Prolog

116 29 8
                                    

Duduk termenung bagai bumantara yang kehilangan sinar hangatnya.  Langit menutupi keindahannya dengan awan hitam yang pekat, seakan mengerti apa yang sedang dirasakan oleh gadis yang berparas cantik, nan baik ini. Ia merasa gagal menjadi dirinya dengan apa yang terjadi beberapa saat lalu.

Mimpi yang telah didambakannya sedari dini, kini telah sirna dari hadapannya. Entah apa yang salah dengan dirinya sehingga ia tak dapat meraih mimpi satu satunya itu?, sesusah itu ya ternyata meraih sebuah mimpi yang sudah kita perjuangkan dari lama.

Baru kali ini ia merasa badai datang simpang siur, mulai dari kehilangan, kepedihan, hingga sakit-sakitan. Padahal ia terkenal dengan sebutan gadis kuat, yang tak mengenal kata lelah hingga menyerah dalam kehidupannya, memang manusia mungkin terkadang memiliki titik terendahnya.

Mungkin inilah yang sedang dirasakannya. Karena, selama ini ia telah berjuang mati matian hingga tak tidur semalaman hanya untuk membuktikan, bahwa ia bisa meraih mimpi yang ia kagumi dan inginkan sedari kecil itu. Kegagalan demi kegagalan ia telah lewati, akan tetapi kegagalan yang datang adalah beberapa kegagalan kecil yang menurutnya ia bisa atasi hanya dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Tetapi untuk kali ini, kegagalan yang gadis ini rasakan rasanya sangat besar sampai sampai ia saja sudah kewalahan dengan apa yang sedang ia hadapi, lalu pada akhirnya ia sempat berpikir apakah sebenarnya Tuhan itu bertindak adil untuknya?, atau bahkan harusnya ia tak memilih jalan ini?.

Banyak pertanyaan yang menurutnya belum terpecahkan, dengan penuh amarah gadis ini mulai mengacak acak rambutnya frustasi, kamar yang tertata rapi perlahan lahan mulai terlihat sangat berantakan hampir semua barang terpental satu per satu jatuh ke lantai. Mulai dari peralatan tulis tergeletak di ubin yang terasa dingin, sampah yang berceceran di bawah meja belajarnya. Gunting, cutter,dan peralatan tajamnya terbang bebas dan hampir melukai dirinya sendiri, hingga membuat kamar terlihat seperti kapal pecah.

Ia terlihat bodoamat dengan lingkungan sekitarnya yang kini, sudah hancur berantakan yang disebabkan olehnya. Yang hanya ia pikirkan bagaimana agar aku dapat meraih mimpiku kembali, dan apakah benar sosok teman dibutuhkan pada saat seperti ini?

hai aku Anila Chandra Euforia dan inilah kisahku.

↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-

Wah cobaan yang diberi kepada gadis satu ini berat juga yaa, apakah kalian juga pernah mengalami kejadian seperti ini? dan ketika saat seperti itu apakah teman sangat dibutuhkan atau sebaliknya?

yuk tulis pendapat kalian jangan lupa bantu comment dan vote cerita ini yaa dan jangan lupa masukin ke daftar perpustakaan kalian biar ga ketinggalan part selanjutnya! enjoy! dan sampai jumpa di part berikutnya

-salam dari penulis✌️🌻-

Balada Adiwarna KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang