━━━alam bawah sadar, masa lalu, dan lampu gantung.
API berkobar dimana-mana. Aku tidak pernah menyangka kami akan kalah seperti ini. Yang bisa kulakukan adalah berlari dan menyelamatkan diri. Mungkin setelah ini aku akan menceburkan diri ke lautan lepas dan bersusah payah berenang ke tepian jika itu mungkin.
Kapal Sturmhond porak poranda. Layarnya hangus, pagar kapalnya rusak berkeping-keping. Aku berlari sendirian, layaknya dikejar serigala. Kanan kiriku mayat para kru yang terkulai lemah. Aku tersandung oleh jasad pemuda bersimbah darah. Adrian. Tanpa sadar, air mataku menetes di pipi lelaki ini. Kugenggam tangannya, namun sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk berkabung.
Aku berusaha berdiri terlebih dahulu. Kurasakan punggungku sudah tidak merasakan kehangatan sinar matahari. Aku merinding. Lantas membalikkan badan. Sturmhond berdiri di hadapanku. Tinggal diriku dan dia yang tersisa. Jantungku berdentum sampai ke telinga. Aku berancang-ancang untuk mengeluarkan kesaktian. Tanganku bergetar bukan main ketika kuangkat. Sebelum melancarkan Tebas, Sturmhond menendang satu tanganku lalu menginjaknya. Aku merintih kesakitan.
Matanya memicing, bibirnya menyeringai. Pemuda itu menyentuhkan ujung pedangnya tepat di atas dadaku.
· · ────── ♚ ────── · ·
"Waktunya bekerja!"
Suara Adrian membangunkanku. Mataku langsung terbuka lebar.
Aku merasakan dahi dan leherku dipenuhi peluh. Mimpi buruk lagi. Mimpiku tak pernah indah semenjak berada di kapal Sturmhond. Padahal tempat ini lebih bersahabat padaku. Namun situasi yang kulalui saat ini tidak mengijinkanku bernafas barang sedetik. Aku selalu bermimpi diriku terbunuh, atau Sturmhond yang berada di posisiku.
Aku tersenyum pada Adrian sembari mengucek mata dan mengusap keringat. Diriku tenang mendengar suaranya. Aku masih hidup.
"Kau melewatkan sarapan. Aku membawa roti untukmu." Adrian melemparkan roti lapis ikan ke pangkuanku.
"Dan kau harus bersih diri. Kau bau," kelakar Adrian sambil nyengir.
"Enyah kau!" Aku menendang pantatnya main-main agar ia pergi ke luar kamarku.
"Baiklah, baiklah. Kau ditempatkan di layar utama denganku. Susul aku disana."
Aku mengangguk. Setelah makananku habis, aku mengikuti saran Adrian untuk bebersih diri. Ia benar aku bau. Bau laut.
Di ruang makan sepi dan pelayan Sturmhond telah membereskan meja. Sturmhond memiliki orang-orang khusus yang direkrut hanya untuk mengurus santapan dengan pelayanan bintang lima. Semacam kapal pesiar saja daripada kapal perompak tentara partikelir.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐘 𝐖𝐀𝐘 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐈𝐍𝐃 𝐁𝐋𝐎𝐖𝐒 | Sturmhond / Nikolai Lantsov
Fanfiction❝I don't know whether to move forward, stay in place, or die.❞ Alisa tidak tahu jika Sturmhond selama ini adalah - secara harfiah - pangerannya. Dari situ lah ia sadar bahwa hidupnya di ujung tanduk. ⌗ Nikolai Lantsov / Sturmhond x OC Before T...