15. Class

158 40 8
                                    

Callister sedang menelusuri lorong sendirian karena dia adalah satu-satunya anak yang belum mengambil jubah setelah hasil tesnya dibagikan. Senyum kemenangan terukir lebar di wajahnya saat mengetahui dia mendapat kelas kedua bersama Athena. Meski sejujurnya dia tidak mengerti kenapa dia begitu senang mendapat kelas yang sama dengan Athena.

Setidaknya dia bisa membuat Athena terjebak bersamanya untuk menyelesaikan urusan ini.

Saat kakinya baru melangkah, setengah jalan menuju aula sebuah panah melewatinya dengan kecepatan tak kasat mata. Jantungnya berdegup kencang, kedua tangannya bergetar. Callister memutuskan untuk berhenti berjalan. Menajamkan seluruh indra—nya, membuat dirinya dapat mendengar percakapan orang lain di jarak yang cukup jauh. Dengan kecepatan supranaturalnya dia berlari menghindari panah secepat mungkin.

Ketika dirinya sudah berada di depan ruang penyimpanan. Salah satu panah melesat tepat di tengah pintu dan hampir saja menembus bagian belakang kepalanya apabila dia tidak menghindar. Keringat dinginnya turun dari pelipisnya, jantung yang berdegup kencang. Napas yang berhembus tak beraturan membuat tangannya ikut bergetar mengambil panah yang berisi surat tersebut dan membukanya.

Ini waktunya untukmu memilih Callister. Kau berada di sisi siapa?

Tulisan dengan ketebalan yang begitu terlihat juga garis yang ditulis secara tajam hanya membuat dirinya semakin ketakutan.

"Kenapa dia tau mengenai hal ini?" Batin Callister menggeretakkan giginya menahan ketakutan dan kemarahannya di waktu yang bersamaan.

Sebelum akhirnya kertas dan panah tersebut berubah menjadi debu. Meninggalkannya diam dalam lamunannya sendiri.

_____

Saat ini seluruh siswa sudah menggunakan jubah yang terbagi atas lima kelas. Kelas kesatu dengan ukiran emas menjulur secara elegan di bawah jubahnya, kelas kedua dengan warna silver dengan letak yang sama, kelas ketiga dengan warna corak merah maroon, dan kelas keempat dan kelima yang memliki warna corak putih sebagai tanda netral.

Mereka dikumpulkan ke dalam aula agar dapat mengetahui kelas masing-masing tanpa harus tersesat. Athena dengan jubah corak perak dan Irish dengan jubah corak emas terlihat menyatu dengan anak-anak yang lain.

Athena tau dengan jelas dirinya sudah menjadi pusat perhatian semenjak kejadian beberapa hari lalu. Semenjak dia berada di aula. Dia tidak sedikit pun berniat untuk membuka tudung jubahnya. Irish sangat mengerti dengan keadaan temannya yang satu itu karena dari sikapnya Athena tidak suka menjadi pusat perhatian.

Athena benar-benar sangat tidak suka sampai mengikat rambutnya menjadi high bun, agar dirinya tersamarkan oleh tudung karena rambutnya yang lumayan mencolok. Warna blonde yang kebetulan lumayan jarang di antara mereka, membuatnya kesal sendiri. Padahal di sekolah menengah pertamanya dulu warna rambut ini sungguh biasa. 

Athena diam-diam memaki keadaannya yang membuat Irish terkekeh.

"Hah! Callister kau bercanda ya!? Kenapa kau mendapat kelas kedua?" ucap seseorang dengan suara nyaring yang terlalu kencang. Membuat hampir setengah kerumunan diam menyimak hal yang mereka bicarakan.

"Callister kau serius!? Hanya kau satu-satunya orang yang mendapat kelas kedua. Bukankah kau seorang genius atau kau kerasukan sesuatu?" ucap seseorang dengan warna rambut ginger, membuat Athena berdecih pelan.

"Orangnya saja gila begitu bagaimana dia mau dapat kelas pertama." batin Athena, memutar bola matanya sendiri.

"Apa jangan-jangan karena seseorang?" ucap seseorang dengan warna rambut hitam pekat.

Anathema : The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang