4. Kusut

155 25 0
                                    

You're so blue
Are you still breathing?
Won't you tell me if you found that deeper meaning

Cuaca hari ini nggak terlalu bagus bahkan dari tadi pagi cuacanya mendung dan cenderung nggak bersahabat. Di cuaca yang seperti ini biasanya Yeri bakalan menghabiskan waktunya dengan menonton drakor sambil menyeduh susu coklat panas. Tapi tidak dengan kali ini, kemaren dia udah buat janji sama Mark untuk membahas tentang hubungan mereka yang bisa dibilang udah nggak jelas, dan di sinilah dia sekarang, duduk di bangku gazebo taman kota sambil menanti kedatangan Mark.

Yeri datang lebih cepat tiga puluh menit dari jam mereka janjian. Dia nggak mau nanti Mark bakalan nunggu dia terlalu lama karena dia yang datang telat, lalu berakhir dengan mereka yang tidak jadi bertemu karena Mark yang memutuskan untuk pergi pulang ke rumah. Yeri hapal banget kalau Mark itu tipe orang yang selalu datang tepat waktu dan nggak suka yang namanya  terlambat. Karena itulah kali ini Yeri usahain buat datang lebih cepat.

Taman kota merupakan salah satu tempat bersejarah baginya, karena di sinilah dia pertama kali bertemu dengan Mark. Saat itu mendadak hujan turun dengan deras, dia yang lagi bermain ayunan di taman kota langsung berlari menuju gazebo untuk berlindung. Bajunya yang sudah lumayan basah membuatnya menggigil kedinginan, tapi itu tidak lama karena tiba-tiba Mark yang ternyata juga sedang berteduh di sana datang menghampirinya dan memberikannya sebuah jaket.

"Nih pakai jaketnya, kayaknya lu lebih butuh itu dibanding gue" Ucap Mark saat menyodorkan jaket miliknya.

Pertemuan pertamanya dengan Mark sungguh sangat berkesan baginya. Sejak saat itu gazebo taman kota dan hujan masuk dalam daftar hal favoritnya serta menjadi salah satu alasannya tersenyum. Tapi sepertinya hari ini semua itu akan berubah.

"Yer, kamu udah nunggu lama ya?" tanya Mark yang langsung membuyarkan lamunan Yeri.

"Ehh nggak kok, aku juga baru aja nyampai" Jawab Yeri yang tentu saja bohong karena dia sudah setengah jam duduk di sana.

Mark langsung mengambil posisi untuk duduk di depan Yeri. Setelah itu untuk beberapa saat mereka hanya berdiam diri tanpa ada yang berniat memulai percakapan.  Suasana kali ini terasa sangat canggung bahkan lebih canggung dibanding saat mereka pertama kali bertemu.

"Mark, aku rindu kamu. Kamu kenapa selalu menghindar dari aku?" Tanya Yeri dengan wajah yang tertunduk, dia nggak sanggup untuk melihat wajah Mark saat ini. Mark tadi datang dengan wajah yang kusut dan itu udah cukup untuk membuat Yeri ngerasain sakit.

"Aku sibuk Yer"

"Mark, tolong jangan sembunyiin sesuatu dari aku. Aku mohon. Aku udah tanya sama Dejun dan dia bilang kamu sama sekali nggak sibuk Mark."

Mark lagi-lagi hanya diam membisu.

"Mark, kamu kenapa? kamu ada masalah? atau kamu benci aku? Mark tolong jawab aku. Aku capek harus memikirkan semua kemungkinan yang ada, dan aku benci fakta kalau kamu udah berubah Mark."

"Aku gapapa Yer." Jawab Mark yang Yeri yakini itu hanyalah bualan belaka. Jika memang Mark tidak ada apa-apa lantas apa yang membuatnya berubah? Raut wajahnya yang kusut udah cukup untuk menjelaskan kalau dia lagi ada masalah.

"Mark, kamu ingat nggak waktu kita kelas 3 SMA kamu bilang gitu juga setelah kamu menghindar dari aku, dan berakhir dengan kamu yang besoknya memutuskan untuk berpisah dari aku." Kata Yeri disela isak tangisnya. Dia nggak bisa lagi menahan tangisannya yang udah dia coba tahan sekuat tenaganya dari tadi.

"Aku selalu jadiin kamu tempat bersandar dan rumahku, tempat aku berkeluh kesah dan berbagi suka cita tapi sepertinya kamu nggak pernah menganggap aku kayak gitu juga." Lanjutnya sambil meremas ujung roknya agar tangisannya tidak menjadi semakin kencang.

"Maafin aku Yer." Hanya kata itu yang bisa Mark ucapkan untuk saat ini.

"Aku khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-kenapa. Setiap malam aku selalu memikirkan kamu dan berharap kamu bisa kembali kayak dulu lagi, jadi Mark yang aku kenal. Kamu yang nggak ada kabar dan hilang-hilangan kayak gini terkadang membuat aku bertanya-tanya apakah kamu masih hidup dan bernapas. Hal itu selalu membuat aku merasa takut Mark, aku takut kehilangan kamu."

Yeri langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya sesudah dia mengatakan itu dan tangisannya berubah menjadi semakin kencang. Yeri bingung kenapa dadanya masih terasa sangat sesak bahkan saat dia udah menangis dengan kencang.

*****

Break My Heart Again || Mark Lee & Kim YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang