SEVEN

218 20 9
                                    

HAPPY READING🔥🔥🔥

****

Tak terasa sudah satu pekan Cantika belajar disekolah barunya ini, tentunya tanpa gangguan dari geng pembully yang membuat lambungnya mual. Sok berkuasa, terlalu sombong akan kekuasaan membuat mereka seenak jidat menindas orang-orang lemah dan tak berdaya. Sungguh ironis, dimana letak rasa ke-perimanusiaan mereka? Cantika paling benci pada makhluk menjijikan seperti itu. Sekolah pun seolah menutup rapat mata dan telinga mereka hanya dengan embel-embel 'donatur terbesar' Cih.

"Cantika, kantin kuy!" Ajak Cindy yang kini duduk disebelahnya, tadinya Cantika hanya duduk sendiri begitupun Cindy. Akhirnya Cindy memutuskan untuk pindah disebelah Cantika.

Cantika menutup buku pelajaran yang sedari tadi dibacanya. lalu beralih menatap gadis yang sedang berkaca membenahi poninya, padahal tidak ada yang salah dengan poni Cindy tapi memang sudah kebiasaanya.

Mata Cantika menyapu bersih keadaan kelas yang sudah sepi. Hanya tersisa beberapa orang yang berada di dalam kelas, yang lainnya sudah berlomba-lomba untuk ke kantin mengisi perut mereka yang keroncongan.

"Chika sama Nabila mana, Cin?" Tanya Cantika, pasalnya ia tak melihat kedua gadis itu karena terlalu fokus menghapal rumus di buku yang tadi dibacanya.

"Mereka ke toilet Cantik, katanya abis dari toilet langsung ke kantin. Kita disuruh nyusul aja, soalnya tadi lo terlalu sibuk sama buku tebal itu sampai lupa sekitar" Cibiknya.

Cantika tersenyum simpul mendengar ucapan Cindy, memang benar ia terlalu fokus sampai tidak mengetahui lingkungan sekitar. Ia jadi teringat satu hal, saat ini Cantika terlalu fokus pada keaadaan tenang ini. Sampai lupa kalau sewaktu-waktu akan ada badai yang menerpa kehidupannya di sekolah ini, dan untuk itu Cantika harus menyiapkan diri menghadapi badai itu.

Cindy mengulurkan tangannya untuk mengajak gadis itu ke kantin, dengan senang hati Cantika menerima uluran tersebut. Mereka berjalan keluar kelas dengan Cindy yang mengapit lengan Cantika, tubuh Cindy yang mungil hanya sebatas dagu milik Cantika. Membuat mereka terlihat seperti adik kakak, apalagi sikap Cindy yang manja dan aktif berbanding terbalik dengan Cantika yang terlihat lebih dingin.

Cantika tak menghiraukan bisikan memuji bahkan mencaci dirinya di sepanjang koridor, ia hanya sibuk mendengar celotehan milik Cindy yang lebih menarik di dengar telinga. Walau tak merespon apapun tetapi tak membuat gadis mungil disebelahnya itu berhenti menceritakan berbagai hal konyol yang dialaminya.

Cantika dan Cindy mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin, mereka berdua mencari dua sahabatnya yang tadi lebih dahulu ke kantin.

"Ehh itu tuh mereka berdua." Seru Cindy menarik tangan Cantika menuju meja di bagian pojok.

"Kwok lwama bwanget swih." Nabila yang masih mengunyah batagor di mulutnya malah berbicara, membuat suaranya tak jelas.

"Makan dulu atuh yang bener!" Chika bangun dari tempat duduknya berlalu untuk memesan Roti Bakar pesanan Cantika dan Cindy.

Nabila membersihkan sisa-sisa bumbu kacang di sekitar mulutnya menggunakan tisu, Cantika kaget karena Nabila juga membersihkan giginya dengan tisu.

"Kok bersihin gigi pake tisu sih bil?" Cantika menatap gadis didepannya geleng-geleng, ada saja tingkah absurd milik gadis itu.

"Kalo kata Chika, abis makan batagor yang banyak bumbu kacangnya itu harus dibersihin. Biar kalo senyum gak nyelip kacang-kacang nakal." Jawabnya sambil berulang kali membersihkan gigi yang terselip kacang, untung cantik.

Chika menaruh dua piring berisi Roti Bakar selai Cokelat kacang didepan sang pemiliknya. "Makasih Chika" ucap Cantika dan Cindy bersamaan, dan langsung menyantapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang