Perjalanan Selepas Sekolah

37 11 3
                                    

Tangisannya mulai mereda bagai pelangi yang datang disaat rintikan hujan mulai tak bermunculan. Perlahan, ia mulai memberanikan diri untuk melihat mading yang sangat jelas terpampang wajahnya.

Sepertinya ia terkena masalah lagi, padahal kasusnya dahulu baru saja selesai. Salah paham antara kakak kelas dan Nila, namun memgapa sekarang mengapa muncul masalah baru lagi? Bagai peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Ia terlihat kebingungan akan hal yang ia hadapi saat ini, dan disaat ini pula sebenarnya ia sangat ingin meluapkan segalanya dengan air mata.

Akan tetapi ia sudah menangis sungguh lama sekali, dan ia juga tak mau merepotkan sahabatnya lagi. Dan berakhir untuk menahan buliran air mata yang tertahan di dekat kelopak mata cantiknya.

Suasana hatinya tak karuan, antara sedih, sekaligus amarah pun campur aduk menjadi satu. Nila berusaha menabahkan dirinya sekaligus memberi semangat kepada dirinya, bahwa ketika ada masa suram pasti suatu saat akan ada cahaya yang bisa membantu kita untuk keluar dari masalah yang dapat terjadi di dalam hidup kita.

Akan tetapi untuk saat ini berpikir positif pun rasanya tak akan mungkin, karena pikirannya sudah kemana mana. Sekali lagi Ia memandang mading yang tertera sangat besar disana sungguh hatinya sangat sakit tak karuan.

Di mading itu ia terlihat sedang membully adik kelas yang bisa dibilang mempunyai kekurangan di bagian fisik. Tapi ia berani bersumpah bawasannya bukan ialah yang melakukan itu, dan pada kenyataannya waktu itu seorang Anila sedang menasehati sang adik kelas agar tidak membicarakan orang lain, tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dan memang pada saat itu ia sedikit tegas dalam menasehati adik kelasnya.

Tapi sepertinya ada yang memanfaatkan kejadian itu untuk membuat berita yang tidak tidak kepadanya, mungkin memang ketika kemarin ia seperti terlihat marah marah tetapi itu tak seperti yang dibayangkan mereka, yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya bagaimana.

Lama sekali sang gadis cantik ini melamun... hingga pada akhirnya sang sahabat yang setia menemaninya ini mulai membuyarkan lamunannya.

"Hei, udah dong ngelamunnya gue pulang duluan ya la, apa mau gue anterin? ayo deh buruan," ujar Naisha yang terlihat masih sabar menunggu sahabatnya yang masih terlihat sedih bak bumantara yang yang menyertainya saat ini. 

"Hehe iya, btw makasih ya Sha uda nemenin. Nanti gue pulang sendiri aja gapapa kok, lu pulang duluan sana ntar dicarin loh sama Umi". sembari mengambil tas miliknya lantas berjalan menuju gerbang sekolah yang terlihat belum tertutup.

Di perjalanan menuju gerbang,  Naisha yang tiba tiba bicara sungguh mengagetkannya.

"Awas aja ya ntar sampe rumah nangis lagi gue cium nih hahahaha". Mereka berdua terlihat tertawa sambil bercanda bersama, disertai bumantara yang terlihat menyudahi gelap dengan pesona cahayanya yang diiringi mega biru yang terlihat elok.

Mereka berdua berpisah ketika telah keluar dari gerbang sekolah. Anila berjalan ke arah kanan dan Naisha ke arah kiri.

Beberapa saat kemudian...

Di tengah perjalanan Anila seperti melihat sosok pria yang mengenakan hoodie berwarna hitam, perawakan tinggi mungkin terlihat seperti sebayanya.

Tetapi tak terlihat warna kulitnya, sembari menunduk seperti seseorang yang tak ingin dikenal,  dan terlihat sehabis melakukan perilaku yang tak baik.

sosok itu berjalan berlawanan arah menuju... Anila yang pandangannya masih tertuju pada pria itu, hah pria itu terlihat menuju sekolahnya.

Anila curiga namun ekspresinya menggambarkan kepanikan sekaligus ketakutan namun ia berusaha tak memperlihatkannya. Kemudian Anila terpikirkan suatu hal yang telah menimpanya baru baru ini, ah mungkin hanya kebetulan pikirnya.

Akan tetapi bila dipikir pikir lagi seperti tak wajar saja bila kebetulan, dan sepertinya pun orang itu belum begitu jauh dari tempat yang ia pijak saat ini.

Ia berusaha berlari sekencang mungkin bagaikan kilat agar tak ketinggalan, tetapi disisi lain ia berusaha agar tak kelihatan dari pandangan pria berhoodie tersebut.

Detak jantungnya berpacu tak karuan tetapi ia berusaha tenang agar tak ketahuan dan pada akhirnya "hap.." Ya ia berhasil, mendapatkan tangan pria tersebut akan tetapi pria itu cepat tersadar, dan ia segera menunduk menutupi parasnya agar tak terlihat dan berlari sekencang mungkin agar tak ketahuan.

Anila pun ikut berlari mengikuti pria tadi akan tetapi, tenaga nya sudah tak kuat lagi untuk berlari hingga terkapah-kapah sungguh cepat sekali pria itu berlari batinnya.

Kemudian ia menengadahkan kedua tangannya dengan penuh harap gadis cantik itu berdoa kepada Tuhan dengan penuh kerendahan agar bertemu pria itu dan semoga kebenaran pun segera terungkap.

Setelah berdoa, dengan lesu gadis itu pun kembali berjalan sesuai dengan rute untuk menuju rumahnya.


↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-


halo gais uda lama bgt yaa author ga upload, udaa sekitar berapa minggu atau bulan? hehe maaf banget yaa buat keterlambatannya😭 nanti author usahain buat upload 3 hari sekali yaa kaya dulu dan makasih buat yang uda support dan ngikutin cerita ini dari awal dan tunggu terus buat cerita selanjutnya jangan bosen bosen sama cerita ini! dadahh selamat ketemu di part selanjutnya🤗

oh iya buat kalian yang mungkin ada kritik atau saran buat cerita ini jangan sungkan sungkan buat bilang yaa, kalian bisa langsung dm ig author @floweermoons biar cerita ini pun bisa berjalan  berkembang dengan baik terimakasih!😄

yuk jangan lupa bantu comment dan vote cerita ini yaa dan jangan lupa masukin ke daftar perpustakaan kalian biar ga ketinggalan part selanjutnya! enjoy! sampai jumpa di part berikutnya✌️


-salam dari author☺️❤️-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balada Adiwarna KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang