Chapter 4

935 74 12
                                    


Lesti berjalan di depan Jira, sementara Lesti fokus menata ke depan,  Jira memasang alat komunikasi di telinga kirinya.

"Kamu bisa karate, kan?" ucap Lesti tiba-tiba.

"Gak tau." jawab Jirayut.

"Te-terus? Besok gimana?"

"Ya besok tanding, lah." ujar Jira.

"Awas aja kalau kamu kalah, kamu langsung aku berhentiin jadi bodyguard."

Jira terkekeh, "Eh, kamu bisa ketawa juga?" ujar Lesti.

Jira langsung membuang mukanya. Lesti menghentikan langkahnya.

"Sini tangan kamu!" ujar Lesti.

"Ada apa?" tanya Jira, ia lalu mengulurkan kedua tangannya.

Lesti memijit-mijit tangan Jira sampai ke lengan. "Otot semua. Kayaknya besok ada kemungkinan bisa menang."

Lesti melepaskan tangan Jira lalu kembali berjalan. Di belakangnya, wajah Jirayut tampak memerah.

"Pas pertama liat kamu, kirain lembek. Gak taunya, lumayan kuat juga. Ngomong-ngomong, umur asli kamu berapa tahun sih?"

"Saya harus menjawabnya?"

"Iyalah! Kan aku nanya!"

"Dua puluh dua tahun." jawab Jira.

"Beda enam tahun dong ya sama aku, tapi cukup awet muda." ujar Lesti, "Kamu juga lumayan ganteng, sih."

Ucapan Lesti sukses membuat wajah Jirayut memerah lagi. Ia menundukkan wajahnya agar tak terlihat oleh Lesti.

"Hah... Kirain sekolah baru bakal menyenangkan, baru pertama masuk sekolah, udah dapet masalah."

"Sudah sampai, Nona. Saya pulang sebentar untuk berganti pakaian dulu ya, sebelum kembali berjaga."

"Iya, nanti kamu makan siang di rumah bareng aku aja. " ucap Lesti.

"Terimakasih!" Jirayut membungkuk sebentar lalu pergi ke kontrakannya.

"Assalamualaikum, Bi!" ucap Lesti.

Lesti duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Bi Darmi datang dari dapur sambil membawakan segelar air putih. "Non, mau Bibi buatkan jus? Apa langsung makan siang?" tanya Bi Darmi.

"Enggak usah, Bi. Tolong kasih makanan aja buat Jirayut, aku udah ajak dia makan bareng. Tapi dia kayaknya masih malu-malu."

"Baik, Non."

"Sekalian tolong simpan ini, Bi!" Lesti menyerahkan tasnya pada Bi Darmi.

"Bibi ke belakang dulu ya, Non!"

"Hmm..." Lesti memgambil segelas air putih lalu langsung meminumnya sampai habis.

"Oh, hp aku?" Lesti berlari ke kamar.

Ia mengambil ponselnya dari dalam laci nakas kamarnya.

Beberapa nortifikasi chat dan panggilan tak terjawab muncul pada ponsel miliknya.

Ia memencer nomor Papanya, bermaksud menelponnya.

"Assalamualaikum, Papa, apa kabar?"

"Papa kangen!" ujar Dwi di seberang sana. "Kamu udah pulang sekolah? Udah makan?"

"Udah, Pa. Papa lagi apa?"

"Biasa, di kantor."

"Pa, Lesti minta uang ya! Mau beli hp yang murah aja, mungkim sejuta cukup."

Curiosity About Love ( #leslar )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang