Di rumah
"Bang, gue ke rumah deril ya!"
"Yoi. Gue titip bakso aci biasanya ra, jangan sampe lupa!"
"Sip gue pasti beliin kok."
Tok Tok Tok
Assalamualaikum... Deril...
Tak lama kemudian suara kunci diputar pun terdengar jelas.
"Waalaikumsalam cantik." Jawab Deril dengan bingung dan membatin apa Dara belum tahu kalau gue nonis? entahlah.
Dara pun mulai masuk dan dia sontak dikagetkan dengan salib besar yang terpajang gagah di dinding ruang tamu milik Deril.
"D-deril..."
"Apa ra? lo mau minum?"
"Nggak maafin gue ya." Ucap Dara menyesal.
"Hah? kenapa ra? ada apa?"
"Gue kira lo muslim makanya gue ngucapin salam kayak tadi ke lo."
"Alah santai ae ra, udah biasa. Lo gausa ngerasa bersalah kayak gitu tuan putri." Pinta Deril.
"Ortu lo gak dirumah?"
"Ortu gue di Aussie, kerja."
3 jam berlalu hanya keheningan yang terjadi diantara mereka. Dara sibuk mencatat di bukunya dan Deril mengerjakan tugas sekolah.
"Lo udah selesai nyatetnya ra?" Tanya Deril bingung yang sedang melihat temannya itu sedang bermain hand phone."
"Udah kok, ini gue lagi chat abang deva kalau gue gak bisa beliin dia bakso aci titipannya karena hujan deras."
"Ohh gitu. Apa lo mau gue antetin aja lagian ini udah malem juga gabaik cewek pulang sendiri malem malem." Ucap Deril khawatir.
"Makasih, tapi gue bisa pulang sendiri kok ril. Lagian kita gak muhrim untuk satu mobil." jelas Dara.
"Maaf ra, gue gatau."
"gapapa santai."
Gue pulang rilll.....
Iya ati ati ya cantikkk.....
Di Rumah
"Ra lo tadi kenapa kerumahnya Deril?"
Dara menoleh. "Nyatet tugas semester 1 bang."
"Ohh. Kirain pacaran, awas aja kalo pacaran gue bilangin ke umi abi lo." Ancam Deva
"Abang sendiri sama Kak Nisa apa coba namanya kalo nggak pacaran?" Sindir Dara
"Bukan urusan lo!"
3 Bulan kemudian
Drrrttt... Drrrttt...
"Ra, ada yang telfon tuh suaranya dari hp lo." Teriak Deva dari lantai 2 rumahnya.
"Iya sebentar lagi gue angkat bang." Jawab Dara sambil berlari mengejar suara dari ponsel miliknya.
"Assalamualaikum nak."
"Waalaikumsalam umi. Umi dan Abi gimana kabarnya di Singapura?"
"Baik nak, kamu sama abang gimana sehat? akur?"
"Alhamdulillah iya mi. Abi dimana mi?"
"Abi di kantor nak."
"Dara sama abang udah sarapan?"
"Belum mi."
"Makan dulu sana sayang!, nanti umi telfon lagi."
"Assalamualaikum mi."
"waalaikumsalam."
Dara mendengar hentakan kaki yang terdengar bergemuruh dari arah tangga.
"Daraaa."
"Telfon dari umi ya?"
Dara pun menoleh kearah tangga "Iya bang."
"Lo ga ngaduin gue soal pacaran kan?" Tanya Deva mendesak.
"Gatau." sambil menepuk bahu Deva.
"Nyebelin banget lo. Awas aja kalo lo aduin gue bakal aduin balik soal lo sama Deril." Marah Deva.
"Sini lo wahai adek yang durhaka." Geram Deva.
"Kaburrrrr." Teriak Dara sambil berlari ke arah kamarnya.
Drrrttt... Drrrttt...
Sesampai di kamar, Dara mendengar ponselnya bergetar lagi. Ia pun segera menyalakannya dan mengangkat telfon tersebut.
"Halo ra."
"Hai. Ada apa ril telfon malem malem gini tumben?"
"Jadi gini ra, besok kan masih libur. ortu gue dateng dari Aussie. Lo mau nggak ikut gue jemput ortu gue di bandara besok pagi?, ortu gue katanya juga pengen kenal sama lo." Pinta Deril.
"Boleh, gue juga nggak kemana mana kok besok."
"Besok pagi gue tunggu lo di bandara ya ra."
"okey."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku, Kamu, dan Tuhan
Short StoryAda cinta segitiga antara Aku, Kamu, dan Tuhan