SIX

127 22 7
                                    

HAPPY READING 🔥🔥🔥

****

"Udah Cecil, lo tenang dulu ya" sedari tadi Livia mendekap tubuh Cecil yang masih bergetar, entah mengapa tangisannya belum juga berhenti. Livia hanya bisa terus mengusap lembut rambut dan punggung Cecil.

"Kita mau ke RS mana nih?" Tanya Adi yang sedang menyetir di kemudi depan sambil sesekali melirik kondisi Cecil di bangku belakang. Well, setelah mengganti seragam Cecil dan Arga yang kotor mereka langsung izin pada Guru untuk membawa Cecil ke Rumah Sakit. Mengapa mereka berlima langsung diizinkan? Itu karena orang tua mereka adalah donatur terbesar disekolah favorit itu.

"Ke RS gw aja Di" sahut Arga yang sedang menggengam erat tangan Cecil, saat ini posisi Livia, Cecil , dan Arga di bangku tengah lalu Adi di kemudi setir dan Alex disebelahnya.

Mendengar dirinya akan dibawa ke Rumah Sakit, tubuh Cecil menegang dan tanpa sadar ia meremas kuat tangan Arga yang sedang menggenggamnya. Melihat reaksi gadis disampingnya Arga menyerngit tidak mengerti.

"Kenapa Cil?" Tanya Arga lembut sambil mengusap pelan punggung tangan Cecil menggunakan tangan sebelahnya.

Nafas Cecil memburu, dengan cepat ia melepaskan dekapan Livia dan genggaman tangan Arga lalu dengan segera Cecil ingin menggapai pintu untuk dibuka. Melihat hal itu Arga dengan cepat menarik tubuh Cecil dan mendekapnya dengan erat

"Cecil lo cari mati hah?!!" Bentak Arga, terlihat rahangnya mengeras. Bagaimana bisa Cecil ingin membuka pintu mobil disaat mobilnya sedang berjalan, untung Adi sudah mengunci semua pintu mobil. Cecil terus meronta dan meraung minta dilepaskan, tapi hasilnya nihil karena tenaga Cecil tidak ada apa-apanya bagi Arga.

Arga terus mengusap lembut punggung Cecil guna menenangkan gadis itu, dan lambat laun suara tangis Cecil mulai berhenti.

"Ga g-gw nggak mau ke rumah sakit" Beo Cecil sedikit sesegukan. Ia terlampau takut untuk ke Rumah Sakit karena ada sesuatu yang harus ditutup rapat-rapat dan jangan sampai para sahabatnya itu mengetahui. Adi menepikan mobilnya di depan salah satu minimarket.

"Gw beli minum dulu buat Cecil, sekalian buat kita." Diikuti Alex yang ingin membeli sesuatu juga.

Setelah agak tenang, Cecil melepas pelukan Arga darinya. Lelaki itu menghapus jejak-jejak air mata yang tersisa di wajah sahabatnya itu.

"Cecil kenapa lo gak mau kerumah sakit?" Tanya Livia sambil mengusap pelan punggung tangan Cecil.

"Gw g-gapapa kok Liv, gak p-perlu sampe ke rumah sakit segala." Dalih Cecil menutupi ketakutannya.

Arga menangkup wajah Cecil, menatap retina coklat terang itu dalam. Arga tau, dimata Cecil ada ketakutan begitu mendalam tentang kejadian yang membuat gadis ini trauma.

Beralih, Arga menyentuh beberapa bekas cakaran dan lebam disekitar wajah Cecil bekas amukan gadis itu sendiri kok.
"Akh!" Cecil meringis merasa luka di wajahnya disentuh oleh Arga.

"Tuh kan ini sakit Cecil, lo harus ke rumah sakit untuk diperiksa sama dokter. Mau yaa." Bujuk Arga, dihadiahi gelengan kuat oleh Cecil. Melihat penolakan dari Cecil membuat Arga menghela nafasnya, lalu kembali menyandarkan punggungnya di bangku

"Come on lah Cecil, lo mau wajah Cantik lo ketutupan sama lebam? Dan lo mau cakaran itu jadi belas luka yang gak bisa hilang hah?" Omel Livia pada gadis disampingnya.

"Gw punya salep dan beberapa obat kok Liv, jadi gak perlu ke rumah sakit segala." Cecil berusaha meyakinkan kedua sahabatnya itu, memang benar ia selalu sedua obat penghilang rasa sakit dan salep penghilang bekas luka. Karena ia sudah sering mengalmi ke kera- ah sudahlah!

THE GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang