TWO

348 210 59
                                    

Happy Reading guys🔥

***

Terlihat di depan kelas Pak Junaedi-selaku guru Matematika yang biasa dipanggil Pak Juned tengah menjelaskan materi dengan sangat khidmat. kelas hanya terdengar hening. bukan karena mendengarkan Pak Juned! melainkan mereka semua terlihat lesu dan mengantuk. entah mengapa sekolah ini harus mempekerjakan guru Matematika yang bersuara lembut ini, padahal gurunya ini lelaki bukan? Tapi mengapa saat menjelaskan materi suaranya seperti sedang mendongeng? Ohh ayolah biasanya guru Matematika adalah guru killer. Tapi mengapa guru kami berbeda.

Disaat semua mengantuk dan berharap bel istirahat yang menjadi keberuntungan mereka, Cantika justru yang paling nomor satu memperhatikan Pak Juned dengan serius karena Matematika adalah pelajaran terfavoritnya sepanjang jagad. ya memang lebay sih, tapi semua pelajaran yang berisikan angka membuat Cantika lebih bergairah saja dan merasa tertantang untuk menyelesaikan semua pecahan-pecahan angka itu menjadi satu.

"Jadi faktorisasi dari bilangan ini kalian harus menca-" ucapan Pak Juned terpotong mendengarkan bel istirahat berbunyi yang membuat semua muridnya itu berlomba berlarian menuju pintu kelas untuk keluar. Pak Juned hanya menggeleng sudah terbiasa melihat tingkah muridnya itu, kemuadian ia merapikan segala perlengkapan belajarnya untuk dibawa kembali.

Cantika sebenarnya agak kecewa, mengapa pelajaran Matematika hanya 3 jam, kenapa gak 5 jam aj gitu. Jangankan 5 jam gosh 1 jam saja sudah terasa seperti berabad-abad bagi hampir seluruh murid, benar bukan? .

Terlihat kelas hanya tinggal sebagian orang yang masih betah di dalam. ada yang fokus dengan gadgetnya, atau si kutu buku tentu dengan bukunya , dan si introvert yang memilih membawa bekal dari pada harus ke kantin yang harus bertemu orang banyak.

Cantik lebih memilih mengambil sebuah novel dari dalam tasnya, ya dia memang kebiasaan membawa novel kemana-man karena hobinya membaca. Bahkan jika pergi ke mall sendiri, jangan sangka ia akan bersenang ria berbelanja nyatanya ia lebih memilih ke Gramedia dan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membaca berbagai jenis buku. Bukan hanya novel atau komik, tapi juga tentang politik, kehidupan alam, kerasnya hidup di kota, juga tentang keagamaan.

Sebut saja Cantika kutu buku, tapi dia selalu bisa membagi waktunya dimana ia harus fokus membaca, belajar, atau sekedar bersenang-senang. Jadi Cantika tak pernah jenuh hanya dengan fokus pada satu hal, dia juga remaja yang membutuhkan waktu untuk kesenangannya semata bukan.

Saat membaca novel Cantika juga memasang earpods ditelinganya. Entah mengapa walaupun matanya menatap lurus ke buku, ia bisa merasakan ada segerombol orang yang menuju ke mejanya, terbukti dengan adanya sebuah tepukan kecil di bahunya.

Cantika menoleh kesamping, terlihat gadis cantik dengan rambut panjang di curly dengan warna pirang tersenyum padanya. Bukan senyum yang dikategorikan ramah melainkan senyum mengejek kah?

Gadis ber-name tage Cecil Max Wijaya itu dengan 4 teman lainnya, ah iya dia teringat dengan 5 orang yang menatapnya waktu perkenalan tadi.

Kemudian ia melepas earpods dibalik hijab putihnya, dan semua itu tidak luput dari pandangan salah satu lelaki diantara mereka yang sejak tadi melihatnya dengan tatapan dingin. "Ada apa ya" tanya Cantika pada gadis yang tengah berdiri di depannya.

Cecil tersenyum memandang Cantika rendah "eh CUPU mendingan lo ikut kita deh ke Rooftop" sengaja menaikan nada saat berucap 'CUPU' sehingga menarik perhatian sebagian murid yang masih berada di kelas.

Terlihat Cecil mengeluarkan seringai jahat dari bibirnya, berharap si Cupu didepannya ini ketakutan atau bahkan biasanya mereka akan bergetar jika sudah berhadapan dengan Cecil si ratu bullying di Pancasakti. Nyatanya setelah seperkian detik tidak ada ketakutan apapun di mata Cantika.

THE GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang