{3} Notice dan rasa curiga

21 7 4
                                    

"KYAAAAAAA!" Aku menjerit sejadi-jadinya di kamar. Hari ini, pukul 15.00 seorang Dyo Rea Pradipta mengirim inbox di messenger. Nikmat mana lagi yang kau dustakan! Perjuangkanku selama ini seolah membuahkan hasil. Tapi aku bingung memilih kata-kata yang tepat untuk membalasnya. Yah, walau sebenarnya dia cuma bilang "Hai" sih.

"Hai juga." Balasku.

Kukira balasan darinya tak membutuhkan waktu yang lama. Tapi lima jam berselang pun tak ada tanda-tanda ia mengetik. Sepertinya aku memang bukan prioritas. *Hiks

Triiingggg. Messengger-ku kembali berdering. Rupanya ia membalas pesan setelah 6 jam 33 menit. Sebenarnya buat apa sih kuhitung? Ah lupakan.

"Gambar Kakak yang ini bagus, loh."
Sembari mengirimiku sebuah foto dari gambar sketsa yang pernah kubuat. Bagus! Akhirnya ia sadar akan usahaku yang serba keras ini.

"Makasih ya."

"Kak, ketemuan yuk besok? Di lapangan futsal jam istirahat pertama."

APA??? DEMI NEPTUNUS! Dyo mengajakku ketemuan! Tuhan, sekali lagi hatiku rasanya sedang menari bahagia. Tunggu, tidakkah ini mencurigakan? Entah kenapa tiba-tiba saja perasaan down-ku muncul. Kuarahkan wajahku pada sebuah cermin di kamar. GUBRAK! Aku terjatuh karena tersentak kaget. Ya Tuhan, setidaknya biarkan wajahku shining, shimmering sedetik saja.

Akhirnya aku berpikir panjang sebelum menemui Dyo. Apakah ia akan suka melihat benda berkarat seperti diriku ini? Aku saja ogah melihatnya. Tapi usaha tetaplah usaha. Aku harus tetap optimis untuk mendapatkannya.

Jam istirahat

"WOY, LAN! Mau kemana? Gue ikut dong!"

Aisshhh. Aku kembali berdecak kesal setelah lelaki itu kembali mengikutiku.

"Mau ketemu gebetan! Udahlah terserah Gue mau kemana! Ngikut aja Lo kek anak bebek!" Jawabku kesal.

"Elah... Sekali-kali kek Gue maen sama Lo. Lo juga kan lagi ga ditemenin dua pengikut setia Lo itu."

"Sembarangan ya kalo ngomong. Mereka sahabat sejati Gue! Ah elah, awas deh minggir. Gue mau ke lapangan futsal."

"Mau ngapain kesana? Nyapu? Ngepel?"

"Terserah Lo deh, Yud! Ampun... "

Seketika aku pergi meninggalkan Yudha karena kesal. Ah... Sepertinya aku terlambat ke lapangan futsal. Aku memutuskan untuk berlari kecil menuju lapangan futsal dengan tujuan menemu seorang gebetan idamanku itu.

Kosong. Tak satupun yang ada di lapangan futsal. Ah, mungkin aku yang terlalu bersemangat. Tapi aku tak menyerah, aku akan menunggunya hingga bel berbunyi. Tuk tuk tuk. AKu hentakkan kakiku di atas semen lapangan ini. Seperti orang yang kosong dan tak punya tujuan. Akhirnya kupasangakan dua earphoneku agar tak bosan menunggu. 15 menit sudah kuhabiskan untuk menunggunya.

"Udahlah, ga bakal dateng gebetan Lo itu." Suara Yudha kembali menggema di kedua telingaku. Kali ini aku tak akan berbicara dengan nada tinggi seperti biasa. Karena apa yang dikatakannya memang benar.

"Kata siapa Gue lagi nungguin gebetan? Sotoy Lo." Ucapku agak lirih sembari mengangkat bibir sebelah kiriku.

Yudha tampak lebih tenang dari biasanya. Ia malah tiduran di sebelahku, bersandarkan sebuah pohon palem besar yang ada di lapangan futsal. Tumben sekali aku melihat pemandangan setenang ini.

"Kenapa ngejar-ngejar anak itu sih? Anak angkatan kita juga banyak yang keren kok." Ucapnya sembari memejamkan mata.

"Contohnya?"

UNEXPECTED !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang