23. Illusion

1.5K 217 38
                                    

Techno masih duduk di halte bus, sejak satu jam yang lalu dia hanya melihat beberapa mobil yang lewat. Bahkan dia bisa menghitungnya, wilayah ini memang sepi, tak heran Techno tak menemukan bus satupun dari tadi.

Techno tertunduk menatapi kakinya yang kotor karena debu jalanan. Dia memang orang yang cuek pada diri sendiri, jarang merawat tubuhnya, dia selalu apa adanya. Tapi bukan ini maksudnya, bukan penampilan kusutnya kemeja Techno, bukan darah kering yang terukir ditubuhnya, bukan kaki jenjang yang kotor dan kusam. Techno biasanya lebih bersih dan rapi dari ini.

Tapi itu dulu, Techno itu telah pergi. Mengingat betapa bodohnya dia terjebak dalam permainan keluarga Type dan Kengkla, dia memutuskan untuk meninggalkan diri Techno yang dulu. Techno yang sekarang akan lebih cuek dan tak peduli pada siapapun, pikirnya.

Techno berdiri, menengok ke arah kiri jalan nya, lalu melangkah kearah itu. Dia masih ingat betul inilah jalan yang benar. Techno terus berjalan di trotoar yang kotor oleh debu jalanan dan sampah dedaunan kering. Sesekali mobil melewatinya dengan kecepatan tinggi hingga mengibaskan kemeja kusutnya.
Batu kerikil yang diinjaknya tak menjadi hambatan, tubuhnya mati rasa, tak merasakan sakit meskipun Techno menginjak benda tajam.

Jauh, semakin jauh melangkah. Techno kelelahan namun dia belum sampai ke tempat yang ditujunya,

Aku tak bisa berhenti sekarang

Techno memaksakan kakinya yang sudah tak kuat berjalan, dia menyeretnya agar terus bisa berjalan. Ini membuat daun-daun kering dan bebatuan menyayat telapak kakinya, walau perih, Techno terus melakukannya.

Hatiku sudah pernah merasakan sakit lebih dari ini, hanya terkena daun dan batu takan bisa menyakitiku.

Kalau yang dimaksud Techno adalah Kengkla, ya, itu benar. Hatinya pernah sangat sakit oleh Kengkla. Luka kecil seperti ini takan melemahkan niatnya untuk terus menuju ke tempat itu.

Techno tertunduk, bukan menatap telapak kakinya yang mengucurkan darah, dia menatap dedaunan dan bebatuan yang memberinya luka.

"Do you think you can hurt me, huh? Hahahha
my boyfriend is Kengkla, you know?"

Mana yang kau sebut boyfriend, No?
Ah, aku lupa, my ex is Kengkla ...

Techno tersadar dari lamunan nya, lagi-lagi Kengkla mencuri waktu Techno untuk memikirkannya. Techno kembali berjalan menyusuri trotoar, menangkis jauh-jauh pikiran tentang Kengkla diotaknya.

.
.
.
.
.

Bukan hanya Techno, Kengkla juga ternyata tak bisa melepaskan Techno dari pikiran nya. Setiap saat, setiap waktu, dia terus mengingat kenangan dirinya bersama Techno.
Bedanya, Kengkla berhasil menahan tangisnya, walaupun rindu yang sangat dalam dirasakannya, dia dapat menahan semuanya.
Karena inilah pilihannya, Kengkla tahu betul bahwa inilah resiko dari pilihan itu, jadi tak ada yang bisa dilakukannya selain menerima semuanya.

Kengkla duduk di kursi tunggu sebuah gedung, dia menunggu seseorang untuk menemuinya.
Tangan nya kembali menyalakan layar handphonenya yang baru saja mati. Dia terus melakukan hal yang sama saat layarnya kembali mati. Kengkla memasang foto Techno sebagai layar kuncinya, itulah alasan mengapa dia tak membiarkan layar handphonenya mati walau sebentar, dia ingin terus memandangi foto Techno yang tersenyum lebar ke arah kamera.

 Kengkla memasang foto Techno sebagai layar kuncinya, itulah alasan mengapa dia tak membiarkan layar handphonenya mati walau sebentar, dia ingin terus memandangi foto Techno yang tersenyum lebar ke arah kamera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga kau menepati janjimu, P'No...
Tahan na, sebentar lagi...

"Tuan Kengkla?"

"Ya, saya"

"Ah, maaf membuat anda menunggu lama. Saya orang suruhan Ibu anda, mari, akan saya antarkan kemanapun anda mau..."

"Umm, bolehkah aku menyetir sendirian?"

"Tapi, perintahnya-"

"Ini kuncinya? Baik, terimakasih..."

Kengkla menyambar kunci yang ada ditangan orang suruhan itu, lalu pergi berlari kearah pintu lobby untuk keluar menuju mobil yang telah tersedia di depan pintu lobby.

.
.
.
.
.

Techno telah sampai di tempat yang dituju, meski dengan penampilan yang lebih kusut dari sebelumnya, dengan susah payah dia bisa berjalan sampai di tempat ini.

Sepi, tak ada satu orangpun disini. Techno terjatuh, tak bisa lagi menahan lemas dikakinya. Hari mulai sore, angin lebih kencang dari tadi siang, air laut pun mulai pasang. Ya, Techno pergi ke pantai. Pantai yang sama yang pernah menjadi saksi betapa manisnya kisah cintanya dengan Kengkla.

Lututnya menyentuh pasir pantai, Techno memejamkan matanya, berharap dapat merasakan suasana pantai yang manis semanis malam itu, namun Techno tak mendapatkannya. Justru sebaliknya, Techno mendapatkan sakit didadanya, sesak, juga mata yang kembali menyemburkan air mata.

"K-Kla, maaf na.. aku tidak bisa menepati janjiku, aku tidak bisa tersenyum sialan! Aku sangat merindukanmu, dan ini sangat menyakitkan."

Techno menghapus air matanya namun itu percuma, buliran air mata terus keluar bergantian, isakan tangis tercipta dari orang yang seharusnya tersenyum ini.

"Aku mencintaimu, Kla..."

Suaranya terdengar lirih, lemah, sama dengan tubuhnya.

Tak tahan, Techno berdiri walau susah, dia berjalan mendekati laut. Perlahan, celananya mulai basah terkena air laut. Mata kaki, lutut, dan sekarang paha. Air laut sudah mencapai pahaya. Techno berhenti,

"HOI, SIALAN! KAU MAU AKU TERSENYUM KAN? KEMBALILAH, HANYA KAU YANG BISA MEMBUATKU TERSENYUM, MAKA KEMBALILAH BAJINGAN!!!"

No, kau sedang apa? Apa kau mengemis?
Itu percuma, takan merubah apapun, dia takan kembali hanya karena kau meneriakinya, bodoh.

Techno terkekeh, mengejek dirinya sendiri.

"P'No khrab..."

"Ah, sial. Suara itu lagi. Suara itu terus terngiang diotakku."

"P'No, ini aku..."

"Ya, aku tahu itu suaramu, aku sering mendengarnya diotakku, jadi pergilah, sudah cukup!"

"P'No, aku dibelakangmu"

"Ah benarkah? Kau dibelakangku, dan saat aku balik badan kau tak ada. Itu sering terjadi, bahkan setiap hari. Aku sudah terbiasa"

"P'No, aku benar-benar dibelakangmu"

"Aish air laut ini berisik sekali, aku tak bisa mendengar apapun! Apa kau bilang?"

"Bagaimana kabar Pichu?"

Deg.

Techno terhentak. Dia membulatkan matanya menyadari bahwa suara itu bukanlah halusinasinya yang biasanya datang setiap hari.
Kini Techno menyiapkan diri untuk membalikkan badannya, untuk membuktikan bahwa itu benarlah suara Kengkla.

.
.
.
.
.

To Be Continue🌻

sialan digantung lagi😏
yang mo join gc magus inbox ajaa tapi ada rulesnya yaa

My Partner (BL 🔞) END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang