6. unfair.

966 161 85
                                    

Sudah lima tahun berlalu. Sejak saat itu kabar Chris tidak pernah terdengar. Kerajaan juga tenang-tenang saja. Maka pasukan barat hanya bertugas berlatih dan mengajar tentara baru.

Hyunjin juga menjaga Felix dengan ketat dan menyuruh siapapun yang melayani Felix tidak menyebut nama Chris dalam kesempatan apapun. Entah apa maksudnya. Padahal Felix sudah memberikan segalanya untuk pria itu.

"Hyunjin takut kehilanganmu, Felix."

Kata-kata Han membuat Felix menunduk. Dia pun tahu itu. Tapi tetap saja hatinya tidak merasa aman.

"Kau memikirkan dia lagi, heum?"

Chris.

Felix akan tertawa mengetahui betapa bodohnya dia tak bisa mengendalikan perasaannya.

"Setiap saat, Han. Aku tak bisa bohong tentang perasaanku. Anggap aku egois karena mencintai Chris. Tetapi tak bisa meninggalkan Hyunjin."

Han tanpa sadar mengetuk-ngetuk kukunya di meja. "Kau berjanji untuk merelakan Chris padaku. Ini tak adil ketika orang yang kucintai sangat mencintaimu. Apa akhirnya kau menyerah dan ikut tidak memperdulikanku?"

Felix menyentuh jemari Han, "Aku peduli padamu. Kami semua peduli padamu. Lihat, aku sudah melakukan apa yang kau mau sampai saat ini."

"Maka tetaplah seperti itu. Lepaskan perasaanmu dan bahagia dengan Hyunjin."

"Sedang kucoba." Jawab Felix lemah. Han mengelus rambutnya penuh kasih sayang. Mau tak mau Felix jadi tersenyum.

Han menuangkan anggur pada gelasnya lalu pada gelas Felix. Meminumnya perlahan. "Kau tahu, Chris sudah menyerah. Dia mengaku sebelum kembali ke barat."

Dada Felix terasa sesak dan hampir membuat gelas anggurnya membeku. Ini pertama kali setelah sekian lama tidak ada yang berani membahas Chris didepannya.

"Pantas saja. Bahkan dia tak pamit padaku." Felix mendesah berat.

Han tidak memperhatikan perubahan wajah Felix. Dia tersenyum seraya memutar gelas anggur di tangannya.

"Kurasa aku juga sebaiknya menyerah."

Felix mendelik tak percaya, "Kenapa? Bukannya ini kesempatan baik? Aku sadar Chris pasti sedang terluka. Kau seharusnya ada disisinya."

Han menghela nafas, "Chris tidak seperti itu. Dia memang bilang menyerah, tapi tidak dalam arti melupakanmu. Dia lebih rela menikmati lukanya dari pada mempersilahkan orang lain menyembuhkannya. Sia-sia saja. Dia sudah tak bisa ditolong."

"Aku mengerti itu tak adil untukmu. Maafkan aku."

Han akhirnya tertawa, "Hey, sudahlah. Aku tidak apa-apa. Setidaknya ada kau dan Hyunjin disisiku sekarang. Aku tidak akan merasa sendiri."

Felix tersenyum menggenggam tangan Han, "kami selalu ada untukmu."

"Ingatkah kau saat kita kecil? Saat itu ayah menyuruh kita mengumpulkan telur paskah sebanyak-banyaknya. Chris menemukan banyak dan memberikan semuanya untukmu. Lalu kau memberikan padaku setengah milikmu agar Hyunjin tidak  mengejekku yang tidak mendapat apa-apa."

Felix tersenyum, "sudah lama sekali. Aku rindu masa kecil kita. Kau selalu jadi penonton terdepan ketika Hyunjin dan Chris bertengkar."

Tawa lepas pun lolos dari bibir Han, "bagaimana bisa aku melewatkan tampang bodoh saudara-saudaraku? Kau tahu mereka seperti memperebutkan seorang wanita."

Felix mencebik bibir, "Aku bukan wanita."

Han tertawa lagi, tak lama Felix pun ikut tertular. Sungguh, Felix selalu merasa nyaman bersama Han. Mereka juga berjanji akan saling melindungi satu sama lain.

"Felix..."

"Hm?"

"Seandainya aku tidak memintamu mengalah. Kau akan memilih siapa diantara mereka berdua?"

Felix menggigit pipi dalamnya,  memandang mata Han yang cemerlang, "Kurasa Hyunjin. Mungkin karna kami lahir bersama maka kami saling memiliki satu sama lain."

"Kau benar. Faktanya hanya Hyunjin yang bisa memberi kebahagiaan di dunia ini." Han mengatakan itu dengan bersungguh-sungguh.

Felix mengangguk pelan kemudian meminum anggur mencoba menetralkan gejolak dalam dirinya.

"Kudengar ayah menginginkan keturunan dari kau dan Hyunjin?" Tanya Han antusias.

"Ya. Kami sedang berusaha."

Han tersenyum lebar. "Semoga berhasil ya."


















Han mendengar pintu kamarnya terbuka. Dia menoleh dan mendapati Hyunjin berjalan ke kasurnya. Saat tiba Han memeluk erat pria itu.

Bibir Hyunjin meraup bibir Han dan membawanya dalan ciuman intens.

"Felix sudah tertidur kan?" Tanya Han mengalungkan lengannya di leher Hyunjin.

Hyunjin menggesek ujung hidung mereka. "Sudah sangat lelap. Akhir-akhir ini kau selalu membuatnya mabuk."

Han terkekeh geli, "Maaf. Aku sangat membutuhkanmu."

Hyunjin mendekap Han dalam pelukan hangat. "Kau tak pernah sendiri, mengerti?"

"Aku tahu."

Lagi-lagi hanya langit malamlah yang menjadi saksi bisu Hyunjin bercinta dengan Han tanpa sepengetahuan Felix.

Han berbisik saat Hyunjin memasukkan kejantanannya ke dalam Han.

"Hanya kau yang bisa membuatku bahagia Hyunjin... Ahhhh..."



To be continued.



A/N: udah kesel belum?

Soulmate. [chanlix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang