tiga - s h a r d s o f m e m o r i e s.

92 22 21
                                    

note dari galaxy :

sebelum baca, boleh minta vote dan coment nya? gratis kok hehe.

happy reading!

───

Kata beberapa orang, kehilangan kawan baik jauh lebih menyakitkan di banding putus cinta. Bagaimana tidak menyakitkan, terkadang kawan baik lebih mengerti segala nya tentang kita bukan?. Hal itu juga di rasakan oleh Atuy. Atuy Rakastana namanya, Atuy tidak pernah menyangka dan berpikir bahwa kepulangan nya dari Jepang hanya untuk berkunjung di pusara sahabat dekat nya - Aiden Markalano. Ekspektasi ia ingin bercerita banyak hal tentang kehidupan nya di sana, kandas begitu saja.

Berdiri sendirian di sini. Atuy menatap pusara kawan baik nya itu dengan hati yang hancur. Atuy Rakastana, dia kawan baik Markala. Atuy juga saksi atas segala kejam nya semesta bagi Markala. Atuy juga lah yang jadi tempat dimana Markala ingin pulang, atau hanya sekedar makan.

Atuy tersenyum tipis menatap pusara Markala. Dia mulai terjongkok dan menaburkan mawar di pusara itu. Di usapnya pelan nisan Markala. Dia menahan segala tangisannya, tapi dia tak kuasa menahan semua tangisannya itu ketika memori memori kebersamaan mereka tiba tiba terputar kembali di ingatannya. Dengan tertunduk, Atuy menumpahkan bulir bulir bening itu tanpa suara. Sakit dan menyesakkan.

"Kalau tahu lu bakal gini, gua ga akan pergi ke Jepang"

Atuy mulai menyuarakan suara nya dengan tangisan tangisan pelan. Dicengkeram erat erat tanah tanah yang ada di sekitarnya.

Atuy menghela nafas pelan, "Kalau lu udah ga ada di sini. Besok yang minta makan ke gua siapa?"

Atuy mengangkat kepala nya. Dipikirannya mulai melintas setiap rasa bahagia dan rasa sakit yang di rasakan Markala. Dipikirannya juga kini terlintas percakapan percakapan sederhana tentang perjalanan mengejar mimpi. Juga tentang perjalanan perjalanan hidup yang tak mudah bagi Markala.

-----

Sore itu, Markala berlari kecil menghampiri nya. Dia masih ingat jelas bagaimana raut wajah Markala yang sangat bahagia. Bahagia dan Tulus. Jarang sekali Atuy melihat Markala tersenyum bahagia seperti saat itu.

"Bang, ikut gua cepet" Markala menghampiri Atuy. Dengan cekatan Markala menarik tangan Atuy untuk mengikutinya.

"Lu dateng dateng bukannya duduk"

"Penting ini" ucap Markala dengan nafas terengah engah. Tangan Markala masih setia menarik tangan Atuy untuk mengikutinya.

Dengan malas malasan Atuy mengikuti langkah Markala. Hingga mereka sampai di parkiran. Atuy bingung mengapa Markala mengajaknya kemari.

"Jadi?" ucap Atuy bingung, sedangkan Markala sedikit membungkuk lalu memberi isyarat yang seakan akan berucap "Bentar, lagi atur nafas ini". Nafas Markala masih terengah engah, bahkan kini bulir bulir keringatnya mulai menetes menembus tanah tempat ia berdiri saat ini.

"Tuh lihat! Gua bisa beli nih motor bang" ucap Markala dengan menujuk motor Vespa LX berwarna biru ketuaan.

Atuy takjub menatap motor baru Markala. Dia mengelus jok motor Markala, "Mulus bener motor nya"

Markala memukul pelan tangan Atuy, "Jangan lama lama pegangnya ntar si Tomingse lecet"

Atuy mengehentikan pegangan tangan nya. Lalu dia tertawa keras, bagaimana dia tidak tertawa? Kawan nya ini mungkin sudah tidak waras. Bagaimana bisa, Markala menamai motor barunya ini dengan sebutan Tomingse. Kalian tahu Tomingse? itu lho, aktor drama China yang cukup terkenal di era 2018 an.

Ephemeral - revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang