13.

423 105 31
                                    


Zilan 'falling in love'
_________________________

*****


Setelah berkeliling mencari tempat parkir. Zidan akhirnya memutuskan untuk memarkirkan mobilnya di sebrang cafe yang akan dia datangi.

"Ayo turun" ajak zidan setelah memastikan mesin mobilnya mati.

"Kok mampir pak??"

"Kita makan dulu ya.. cakra sama tiara uda didalam" jelas zidan. Kemudian zidan keluar dari mobil dan tak lama wulan juga ikut keluar.

Lalu zidan berjalan kearah wulan. "Mau saya gandeng atau mau saya rangkul??" Tawar zidan yang langsung membuat wulan memberi jarak.

"Yasudah saya gandeng aja" tanpa menunggu balasan wulan, zidan lebih dulu menggenggam jemari wulan dan langsung membawa wulan bersama nya.

Wulan mengikuti langkah zidan. Dan, jujur saja wulan baru kali ini merasa canggung sekaligus nyaman secara bersamaan. Entah alasan apa yang membuat wulan tidak menolak zidan menggenggam tangannya. Padahal wulan sedang sekuat tenaga menahan gejolak yang timbul karena detak jantungnya yang berdetak cepat.

Zidan memperhatikan jalan besar yang akan mereka sebrangi, cukup ramai oleh kendaraan. Tentu saja, karena kini mereka berada disalah satu tempat hitz di bandung.

Sambil melihat kanan - kirinya, perlahan zidan membimbing wulan yang tangannya masih dia genggam untuk mengikutinya, sedang satu tangannya yang bebas terangkat untuk mengintrupsi kendaraan jika dia akan menyebrang.

Zidan dan wulan pun sampai di depan cafe. Segera zidan mengambil ponselnya untuk menghubungi cakra.

"Pak. Lepas dulu" wulan mencoba menarik tangannya. Namun zidan malah semakin mengeratkan genggamannya.

"Nanti kamu kemana-kemana lagi" balas zidan santai sambil menunggu sambungan telponnya di angkat oleh cakra.

"Saya engga akan kemana-mana pak" keluh wulan masih mencoba menarik tangannya.

"Wulan" panggil zidan, yang masih tidak membiarkan wulan melepas genggamannya. "Jangan panggil saya bapak kalau di luar kampus. Malu dari tadi diliatin sama orang-orang"

Wulan mengerutkan keningnya. "Gimana pak??"

Baru saja zidan akan membalas wulan. Sambungan telponnya diangkat oleh cakra. "Gue uda di depan. Lu dimana?" Tanya zidan langsung.

"Naik aja. Gue di lantai dua. Meja nomer 40 paling ujung deket tangga naik"

"Oke" zidan mengakhiri sambungan telponnya.

"Cakra di atas. Ayo" ucap zidan, kembali menarik pelan wulan untuk mengikutinya.

"Pak... lepas dulu ini"

"Jangan panggil bapak, wulan. Kamu bisa panggil saya mas zidan sama kayak kamu manggil cakra. Malu wulan di liatin orang-orang kamu manggil saya bapak. Mereka pasti kira saya bapak tiri kamu" jelas zidan yang membuat wulan terdiam. "Ikutin aja ya.." zidan kembali menarik wulan untuk ikut bersamanya naik ke lantai dua.

"Woy zidan disini..." pekikan itu membuat zidan dan wulan menoleh. Dan zidan langsung membawa wulan bersama untuk menghampiri cakra dan tiara.

"Eh.. uda gandengan aja.." ucap cakra yang membuat wulan menatapnya tajam. "Marah ya lan?. Sorry ya.. kan sekalian zidan mau mampir. Jadi ya uda kamu bareng zidan aja" sambung cakra menyadari kesalnya wulan.

Wulan lalu menarik tangannya dari genggaman zidan. Dan zidan pun langsung duduk dihadapan cakra. "Duduk sini lan. Kita makan dulu" ucap zidan menarik kursi disampingnya dan menyuruh wulan untuk duduk disampingnya.

[03] Zilan 'Falling in Love'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang