Bagian 9. [ENDING]

2.5K 258 34
                                    

Sesuai janji saya, work ini akan berakhir di chapter 9.

Seperti biasa jika ada kesalahan typing atau salah meletakkan tanda baca silahkan komen ya...

Hope you enjoy and have a nice day!










Perlu digarisbawahi, [Name] bukanlah sosok manusia rendah hati yang mudah memaafkan orang lain. [Name] mempunyai pola pikiran yang abstrak. Kau tidak akan tahu, apa yang ada dipikirannya kecuali jika ia mengatakan isi kepalanya padamu. Hal inilah yang membuat Erwin jatuh hati pada [Name]. Menurutnya, [Name] mempunyai daya tarik yang berbeda daripada wanita lain. Wanita itu tidak akan pernah menurunkan harga dirinya pada Erwin. Tetapi, [Name] menghargai dan mengasihi Erwin sebagai seorang suami serta selalu setia berada disisinya sampai kapanpun.

Saat ini [Name] tengah memandangi wajah damai Erwin yang masih tertidur pulas disampingnya. Alarm sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi [Name] tidak mempunyai niatan untuk membangunkan Erwin. Wanita itu tahu jika suaminya tidak beristirahat dengan cukup beberapa hari ini.

[Name] bangkit duduk di ujung ranjang, ia mengambil kemeja putih Erwin yang tergeletak begitu saja di bawah kasur lalu memakainya. Terlihat sangat kebesaran hingga cukup untuk menutupi setengah dari pahanya. [Name] mengambil karet rambut lalu mengikat rambutnya asal, ia akan bersiap untuk memasak sarapan. Walaupun hari ini hari Minggu, tidak ada alasan baginya untuk bermalas-malasan.

Sebelum ia berdiri, lengannya ditahan oleh Erwin yang sudah terbangun dari tidurnya. Rambut blondenya terlihat berantakan, matanya sayu dan terlihat masih sangat mengantuk.

"Mau kemana?" Suara Erwin terdengar parau, tenggorokannya kering dan ia butuh air putih.

Tanpa menjawab pertanyaan Erwin, [Name] mengambil segelas air putih yang selalu tersedia di meja riasnya, memberikannya pada Erwin dan diterima pria itu dengan cepat lalu meminumnya hingga tandas.

Setelah usai meletakkan kembali gelas kosong pada tempatnya, [Name] beranjak mendekati Erwin yang masih terlentang. Tangannya membelai lembut pipi Erwin, dahi mereka saling bersentuhan. Pria itu membalas dengan memeluk pinggang [Name] lembut, membawa wanitanya mendekat padanya.

"Kau ingin makan apa pagi ini?" Erwin masih setia menatap mata amber [Name] sambil mengusap punggung wanita itu.

"Apapun yang kau masak, aku akan memakannya." [Name] terkekeh pelan, ia mengecup cepat bibir milik Erwin.

"Walaupun itu daging manusia?"

"Bahan candaan mu terlalu mengerikan untuk didengar di pagi hari."

[Name] tertawa mendengar respon yang Erwin berikan. Wanita itu mengusap dada telanjang Erwin lalu beralih mengecup rahangnya. "Pergi mandi, setelah itu sarapan."

Lalu [Name] bangkit berdiri, berjalan keluar kamar dan pergi ke dapur. Erwin masih merebah dan malah menutup matanya, ia masih ingin tidur sebentar lagi. Kegiatan panas tadi malam saat dirinya sedang tidak fit membuatnya semakin merasa kelelahan. Belum lagi ia selalu muntah di pagi hari saat setelah sarapan, cukup membuat urat di dahinya nampak. Ia berpikir, makanan yang [Name] masak akan terbuang percuma jika ia memuntahkannya dan Erwin sangat membenci hal itu.

Belum sempat Erwin jatuh tertidur lagi, ranjangnya bergerak brutal. Mau tidak mau Erwin membuka matanya, ia tersenyum melihat siapa pelaku keonaran di pagi hari.

"Good morning." Sapa Erwin, Richard tersenyum lebar lalu memeluk erat papanya.

"Good morning pa, did you sleep well?" Erwin mengangguk menjawab pertanyaan Richard.

"Papa, are you okay?" Tanya Richard lagi, kini tangan kecilnya menyentuh wajah Erwin. Meraba pipi papanya dengan menampakkan wajah khawatir.

"Papa baik-baik saja."

HOME [Erwin x Reader]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang