M A N I T O

4. Night Drive

Gak sempet mulu mau up chapter ini haha enjoy aja deh pokoknya!

•••

Entah kerasukan setan dari mana, Tiffany yang biasanya tak pernah absen kelas itu untuk pertama kalinya memutuskan untuk tak mengikuti kelas hari ini. Gadis itu lebih memilih pojok perpustakaan dan berjibaku dengan berbagai novel. Ia sebenarnya ingin melanjutkan marathon drama Korea namun tentu saja keadaan saat ini tak memungkinkan.

Tiffany tak tahu apa yang terjadi padanya, pikirannya begitu penuh hingga mengganggu konsentrasinya. Banyak sekali yang menjadi beban di otaknya dengan perasaan tak nyaman. Ia menghela napas dengan berat, dirinya ini kenapa sih? Gusar seperti orang patah hati saja!

Novel berjudul The Alchemist itu selanjutnya ia tutup, tangannya dengan sembarang menyambar ponsel dan memasang earphone. Gadis itu butuh distraksi, dan mendengar sesuatu yang menyenangkan sepertinya bisa membantunya. Alih-alih membuka platform penyedia layanan musik, Tiffany justru menuju pada aplikasi radio. Ia agak keranjingan mendengar lagu hingga kisah yang dibagikan oleh orang-orang di saluran radio karena Shaun. Iya, pria itu kerap kali membuka saluran radio untuk memecah keheningan maupun kecanggungan yang terjadi kala mengantarnya pulang.

Jemari gadis itu mencari-cari saluran yang agaknya cocok dengan perasaannya saat ini hingga menemukan salah satunya. Suara Wendy menyapanya kemudian, begitu merdu dengan berbagai kelakar yang keluar. Tiffany melirik ke arah ponsel, tersenyum sesaat kala mendapati bahwa yang ia dengarkan kali ini adalah saluran radio milik kampusnya.

"Haha emang sih dulu ada kisah tentang penyiar yang lama, yah kalian tau lah siapa dia. Pernah ketemu sekali dan cerita-cerita gitu, dia ceritain semuanya tapi itu kan masa lalu ya biarlah jadi masa lalu, sekarang sudah saatnya menatap masa depan."

Tiffany berdecak kala mengetahui bahwa pembahasan yang Wendy bawa kali ini adalah masa lalu. Gadis itu menyenderkan punggungnya ke kursi, kembali menikmati bagaimana sang penyiar membawakan acaranya.

"Tapi memang kalau ngomongin masa lalu itu gak akan ada habisnya. Kayak gak bisa dilepasin gitu aja dari hidup kita, alih-alih memaksakan lupa akan semuanya lebih baik berdamai dulu kan?"

Tiffany tanpa sadar mengangguk, setuju akan ucapan dari Wendy. Gadis itu mencari posisi ternyamannya, tema kali ini begitu menarik baginya.

"Eh, ini ada yang ngirim pesan ke studio nih! Wah, anak mana ya kira-kira? Jadi penasaran nih. Halo Wendy, gue gak mau kasih tau identitas gue gak apa-apa kan? Gue cuma mau kasih pandangan doang sih tentang masa lalu. Menurut gue masa lalu adalah pelajaran, tanpanya kita gak akan pernah ada di masa lebih baik di masa sekarang. Bagi gue, masa lalu adalah suatu hal yang berharga entah itu baik atau buruk, menyakitkan atau enggak semuanya akan lo inget di masa mendatang. Gue juga kadang masih galau sama masa lalu kok haha. Gak ada salahnya keinget masa lalu karena dengan begitu kita bisa merefleksikan diri kita sendiri kan? Request lagu Back In Time punya Peter Han ya Wen, lagu gue kalo lagi galau inget mantan tuh haha! Lagu khusus buat seseorang yang mungkin udah bahagia sama hidupnya saat ini, thank you for all the lessons ya, Jo. Have a good day for you!"

"Wah, nampaknya ada yang masih galau belum move on nih haha. Oke deh buat siapapun kamu, dimanapun kamu semoga sehat selalu ya. Setuju sih sama pendapatnya, masa lalu adalah sesuatu yang berharga, bisa jadi bahan refleksi untuk kita semua. Baiklah kalau begitu, untukmu oknum Jo, here is it...Back In Time from Peter Han."

Tiffany mengernyit, lagu yang direquest oleh pendengar tadi belum pernah ia tahu sebelumnya. Namun lantunan lagu dengan suara berat ditambah iringan piano yang lembut serta merta membuat gadis itu memejamkan matanya, menikmati alunan musik yang sangat mendayu ini.