03.Tawaran berubah Arah

46 7 2
                                    

"Seprai dan handuk bersih? " Senyum Ale hangat pada muka tampan Malas malasan yang membuka pintu kamar yang disewakan sebagai Hostel di Rumah taman siswa.... Usaha Ale dan Jati yang makin berkembang sekarang memberikan kesempatan bagi mereka untuk merenovasi bangunan rumah singgah dengan menambah 2 kelas dan lobby di lantai dasar, serta 5 kamar tidur di lantai dua....

"Terimakasih mas Ali... " Ujar si ngantuk perlahan... Allegro tersenyum

"Sebenarnya Ale mas.... " Ucap si cungkring hangat...

Si pemuda berjanggut lebat dihadapannya tersenyum ramah "maaf gak perhatian...tapi kenapa matanya bengkak? " Sahut si pemuda lagi

"Eh iya ya... Mungkin kemaleman urus pembukuan.... " Ujar Ale tak perduli

Si pemuda kembali terkekeh "begadang buat mata kita merah Mas Ale... Bukan bengkak"

Ale terkekeh "dan mas Lupa namaku... Bukan gak pengertian" Senyumnya Lebar...

Si pemuda terdiam mendengar kata kata Pemuda yang lebih pendek...

"Well.... Aku Luther...kau Alberto kan? " Ujarnya tergagap

"Well....namaku Allegro , mau aku ganti seprai dan Handuknya? Sarapan sebentar lagi siap... Mas Jati bikin Bakmoi jamur.... Enak banget... " Promosi Ale riang...

"Seprai dan handukku baik baik saja mas Ale... Dan karena promosimu... Aku gak sabar untuk sarapan... " Senyum Si Pria... Misterius namun manis... Kepolosan Ale tidak bisa mencerna ada goda di antara keramahan itu.

"Jam stengah tujuh sudah siap... Lebih baik mandi dulu... Biar paripurna sarapannya" Ujar Allegro memohon diri

Si pemuda mengangguk singkat seraya menutup pintu.

Setengah bersenandung Ale berjalan sambil mendorong kereta berisi handuk dan sprei bersih untuk tamu tamu hostel.... Langkahnya sejenak berhenti melihat sosok tampan di ujung lorong

"Aku mencarimu kemana mana... " Ujar Jati ramah sambil membantu Allegro mendorong Kereta kecil itu  ,Allegro memandangi laki lakinya.... Masih teringat pembicaraan semalam yang tak sengaja didengarnya.... Ketidaknyamanannya muncul lagi, dia kemudian pelan pelan tersenyum

"Aku bangun dan langsung menjalani bagianku mas...gak baik kalau aku terus terusan ganggu mas Jati" Ujarnya perlahan

"Apa jadinya aku kalo kamu gak ganggu aku Allegro? " Senyum mas Jati renyah, entah kenapa canda itu mengusik hati si cungkring

"Ayah satu anak sukses yang gak perlu menanggapi kegelisahan si homo labil?" Senyum Allegro masam

"Akan sangat sulit karena tanpa si homo labil si ayah Palsu tidak akan bisa bernapas.... " Jawab Jati hangat seraya membuka pintu Pantry

"Mas.... " Lirih Ale mendung

"Gangguan kamu buat aku merasakan hidup Le... Dan aku mungkin minta maaf karena gangguanku kamu jadi gak bisa melanjutkan hidup? " Ujar Jati seraya mengecup dalam dalam dahi si kurus

"Bersama mas aku hidup... Sangat hidup sekali.... Aku ngerasa gak pantes aja sekarang.... " Lanjut Ale lagi

"Sejak aku mengembalikan dompetmu aku tahu kamu yang paling pantas.... Dengan segala keunikanmu yang terkadang buat aku kesal gak pernah sedikitpun aku merasa kamu gak pantas sayang.... " Senyum Mas Jati lebar seraya mengejar bibir mungil Allegro

"Kita hebat bersama Le... Jangan ragu lagi please... Kamu pergi aku mati" Lirih Mas Jati saat dahi mereka bertempelan erat pagi itu...

Allegro mengangguk perlahan dan menepuk nepuk pipi Jati lembut Lalu menarik napas Panjang.... Pelan pelan didorongnya kereta itu ke ujung ruangan...

Pria Pohon dan Matahari yang Terburu buru Ayat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang