"Makasih ril." Ucap Dara sambil tersenyum dan mata yang berkaca kaca.
"Sama Sama bidadari surga." Jawab Deril seraya menghapus air mata Dara.
Saat di perjalanan pulang di malam itu Pak Mahendra sangat kecewa kepada Dara putrinya. Dan selalu mengingat kan lagi dan lagi kepada Dara agar tidak mencintai orang yang berbeda agama untuk kebaikannya sendiri.
Sampai akhirnya di malam sunyi yang diiringi hujan lebat itu Dara dihukum oleh ayahnya untuk menyadari kesalahannya dengan pulang kerumah sendiri. Dara pun turun dari mobil sang ayah sambil berlari dan menangis.
Hingga ia pun tak sadar jika sedang berdiri di tengah jalan raya dan ada sebuah mobil yang melaju kencang di belakangnya, hingga akhirnya mobil itu pun berhasil menabrak dan membawa ajal nya.
Drrrttt... Drrrttt...
"Assalamualaikum ini siapa ya?" Tanya Mahendra dengan bingung pada nomor yang sedang menelfonnya dan tidak ia kenal.
"Waalaikumsalam pak. Apa benar ini dengan Bapak Mahendra ayah dari saudara Lovedara Mahendra?" Tanya seseorang yang sedang menelfonnya itu.
"Benar pak saya ayahnya Dara. Ada apa ya?" Tanya Bapak Mahendra cemas.
"Saya dari pihak kepolisian yang menemukan putri bapak yang sudah tergeletak dalam keadaan tak bernyawa di Jalan Kutilang, kemungkinan putri bapak kotban tabrak lari. Di mohon bapak segera menuju ke Rumah Sakit Pelita untuk melakukan otopsi lebih lanjut dengan putri bapak." Ucap suara tersebut.
"Daraaaaaaaaaa." Teriak tangisan Bapak Mahendra kencang hingga memecahkan kesunyian di jalan raya yang hening malam itu.
"Kenapa bi? Dara kenapa bi? Dara nggak apa apa kan bi?" Tanya Deva dengan cemas.
"Adek kamu sudah nggak ada nak." Ucap Mahendra menyesal.
Setelah beberapa saat Mahendra pun melajukan mobilnya itu dengan kencang di jalan yang lengang malam itu menuju rumah sakit pelita.
Sesampainya disana Mahendra dan Deva hanya dapat menangis dan menyesal telah meninggalkan Dara di jalanan. Dan mereka hanya melihat kain putih yang dihiasi bercak darah, yang sedang menutup tubuh gadis itu dari atas hingga bawah.
Mahendra dan Deva tak dapat menghentikan tangisannya sampai lupa untuk menghubungi Meta ibu kandung dari Dara putrinya yang sedang menunggu kepulangan mereka dirumah.
Keesokan paginya Dara pun sudah dapat di bawa pulang untuk melakukan pemakamannya.
Teman teman Dara terutama Deril tak menyangka, bahwa Dara berakhir dengan cara seperti ini.
Deril pun hanya dapat menangis dan mengiklaskan kepergian Dara untuk selama lamanya. Dan menanggap bah wa tuhannya Dara lebih mencintai Dara dibanding dirinya.
"Dara selamat tinggal, gue nggak pernah menyesal mencintai wanita kayak lo. Mungkin kita hanya ditakdirkan untuk saling mencintai bukan saling melengkapi. Gue pergi tapi suatu saat gue pasti akan sering sering menjenguk keadaan lo disini dan mendoakan lo agar bahagia disisi-nya." Ucap Deril sambil mengusap nisan Dara yang masih bersih tersebut.
Kepergian Dara menjadi salah satu hal yang menyebabkan orang orang yang pernah ada disekelilingnya terpukul Berat akan kepergian gadis itu, terutama sang ayah yang sangat menyesal melakukan hal tersebut kepada putrinya di malam itu.
Hingga sang ayah bangkrut dan masuk rumah sakit jiwa atas semua rasa penyesalan yang menghantuinya.
Deril pun menjalani hari harinya tanpa Dara seperti biasa, dan belum dapat menemukan cinta nya yang baru. Karena sosok Dara mengajarkannya tentang banyak hal terutama cinta yang sulit dipersatukan karena tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku, Kamu, dan Tuhan
Short StoryAda cinta segitiga antara Aku, Kamu, dan Tuhan