Bagian 6.

1.8K 266 6
                                    

Konichiwa minaa, maaf baru sekarang saya update untuk chapter ini.

Seperti biasa, jika ada typo atau salah meletakkan tanda baca silahkan komen ya

Semoga kalian suka..

Enjoy reading!!!

************







Sepasang kaki berbalut celana bahan hitam legam dan sepatu kulit berkualitas tinggi, menapaki jalan setapak di sebuah hutan yang berisi pohon-pohon berukuran tinggi besar.

Surai blonde itu ikut bergerak saat angin bertiup sepoi-sepoi. Kaki jenjangnya masih tidak berhenti berjalan hingga terlihat sebuah rumah sederhana berbahan kayu jati. Langkahnya terhenti dipekarangan rumah itu, membuka gerbang kayu lapuk dan berjalan memasukinya.

Pintu rumah diketuk sebanyak tiga kali, Erwin menunggu pintu itu terbuka dengan sabar. Selang beberapa detik, suara deritan pintu terdengar. Tanda si pemilik rumah siap menerima tamu.

"Lama tidak bertemu, Mike." Erwin tersenyum kecil sambil membentuk gestur menyapa. Pria yang bernama Mike itu hanya mengangguk, memiringkan tubuhnya. Mempersilahkan Erwin masuk kedalam.

Interior rumah kayu sederhana itu nampak mewah didalam. Barang-barang yang mengisi memang terlihat tua tetapi memanjakan mata. Sepertinya, Mike Zacharias adalah sosok pecinta barang-barang antik dan gemar mengkoleksi.

Dua gelas teh hitam hangat sudah tersedia diatas meja ruang tamu. Erwin masih setia memandangi setiap inchi isi rumah tanpa melewatkan satu hal pun.

"Jadi, mahkluk apa yang merasuki bos dari Recon Tech hingga mau datang ke gubuk menyedihkan ku ini?" Mike duduk berhadapan dengan Erwin, meminum teh hangatnya dengan gaya yang kasual.

Erwin hanya menanggapi perkataan sarkas Mike dengan senyum simpul. "Aku hanya mengunjungi mu, apakah itu salah?"

Mike mendengus geli, ia meletakkan cangkir tehnya di meja dan melipat tangan di dada. "Kau datang susah-susah kemari tentu saja mengharapkan sesuatu, kita sudah bersahabat sejak masih bujang. Tentu aku mengerti isi otakmu itu."

"Sekarang katakan, apa yang kau inginkan?" Lanjutnya.

Erwin menghisap rokok dengan tenang. Menghembuskan asap nikotin itu lewat hidung dan kembali menghisap lagi. "Cari informasi terkait perusahaan keluarga Marie. Semuanya, aku ingin laporannya ada dimeja ku tiga hari kedepan."


****



Hujan deras mengguyur distrik Trost disertai kilatan petir yang menyambar tiada henti. Tirai berwarna putih tulang itu bergerak tidak tentu arah karena angin besar bertiup kencang. [Name] menutup jendela dengan cepat saat mengetahui jendelanya kembali terbuka karena sangking lebatnya hujan malam ini.

"Masuklah ke kamar dan istirahat, mau sampai kapan kau akan duduk didepan perapian seperti itu?" Levi datang sambil membawa dua cangkir teh hitam panas. Satu cangkir ia berikan pada [Name] dan diterima oleh wanita itu dengan baik.

"Aku tidak bisa tidur." [Name] meminum tehnya, pandangannya tak ia alihkan sejenak dari api yang menyala di tungku perapian. Pria bersurai eboni menghela.

"Levi, aku salah apa pada Erwin?" Tanya [Name] dengan raut wajah yang nampak menyedihkan. Levi kembali menghela nafas, cangkir tehnya ia letakkan diatas meja.

HOME [Erwin x Reader]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang