Unstopable

145 21 2
                                    

Suara kegaduhan terdengar dari pintunya. Sebuah kamar paling pojok dengan gelegar teriakan seseorang dari dalam. Mengundang atensi seluruh penghuni untuk segera berkerumun ke sumber suara.

"Sialan! Apa yang sebenarnya terjadi?" umpat lelaki tinggi dengan tindik di salah satu telinganya.

"Minggir!" seseorang datang membelah kerumunan. Rasa khawatirnya membuncah kala kedua telinganya mendengar makin kerasnya teriakan seseorang di dalam.

"Sialan! Apa kalian akan terus berdiri seperti orang bodoh di sini?!" seseorang tadi segera membuka kenop pintu yang dihadiahi decakan kesal. Tersegel, rambatan rantai tiba-tiba muncul dan langsung mengikat kuat seluruh sisi pintu beserta kenop itu.

"Chimon,"

"Sedang kucoba." singkatnya sembari terus memperhatikan pintu di hadapannya. Perlahan maniknya mulai berganti merah pekat dengan kuku tangan yang memanjang beserta munculnya urat-urat di sekitar wajah dan tangannya. Digenggamnya dengan kuat nan erat rantai-rantai di hadapannya, mencoba mematahkan segel rantai tersebut. Segera setelah terputus, Chimon mendobrak pintu kayu itu sekuat tenaga bersamaan dengan dentuman besar dari dalam.

Ia berada di sana. Membungkuk sembari menarik rambutnya dengan kuat. Chimon melihatnya, tubuh itu membesar, urat-urat menonjol dari kedua lengannya, garis-garis retakan tercipta di sekitar wajahnya, dua taring yang memanjang, air liur yang menetes beserta tubuh yang basah kuyup akan peluh. Chimon ternganga ketika kembali melihat sebuah tanda ghaib yang muncul di lengan kanannya bersamaan dengan salah satu matanya yang menggelap sempurna. Degupnya terhenti sejenak ketika kedua maniknya saling bertemu dengan milik Nanon yang berubah hitam kelam sementara mata kirinya merah pekat. Chimon tertarik visualisasi yang diberikan Nanon lewat kontak mata mereka.

*Seseorang melompat dan langsung memasang badan di hadapan sekawanan orang berbaju zirah. Kali ini berbeda, kedua maniknya menggelap sempurna dengan kuku tangan yang panjang dan meruncing. Raut wajahnya bersiap untuk bertarung, sementara disekitar badannya keluar aura gelap mengerikan yang mampu menggetarkan semua yang ada di sana.

Sementara sekawanan berbaju zirah tersebut menyiapkan senjata-senjata mereka, Nanon hanya memperhatikannya dengan senyum remeh. Ia membuka mulutnya, menampakkan kedua taring memanjang beserta lidah yang terjulur ke luar. Retakan yang semula berada di wajahnya kini memenuhi badannya, berubah sewarna lahar menyala. Urat-urat yang semakin menonjol dengan sangat jelas. Lalu raungan begitu nyaring dan keras terdengar, disusul lompatan jauh Nanon menuju tengah-tengah pasukan tersebut. Dengan mudah ia melawan tiap musuh yang menghampirinya, mencabiknya, memutuskan kepalanya, meremukkan kepala dengan kepala. Dan hal terakhir yang dilihat Chimon adalah, Nanon bersimbah darah tanpa luka menatapnya lekat.

Geraman terdengar, Chimon jatuh terduduk dengan napas terengah. Visualisasi singkat yang ia dapat begitu nyata hingga sulit membedakan itu sesuatu yang harus terjadi atau sesuatu yang harus dihindari. Tepat setelah maniknya melihat Chimon, Nanon segera melompat dari lubang di dinding yang ia ciptakan tadi. Menghilang di balik kabut pagi.

"Chimon! Kau tak apa?" ujar lelaki dengan tindik di telinganya.

"Dia hilang." Aj melihat ke luar lubang. Nihil, jejaknya bahkan tak terlihat.

"Nanon... adalah The Oldest," cicit Chimon, ini pertama kalinya ia melihat The Oldest. Tidak, mereka semua. Ras tertua pemilik manik terkelam, terpekat, tergelap. Terakhir kali hanya tinggal 3 The Oldest yang tersisa dan tercatat disejarah, dan sudah ribuan abad lalu menghilang tanpa jejak.

"Apa tadi... Apa yang kulihat tadi? Sing! Aku, aku tadi melihatnya. Dia memberiku visual, begitu jelas, begitu nyata, bahkan aku dapat mencium semua darah-darah itu. Aku-"

Midyear Library [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang