19 || End Of A Story

67 8 0
                                    

Satu bulan sebelum Maharani melayangkan gugatan cerai pada suaminya, Leon.

“Leon, kamu dimana? HP-mu berdering,” ucap Maharani.

Tak ada jawaban.

“Aku angkat aja kali, ya. siapa tau client penting.” Belum sempat Maharani menggapai ponsel yang tergeletak di atas nakas, tiba-tiba Leon datang dan menepisnya tangannya.

“Jangan sentuh HP-ku,” ucapnya ketus lalu menjauh untuk menerima panggilan itu.

Dahi Maharani mengerut. “Ada apa dengan HP-nya sampai aku ngga boleh menyentuhnya?” tanyanya dengan bingung.

Maharani mengikuti Leon dan bersembunyi untuk diam-diam mendengarkan pembicaraan yang Leon lakukan melalui telepon.

“Iya, Sayang. Sebentar lagi aku kesana, ya,” ucap Leon.

“Sayang?” gumam Maharani berharap ia salah dengar.

“Iya, Sayang. Aku janji,” ucap Leon masih berbincang dengan seseorang di seberang sana.

Maharani menegang, matanya panas, dadanya sesak. Apa-apaan ini? Apa mungkin jika Leon…

Leon terkejut saat menemukan Maharani tengah berdiri tidak jauh di belakangnya dengan mata yang memerah.

“K-kamu sejak kapan di situ?” tanyanya dengan gugup walaupun masih terdengar ketus.

“Siapa wanita itu, Leon?”

Leon masih berusaha menyembunyikan kegugupannya. “W-wanita, apa maksudmu?”
“Kamu berselingkuh dariku?”

Leon membuang muka, tidak tahan melihat air mata yang jatuh dari kelompak mata istrinya. “Bukan urusanmu.”

“Tentu itu menjadi urusanku, Leon. Kamu suamiku!” ucap Maharani menaikkan nada suaranya.

Leon tak menjawab, ia justru melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Sudahlah, saya tidak punya waktu. Saya harus pergi menemui kekasih saya.”

****

“Leon, aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku melakukan itu semua karena aku tulus mencintaimu,” ucap Renita memohon.

Leon menghempaskan tangan Renita. “Lepaskan tanganku,” ucapnya.

Ia beralih menatap Maharani dan berusaha menggenggam tangannya. “Ran, tolong maafkan aku. Aku termakan cerita palsu yang dikarang oleh Renita selama ini.”

“Aku sudah memaafkanmu.”

Mata Leon berbinar. “Benarkah?” tanyanya, “Kalau begitu, bisakah kita kembali bersama, Ran?”

Sama seperti yang Leon lakukan pada Renita, Maharani pun menghempaskan tangan Leon dari lengannya. “Maaf, Leon. Aku ngga bisa.”

Mata Leon memancarkan amarah. “Pasti gara-gara dia kan?” Tunjuknya pada Adit.

Maharani Menggeleng. “Aku tidak bisa hidup bersama seseorang yang tidak mempercayai istrinya. Terlebih, ketidakpercayaannya itu membuat ia berselingkuh dengan teman sekaligus rekan kerjaku.”

Leon mengacak rambutnya dengan frustasi. “Arghhhh!” geramnya lalu pergi tanpa sepatah kata pun disusul oleh Renita.

Tanpa mereka sadari, pertikaian yang terjadi diantara mereka mengundang banyak perhatian pengunjung mall.

“Mama ngga apa?” tanya Yuna. Ia tidak bisa menutupi kekhawatirannya pada sang Mama.

Maharani tersenyum. “Ayo kita pulang.”

My Second Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang