{9} Hari yang muram untuk Lani

33 5 2
                                    

Aku bisa merasakan terik matahari menerpa kulitku. Cahaya itu telah menembus jendela kaca rumah yang tak begitu tebal. Hangat, tapi menyilaukan. Kuraih handphoneku di bawah bantal yang kutiduri.

Celaka! Waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Betapa kalang kabutnya aku karena kebingungan. Lebih baik aku tidak berangkat sekolah saja daripada dihukum.

Kulangkahkan kaki menuju ruang tengah, tak ada yang aneh. Mama bahkan tak mengomeliku karena aku tak berangkat ke sekolah.

"Ma, hari ini Lani ga sekolah ya... Kesiangan..."

Tapi mengapa raut wajah wanita paruh baya itu seperti sedang menertawaiku? Apa yang salah?

"Ini hari Sabtu, Lani..."

"Haaaa? Aku tadi kebingungan kirain ini hari Jumat. Sumpah deh ma!" Seruku.

"Makanya... Kelamaan mimpi indah sih. Yaudah sana mandi. Tuh iler kamu di pipi."

"Ga mau ah entar aja. Hemat air Ma..."

"Alesan!!! Sini Mama mandiin!" Teriaknya sembari menarik sweaterku.

"Ampuuuunnn Nyonya...."

***

Aku mengusap-usap rambutku setelah mandi, sembari menatap layar smartphone yang sepi notifikasi. Apa Dyo tak mengirim pesan padaku? Hmmm mungkin saja ia belum bangun karena hari libur.

Kualihkan perhatianku pada setumpuk gambar sketsa yang tertata di meja. Ah, rupanya lumayan banyak yang telah terkumpul selama SMA. Kubuka kembali lembaran demi lembaran sketsa itu. Ada beberapa gambar wajah Dyo yang sedang tersenyum. Aku memotretnya untuk kujadikan wallpaper handphone.

Kutarik beberapa kertas yang tersisa, aku menemukan gambar sketsa Yudha yang sedang duduk. Aku ingat, dahulu ia memintaku untuk menggambarnya. Tapi aku lupa memberikan ini padanya.

Tak terasa aku bernostalgia sendiri di kamar. Melihat gambar-gambar yang sangat bermakna bagiku. Hatiku semakin rindu pada masa-masa itu. Andaikan bisa terulang kembali, andai saja Yudha tak marah padaku. Pasti kami masih bisa bertengkar di kelas seperti biasa.

Tiba-tiba hatiku kosong karena memikirkannya. Bagaimana mungkin aku merasa seperti ini. Keadaan ini semakin diperparah dengan perasaanku yang bimbang.

"Lani, ada Dyo..."

Seketika aku terperanjat dan gelagapan mendengar suara Mama barusan. Aku segera membuka pintu kamar dan berlari menghampiri Dyo.

"Awas jatoh. Udah kek ngejar tokek aja kamu."

"Apa sih, Ma..." Ujarku sambil berlari.

Kreeekkk kubukakan pintu untuknya. Ia sedang berdiri menghadap ke arah lain, menampakkan sisi kiri wajahnya yang tirus. Aku segera menyapanya.

"Dyo!" Ucapku menyadarkan lamunannya.

Dyo sangat menawan hari ini. Ia memakai t-shirt longgar dan celana panjang yang dilipat sedikit. Tunggu. Apa hari ini dia menggunakan lipbalm? Bibir kecilnya tampak lembab.

"Kok bengong, Lan? Aku nungguin kamu nyuruh Aku masuk loh."

"Eh... Hehe maaf. Abisnya kamu imut banget hari ini."

"Ih... Apanya yang imut? Ganteng begini juga... Ga suka ah dibilang imut."

"Iya Dyo ganteng..."

Pandanganku sedari tadi tak teralihkan setelah melihat penampilan Dyo yang sangat menyilaukan mataku.

"Lani, Dyo mau dong diajarin gambar. Hari Selasa suruh ngumpulin tugas gambar perspektif sama Guru SBK."

"Iya? Kenapa?" Sahutku bingung. Aku tak mendengar dengan jelas kata-katanya.

UNEXPECTED !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang