Didalam ruangan kosong, monet tengah menunggu seseorang. Hingga orang yang ditungguinya pun datang padanya, orang itu adalah Law..
"Kenapa memanggilku kesini? Tidak bisakah kau membawa obat itu ke ruanganku saja!?" Keluh Law.
"Maafkan saya. Saya tidak menemukan obat itu dimanapun.."
"Lalu untuk apa aku kesini!?"
"Sebenarnya...aku sangat ingin mengatakannya sejak lama tapi kau tidak pernah memberikanku satupun kesempatan. Hanya dengan cara ini aku bisa mendapatkan perhatianmu walaupun sesaat.." Monet maju selangkah lebih dekat pada Law.
"Aku menyukaimu dokter Law."
Perkataan Monet yang begitu tiba-tiba itu mengejutkan Law. Kedua matanya yang tadinya menatap Monet dengan dingin pun sekejap berubah.
"Ap—"
"Aku tahu kau tidak menduga hal ini tapi aku benar-benar menyukaimu. Walaupun aku tahu jawaban yang sebenarnya.. aku tidak bisa menghapus dengan mudah perasaan ini.. "
Wanita itu tersenyum pahit menatap pria dihadapannya, kedua matanya berkaca-kaca, detak jantungnya terus melaju cepat. Ia tahu dirinya akan ditolak namun entah mengapa jawaban itulah yang menakutinya, membuat hatinya terus berdebar-debar.
"Ya, aku memang tidak tahu ternyata kau melihatku dari sisi itu dan bukan menganggapku sebagai rekan kerja. Tapi, maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu.." jawab Law, ia menaruh tangannya diatas pucuk surai hijau terang itu.
Air mata wanita itu pun akhirnya menetes, yang semakin lama semakin banyak hingga membanjiri kedua pipinya. Tangannya membekap didada, berusaha sebaiknya untuk menenangkan hatinya yang tengah hancur itu.
"Wanita itu, seperti apa dia untukmu?"
Law terdiam sesaat mencoba membayangkan wanita yang telah ia hindari selama seminggu ini, disana Law tersenyum tipis sembari membayangkannya,
"Sempurna." Jawab Law.
Monet ikut tersenyum walaupun senyuman itu hanyalah kepahitannya, ia turut bahagia pada mereka.
Beberapa jam kemudian...
Elizabeth baru saja akan meninggalkan tokonya dan hendak membeli bunga namun tiba-tiba saja kedua kakinya membeku dihadapan seorang pria.
Wangi bunga yang sangat dikenalnya itu tercium olehnya, pria itu menyodorkan sebuah buket bunga Edelweiss untuknya. Elizabeth menerimanya dengan wajah penuh tanda tanya, ada apa sebenarnya? Pikirnya.
"Tuan do—"
"Law. Panggil saja Law."
"Uh.. a-ada apa tiba-tiba anda kemari?"
Tanpa basa-basi lagi, pria itu menggenggam tangan Elizabeth dan membawanya pergi. Tentu hal itu begitu mengejutkannya, Elizabeth tidak paham apa yang sedang terjadi dan ini juga membuatnya cukup kesal karena Law tidak menjawabnya.
Elizabeth pun menarik dengan paksa tangannya dari genggaman Law hingga akhirnya pria itu berbalik mendapati wanita itu terlihat marah.
"Ada apa denganmu?! Setelah menghilang selama seminggu, tiba-tiba muncul kembali dan memberikan bunga lalu sekarang mencoba menculikku!?"
"Aku tidak ingin menculikmu! Aku ingin mengajakmu pergi!"
"Mengajakku pergi?! Tapi itu terlihat lebih seperti penculikkan!"
"Buat apa aku menculik jodohku?!"
Mendengar itu keduanya pun dalam hitungan detik langsung terkejut bukan main, terlebih lagi Elizabeth. Sungguh, wajahnya berubah menjadi sangat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan | Law x Elizabeth ✔️
RomantikEdelweiss Elizabeth adalah seorang wanita berumur 26 tahun yang telah lama melajang karena kesibukan akan pekerjaannya sebagai pemilik Bakery & Coffee Shop bernama Eden yang cukup populer di kota Flevance. Akibat terus melajang dan umurnya yang kian...