Setelah selesai melakukan kegiatan makan malam bersama. Lucy diminta Susan untuk menunjukan kamar yang akan digunakan untuk Giselle. Begitupun Peter yang menyuruh Edmund untuk mengantar Louis. Tak banyak bebincang karena Louis sendiri juga sudah lelah. Berbeda dengan Giselle yang matanya masih segar. Ia tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk tidur, kapan lagi ada didunia serba ada ini.
"Nah ini kamarmu, Giselle. Disebelahnya ada kamarku, jika ada kepentingan kau boleh memanggilku." Giselle mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar sementaranya dan tak lupa untuk mengucapkan terimakasih.
Kamarnya dihiasi beberapa lukisan kuno, serta memiliki kesan tenang dan nyaman. Kasurnya memiliki ukuran Queen size. Disebrang kasur terdapat sebuah cermin serta kursi, disebelahnya terdapat lemari berisi dress dan beberapa setelan celana. Sungguh, kamar ini adalah kamar impian Giselle.
BRUK
Giselle menjatuhkan diri dikasur. Empuk, itu kesan pertamanya. Tak lama, ia bangkit untuk membersihkan diri. Mengganti pakaian dengan setelan kemeja putih serta celana panjang. Giselle tidak memilih dress karena menurutnya akan ribet untuk tidur.
Kira-kira seperti itu
"Lumayan juga." Monolognya saat dirinya bercermin. Giselle mencoba untuk tidak melakukan apa-apa agar dirinya mengantuk. Namun nihil karena matanya benar-benar masih segar. Alhasil Giselle keluar dari kamar untuk berkeliling sendirian. Ia juga bersenandung dan menikmati dinginnya angin malam.
"Aku rasa kau tahu waktu."
Giselle menoleh terkejut kearah asal suara. Ia menemukan Edmund dengan wajah tidak bersahabatnya.
"Kau tahu 'kan ini sudah malam? Seharusnya kau diam dikamar daripada mengganggu ketenangn dengan senandungmu itu.""Maaf." Edmund meninggalkan Giselle dan masuk lagi keruangan.
-Edmund-
Aku Edmund. Ya kalian pasti sudah mengenalku. Aku berjaga dimalam hari untuk mencari informasi tentang Narnia. Sebenarnya aku sudah tahu semua namun, aku memiliki alasan sendiri untuk membaca buku dimalam hari. Selain jauh dari keusilan Peter, aku juga jauh dari yang namanya keramaian.
Sampai suatu ketika aku mendengar senandung diluar perpustakaan. Fokusku bisa hilang jika terus mendengarkan senandung yang tiada hentinya. Akhirnya aku memilih untuk menegur makhluk yang bersenandung ini. Betapa terkejutnya aku melihat Giselle lah yang bersenandung. Wanita itu menggunakan setelan seperti laki-laki.
"Aku rasa kau tahu waktu."
"Kau tahu 'kan ini sudah malam? Seharusnya kau diam dikamar daripada mengganggu ketenangan dengan senandungmu itu." Ucapku dengan nada sedatar mungkin. Jika aku serius maka aku akan mendatarkan nada bicaraku sehingga hal tersebut bisa mengintimidasi musuh. Ya sepertinya berhasil karena aku bisa melihat raut wajah Giselle yang merasa sangat bersalah. Aku tidak peduli itu jadi aku meninggalkannya dan melanjutkan kegiatanku.
-Author-
Keingintahuan Giselle sangat besar. Diam-diam Giselle mengintip isi ruangan tersebut. Ia bisa melihat banyak buku yang disusun serapi mungkin tiap rak. Bau khas buku juga bisa tercium diujung pintu. Walaupun dalam hati Giselle sangat ingin melangkah masuk namun, kakinya menahan seolah tidak ingin masuk.
"Kau tidak mengerti privasi ya?"
Giselle terlonjak kaget, lagi."Maaf, aku hanya ingin tahu isi ruangan ini." Giselle melangkahkan kakinya. Ia melihat sekeliling dan matanya tertuju pada satu buku lumayan besar. Giselle mengambil buku tersebut dan mulai membacanya.
Buku itu menceritakan tentang jalan kehidupan 'Aslan'. Semakin lama ia semakin terhanyut dalam bacaan. Kalimat tiap kalimat dengan mudah masuk kedalam pikiran. Sampai tiba-tiba buku tersebut mengeluarkan suara auman seekor singa. Giselle menjatuhkan bukunya. Edmund yang lagi fokus ikut terkejut karena ia mendengar suara auman tersebut.
"Apa-apaan itu?!"
Edmund menghampiri Giselle dan mengambil buku yang terjatuh itu. Ia memandangi serta membuka beberapa halaman dengan raut wajah serius. "Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Kau pikir aku tahu? Tidak!"
"Tidak tahu sopan santun." Giselle mendelik tak suka.
"Kau seumuran denganku."
"Setidaknya aku adalah Rajamu disini." Balas Edmund tak kalah sengit.
Giselle menghentakan kaki tak suka sembari keluar dari ruangan. Seperginya Giselle, Edmund hanya menggelengkan kepala lalu menatap buku digenggamannya.
"Aslan, apa yang kau tunjukan padanya?"
ㅡㅡㅡㅡ
Hello! Terimakasih sudah membaca cerita aku!
See ya in the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
| ᴋɪɴɢ ᴇᴅᴍᴜɴᴅ | ᴇᴅᴍᴜɴᴅ ᴘᴇᴠᴇɴsɪᴇ
Фанфик-END- [ edmund x OC ] "I will bring you back" - Written in Bahasa - Credits untuk C.S Lewis, Narnia Movies Company, Pinterest, Google Photos - Cerita berbeda dengan cerita asli [beberapa scene mungkin ada] - Cerita ini memiliki masalah yang tidak b...