk menginap di apartemen Raden. Raden sendiri sih tak apa, Karena dirumah pun dia tak melakukan apa-apa.  Sedangkan, kedua orangtua nya, berada diluar kota.

Memang, mereka kerap kali berpergian, untuk melakukan perjalanan bisnis.

Meskipun begitu, Raden sama sekali tak kekurangan kasih sayang, dari kedua orangtua nya.

“Huaaaaaaa, eyo bt ihhhhhh,” rengek Aero.

Kelima sahabatnya memutar bola matanya malas. Bayangkan saja sedari tadi Aero hanya merengek-rengek tak jelas.

Ingin rasanya mereka membuang Aero ke pulau komodo, agar Aero bisa sekalian berkumpul dengan saudara-saudara nya.

Tetapi mereka ingat, spesies teman macam Aero ini sangat langka. Dan pada akhirnya, kelima pemuda itu mengurungkan niatnya tadi, untuk membuang Aero.

“Brisik yo, mending nonton film sana,” ucap si kupluk, Toni.

“Males. Gak ada yang seru, mending kita pada main bola bekel yuk?!” ajak Aero dengan antusiasnya.

Jefry bergidik ngeri. Masa cogan gini mainnya bola bekel? Kan gak level. “Lo aja sono, sama kembaran lo.”

Aero mengernyit bingung, lalu bertanya, “Kembaran gue? lah siapa? gue gak punya kembaran kalo lupa!”

“Noh si onoh kan kembaran lo yo.”

Sony yang melihat lirikan dari jefry, Mendelik kesal. Bagaimana bisa dia yang ganteng nan rupawan bak dewa poker ini, disebut kembarannya si bayi dugong ini? ckckck , sony menggeleng heran.

Ngomong-ngomong, soal dewa poker. Iya, sony mengakui kegantengannya hanya sebatas dewa poker. Kalo bak dewa yunani mah, kasian sama si Radenn.

Takutnya nanti, Raden depresi karena tersaingi oleh ketampanan dari seorang, Sony Hardiansyah. Makanya dia mengalah saja, demi kesejahteraan bersama.

Raka menatap pemuda yang berada di depan nya. “Oh, iya. Lo... masih pacaran sama, dia?” tanyanya dengan hati-hati.

Pemuda itu, menganggukkan kepalanya. Lalu, menghisap kembali benda yang mengeluarkan asap itu.

Dia menerawang jauh, terlintas di kepalanya beberapa kenangan indah, bersama kekasihnya. Sebelum kekasih nya itu, jauh dari jarak pandangannya.

“Keep spirit, bro! mungkin, ini ujian dari cinta kalian. Lo sama dia, tinggal nguatin hati masing-masing. Karena, kalo satu udah goyah, semua usaha yang kalian lakuin untuk hubungan ini, berakhir menjadi sampah.”

Mendengar ucapan dari Aero, membuat pemuda itu termangu. Benar, tidak seharusnya dia menyerah atas hubungan ini.

Seharusnya, dia bisa lebih bersabar sedikit lagi. Dia juga harus berjuang dengan keras lagi, karena dia percaya. Usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Beda hal, dengan sahabatnya yang lain. Mereka menatap takjub Aero, sejak kapan si bayi ini bisa berkata bijak seperti tadi? Seakan tak percaya, mereka malah berpikir itu bukan Aero, melainkan sosok jiwa halus yang hinggap di jendela. Eh—maksudnya, sosok yang merasuki tubuh Aero.

Tetapi, apa yang dipikirkan mereka salah, sebab kini di tengah-tengah mereka, Aero sedang asik bermain bola bekel sendiri.

“Lo dapet darimana, tuh bola?” tanya Raden.

“Yaa beli, lah. Masa nyolong,” jawab Aero.

Para cowok ganteng itu, memutar bola matanya malas.

“Si Raden, juga tau itu bukan hasil nyolong. Maksudnya, lo belinya dari kapan? Terus dibawa kesininya kapan, Jamet!!!” sahut Raka dengan gemass.

“Oh, itu. Bilang dong daritadi! eyo kan jadi gak bingung, kalo Nden nanyanya jelas.”

“Demi abang Iz, abangnya Mail yang ganteng, tapi masih gantengan gue. Lo nya aja yang bego bayi!! Pertanyaan kek gitu aja  kagak paham.”

“Tipi misih gintingin gii. Narsis lo, Rakampret!”

“Astagfirullah. Berdosa banget lo bayi, sama gue!”



*****




Weekend telah berlalu. Kini di hari senin, siswa-siswi SMA Cakrawala tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Ada yang sedang menyiapkan keperluan upacara, kelengkapan atribut, piket kelas, dan lain-lain.

Toni dan Aero sedang kalang-kabut, karena mereka kehilangan beberapa atribut sekolahnya. Mulai dari Toni yang kehilangan Topi dan almamater. Sedangkan Aero, dia kehilangan dasi dan nametag nya. Karena jika salah satu dari atribut sekolah tidak ada, maka alasan apapun itu, mereka tetap dihukum.

“Ih, Ndennnnn!!!! dasi sama nametag eyo mana...” ucap Aero dengan nada memelasnya.

“Lah, mana gue tau yo. Tadi lo nyimpen dimana? Kok bisa ilang sih,” jawab Raden sambil membantu Aero, mencari barangnya yang hilang itu.

“Tadi eyo nyimpennya diatas pintu toilet, pas udah selesai eh, ilang.”

“Makanya pake dari rumah! Kalo gini mau gimana lagi coba?”

“Kan, eyo gak bisa pake dasi. Soalnya, mamih eyo udah berangkat ke kantor sama papi,”

“Anjim, kemana sih? almamater gue gak ada!!! topi juga malah ikutan ilang kek doi,” pekik Toni yang sedari tadi sibuk mecari barangnya.

“Udah, daripada ribet kek gini. Mending, kalian berdua beli aj—“

Ucapan Jefry terpotong oleh bunyi bel, yang menandakan bahwa upacara akan dimulai.

Tau akan hal itu, Toni dan Aero memasang wajah cemberutnya. Melihat itu, Raden serta Jefry saling berpandangan.

Setelah itu, mereka membuka dasi dan dimasukkan ke dalam saku celana keduanya.

Toni dan Aero mengerutkan alisnya, bingung dengan apa yang kedua sahabatnya lakukan. Tanpa menghiraukan keduanya, Raden dan Jefry merangkul keduanya  dengan posisi Toni dan Aero ditengah-tengah.

“Denger! satu sakit semua ikut sakit! Begitu juga dengan hari ini, satu dihukum semua juga ikut dihukum!”

Toni dan Aero terenyuh dengan ucapan Raden, sayang nya ada satu yang kurang, yaitu Raka. Karena anggota osis jadi dia sibuk di hari senin ini.

Mereka beriringan berjalan menuju lapangan utama sambil bersenda gurau.

Hal itu tak luput dari padangan semua siswa-siswi SMA Cakrawala.

Terutama para ciwi-ciwi, mereka hanya bisa menjerit tertahan, karena melihat pemandangan sangat indah, yang diciptakan keempat cogan itu.

Memang ya, apapun ekspresi cogan, damage nya bukan main!









Tbc.

Holaa bow up lagi nihhh🤗😋

Pada seneng gak sih?

Gimana sama part 2 ini guys?

Mohon krisannya, oke? oke deh.

Hehe.

Bantu akun ini, dengan follow nanti aku follback kok👉👈

Dan jangan lupa, tinggalkan jejak ya?vote,vote,vote, terus komen jugaaaaaaaaaaaaaaaaa😘😘😘😘😘

Oh, iya. Bow udah bikin akun Facebook dari salah satu "The Cogan's" loh. Kalo mau tau DM aja okay?

Follow my insta : @yuliiannd_

The Cogan's [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang